Kendari (Antara News) - Puluhan petani sawah di Kecamatan Rumbia dan Lantari Jaya, Kabupaten Bombana mengalami kerugian akibat hama yang menyerang padi mereka sebelum masa panen tiba.

"Rata-rata, tanaman padi petani terserang hama `kepik hitam` atau yang biasa disebut semut hitam. Proses penyerangan hama itu disaat tanaman padi sedang berbuah," kata Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Lantari Jaya Kecamatan Latari Jaya, Bombana, Jamaluddin melalui telepon di Kendari, Kamis.

Tanpa menyebut luas areal tanaman padi sawah yang terserang hama kepik hitam tersebut, namun akibat serangan hama tersebut, kerugian yang dicapai petani rata-rata menurun antara 15-25 persen.

"Kalau dilihat secara kasak mata, hampir seluruh tanaman padi petani semuanya bagus/sehat, tetapi saat kita amati lebih dekat, ternyata kondisi buahnya tidak berisi atau hampa. Dan begitu masuk pabrik berasnya berwarna merah dan berbintik kehitaman," ujar petani di Desa Lameroro lainnya, Yusuf.

Selain hama semut, lanjut Jamaluddin, petani di sejumlah desa di kecamatan Rumbia juga mengalami kerugian sebelum panen tiba. Tanaman yang sudah berisi mengalami roboh diterjang angin dan hujan lebat di daerah itu.

Akibatnya, produksi gabah petani yang dihasilkan berwarna kuning sehingga Bulog dan dari pengusaha pembeli gabah pun enggan membeli sesuai dengan harga yang ditetapkan. "Kalau biasanya pihak pengusaha (tengkulak) membeli antara Rp4.100 hingga Rp4.300 per kilogram, maka melihat kondisi gabah yang dihasilkan buruk, hanya bisa dibeli antara Rp3.000 hingga Rp3.200 per kilogram," ujar Yusuf.

Kadis Pertanian Bombana, Azis Fair mengakui ada beberapa wilayah di Bombana yang terserang hama semut, namun jumlahnya tidak seberapa karena di tempat lain petani sudah lebih awal panen dan hasilnya cukup bagus.

Luas areal tanaman padi sawah produksi di Bombana saat ini mencapai 10 ribu hektare lebih dan hanya sekitar 45 persen sawah irigasi teknis dan sisanya sawah tadah hujan dan menggunakan sumur bawah tanah yang panennya sekali dalam setahun.

Pewarta : Azis Senong
Editor :
Copyright © ANTARA 2024