Rumbia (Antara News) - Ratusan hektare padi siap panen di Kabupaten Bombana yang siap panen roboh akibat diterpa angin kencang dan hujan yang terjadi beberapa hari di wilayah itu.
"Dengan robohnya padi saya yang tinggal menghitung hari untuk dipanen ini dan sangat merugikan capaian produksi tahun ini," kata Jamaluddin, seorang petani di Kelurahan Lameroro, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana, Senin.
Ia mengatakan hujan yang disertai angin kencang selama sepekan terjadi sangat rentang terhadap tanaman padi yang sudah berbuah dan sebagian lainnya siap panen.
Padi yang roboh itu sulit untuk dipanen walaupun dengan menggunakan mesin pemotong padi. "Biasanya dalam sehari mampu memanen padi untuk luasan 2-3 hektare, namun karena padi di dalam sawah ini 50 persen roboh, maka mesin harus memanen dua hingga tiga hari," ujar Syahruddin, petani lainnya.
Dengan demikian, capaian produksi gabah petani serta harga pembelian pedagang juga ikut mengalami penurunan yang mengakibatkan petani mengalami kerugian 15-25 persen. "Kalau panen sebelumnya bisa kami peroleh gabah kering panen 6-7 ton per hektare, maka dengan rusaknya padi akibat roboh diterpa angin sebelum masa panen hanya bisa di peroleh 4,5-5 ton per hektare," ujarnya.
Dampak kerugian lain, kata Syahruddin, pembeli gabah oleh pedagang setempat maupun pihak Bulog juga tidak secepat langsung membeli dengan alasan harus memenuhi standar, sehingga yang kembali mendapat kerugian adalah petani.
Petugas Penyuluh Pertanian Bombana Antonius mengakui di Kelurahan Lameroro dari luasan padi sawah petani yang mencapai antara 250-300 hektare hampir 50 persen tanamannya rusak akibat angin kencang yang melanda wilayah itu selama sepekan terakhir. "Ini musibah alam, sehingga kita tidak bisa berbuat banyak," ujarnya.
"Dengan robohnya padi saya yang tinggal menghitung hari untuk dipanen ini dan sangat merugikan capaian produksi tahun ini," kata Jamaluddin, seorang petani di Kelurahan Lameroro, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana, Senin.
Ia mengatakan hujan yang disertai angin kencang selama sepekan terjadi sangat rentang terhadap tanaman padi yang sudah berbuah dan sebagian lainnya siap panen.
Padi yang roboh itu sulit untuk dipanen walaupun dengan menggunakan mesin pemotong padi. "Biasanya dalam sehari mampu memanen padi untuk luasan 2-3 hektare, namun karena padi di dalam sawah ini 50 persen roboh, maka mesin harus memanen dua hingga tiga hari," ujar Syahruddin, petani lainnya.
Dengan demikian, capaian produksi gabah petani serta harga pembelian pedagang juga ikut mengalami penurunan yang mengakibatkan petani mengalami kerugian 15-25 persen. "Kalau panen sebelumnya bisa kami peroleh gabah kering panen 6-7 ton per hektare, maka dengan rusaknya padi akibat roboh diterpa angin sebelum masa panen hanya bisa di peroleh 4,5-5 ton per hektare," ujarnya.
Dampak kerugian lain, kata Syahruddin, pembeli gabah oleh pedagang setempat maupun pihak Bulog juga tidak secepat langsung membeli dengan alasan harus memenuhi standar, sehingga yang kembali mendapat kerugian adalah petani.
Petugas Penyuluh Pertanian Bombana Antonius mengakui di Kelurahan Lameroro dari luasan padi sawah petani yang mencapai antara 250-300 hektare hampir 50 persen tanamannya rusak akibat angin kencang yang melanda wilayah itu selama sepekan terakhir. "Ini musibah alam, sehingga kita tidak bisa berbuat banyak," ujarnya.