Jika orang Indonesia mendengar nama Soekarno, maka yang pasti muncul di benaknya adalah orang besar ini adalah Sang Proklamator lahirnya Republik Indonesia bersama Bung Hatta di Jakarta  pada 17 Agustus 1945.

        Sementara itu, jika pada telinga orang-orang di Tanah Air muncul nama Soeharto, maka yang terbayang adalah seorang jenderal Tentara Nasional Indonesia yang mengabdi  atau bekerja untuk bangsa dan negara selama puluhan tahun setelah jatuhnya Presiden  Soekarno.

        Nama Soekarno atau Bung Karno dan Soeharto alias Pak Harto pasti sedikitnya akan terdengar atau teringat lagi  pada setiap bulan Juni Karena Sang Proklamator  lahir tanggal 6 Juni tahun 1901 sedangkan Soeharto lahir tanggal 8 Juni tahun 1921.

        Nama Bung Karno pada tanggal 1 Juni 2016 kembali disebut-sebut karena dikaitkan dengan lahirnya Pancasila yang merupakan ideologi Bangsa Indonesia.

        Nama Bung Karno pantas dikenang Bangsa Indonesia karena dia adalah presiden pertama di negara tercinta ini, apalagi begitu banyak yang telah dilakukan demi negara ini.

        Soekarno-lah yang membebaskan daerah Irian Barat dari penjajah Belanda sehingga kembali ke pangkuan Tanah Air melalui operasi    Trikora atau Tri Komando Rakyat.

        Nama Bung Karno pasti akan diingat oleh bangsa-bangsa lain di luar negeri ketika menyatakan Indonesia hengkang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB. Kemudian pada tahun 1955, Bung Karno menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung.

        Kemudian pada tahun 1962, di Jakarta diselenggarakan pesta olahraga tingkat Asia atau Asian Games.

        Sementara itu, di bidang politik internasional Soekarno menjalin hubungan yang sangat erat dengan  Uni Sovyet yang kini namanya beralih menjadi Rusia dan juga bersahabat erat dengan Republik Rakyat Tiongkok yang sekarang adalah Republik Rakyat China.

        Selain lahirnya berbagai ide cemerlang dari otaknya Soekarno, selama masa pemerintahannya juga muncul berbagai pemberontakan di dalam negeri seperti  Kartosuwirjo di Jawa Barat, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan hingga pemberontakan G-30 S/PKI pada tahun 1965 yang akhirnya baik secara langsung maupun tidak langsung mengakibatkan jatuhnya pemerintahan Bung Karno walaupun bisa saja ada berbagai faktor lainnya yang mengakibatkan jatuhnya pemerintahan Sang Proklamator itu.

        Sementara itu, Soeharto yang merupakan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat alias Kostrad pada tahun 1965 itu dengan bantuan rakyat berhasil menggulung partai komunis di Tanah Air yang menjadi dalang utama pemberontakan tahun 65 itu.

        Tindakan kekerasan itu mengakibatkan TNI Angkatan Darat harus kehilangan beberapa jenderal terbaiknya seperti Jenderal Ahmad Yani, Jenderal DI Pandjaitan dan Jenderal Sutoyo. Selain itu, tokoh senior Jenderal Abdul Nasution harus kehilangan putri keduanya Ade Irma Nasution

        Akhirnya gembong-gembong PKI ditangkapi dan sebagian dikirim ke Pulau Buru di Provinsi Maluku.

        Yang merepotkan bangsa ini adalah banyak perwira Angkatan Bersenjata  Republik Indonesia atau ABRI yang terlibat dalam pemberontakan PKI yang terakhir itu sehingga terpaksa harus dilakukan pembersihan secara total terhadap ABRI.

        Bung Karno dan Pak Harto kini memang telah tiada karena telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Namun hingga saat ini saja, masih banyak orang yang meributkan atau mempertentangkan  kedua mantan presiden itu, dengan alasan atau dalih yang bermacam-macam.

        Yang menjadi pertanyaan bagi bangsa Indonesia masa kini dan masa mendatang adalah masih perlukah Soekarno dan Soeharto diadu domba atau dipertanyakan siapa yang paling hebat di antara kedua tokoh itu?

        Pertanyaan ini rasanya penting dijawab  karena sekarang saja Bangsa Indonesia sudah harus menghadapi begitu banyak persoalan atau masalah sehingga masak sebentar-sebentar harus "menengok" ke belakang untuk membanding-bandingkan kedua tokoh besar bangsa  itu?

                                  Pasti Kenal
        Salah seorang keturunan Bung Karno baru-baru ini ketika diwawancarai sebuah televisi bertanya apakah mungkin Soekarno kenal dekat dengan Soeharto sehingga kemudian bisa menjadi presiden kedua di Indonesia?.

        Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zein yang merupakan mantan kepala staf Kostrad berkata bahwa Presiden Soekarno pasti mengenal baik Mayjen Soeharto ketika pada awal tahun 1960-an diangkat menjadi komandan operasi pembebasan  Irian Barat.

        "Kalau Bung Karno tidak kenal dekat maka tidak mungkin mengangkat Pak Harto sebagai Panglima Trikora," kata Kivlan yang menegaskan bahwa dia membela Pak Harto karena pernah menjadi anak buahnya.

        Pernyataan Kivlan itu merupakan  jawaban terhadap penjelasan anak Bung Karno itu bahwa bapak atau ayahnya tidak mengenal Pak Harto karena yang dikenalnya adalah Jenderal Ahmad Yani.

        Semua orang pasti tahu bahwa baik Bung Karno maupun Harto adalah orang-orang besar milik bangsa Indonesia.

        Soeharto misalnya menjadi kepala negara pertama di Tanah Air yang pertama kali mengakibatkan Indonesia berhasil mewujudkan swasembada pangan khususnya beras. Akibatnya Organisasi  PBB di bidang makanan dan pertanian PP atau FAO memberikan penghargaan bagi rakyat Indonesia.

        Sejarah juga bisa mencatat bahwa Pak Harto adalah presiden yang tidak mau menerima gelar kehormatan seperti doctor honoris causa dari perguruan  tinggi yang mana pun juga baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sementara itu, beberapa presiden setelah Soeharto dengan "tangan yang sangat terbuka" sudi menerima gelar doktor HC dari domestik dan juga asing.

        Namun, yang jelas, sekalipun Bung Karno dan Pak Harto adalah presiden-presiden yang hebat alias berprestasi besar, mereka adalah tetap manusia biasa yang pasti berbuat  dosa atau kesalahan terhadap rakyatnya atau bangsanya.

        Maka yang perlu direnungkan bangsa ini adalah apakah seluruh rakyat di Tanah Air mau dengan sukarela menerima jasa baik Bung Karno dan Pak Harto sambil tetap mengakui bahwa mereka juga adalah manusia biasa yang juga pasti bisa berbuat salah ataukah menganggap Soekarno dan Soeharto adalah para pemimpin yang tidak pernah memikirkan dan berbuat sesuatu yang baik dan berguna bagi rakyatnya dan cuma memikirkan dirinya sendiri dan kroni-kroninya?

        Daripada masyarakat cuma bisa menuduh Bung Karno dan Pak Harto lebih banyak "dosanya" daripada  jasanya untuk bangsa ini, maka lebih baik seluruh rakyat Indonesia membimbing atau mengarahkan semua pemimpinnya agar semua tokoh ingat atau sadar  bahwa tugas utama mereka adalah membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dan bukannya melahirkan persoalan atau masalah yang justru merepotkan bangsa ini.

        Selamat merayakan Hari Ulang Tahun Bung Karno dan Pak Harto.

Pewarta : Arnaz Firman
Editor :
Copyright © ANTARA 2024