Pembangunan jembatan Teluk Kendari yang dikenal dengan Jembatan `Bahteramas` di Kota Kendari, ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) akan segera dimulai.

Dua perusahaan konsorsium nasional, PT Nindya Karya dan PT Pembangunan Perumahan yang dipercaya mengerjakan pembangunan proyek jembatan senilai Rp729 miliar itu, sejak dua bulan terakhir telah memasang tiang-tiang pancang jembatan dan alat berat di lokasi pembangunan jembatan.

"Pembangunan jembatan `Bahteramas` yang menghubungkan mulut Teluk Kendari, sudah tidak ada hambatan lagi. Dua perusahaan konsorsium yang dipercaya mengerjakan pembangunan jembatan, sudah memobilisasi tiang-tiang pancang jembatan di lokasi proyek," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sultra, La Ode Muh Saidin di Kendari baru-baru ini.

Menurut dia, pekerjaan proyek jembatan `Bahteramas` tersebut akan dikerjakan secara bertahap atau `multi years` selama tiga tahun berturut-turut.

Pekerjaan proyek dimulai Januria 2016 dan direncanakan rampung tahun 2018, sebelum masa jabatan Gubernur Sultra, H Nur Alam periode kedua berakhir 18 Februari 2018.

"Kita harapkan, sebelum Gubernur Nur Alam berhenti jadi gubernur Sultra, jembatan `Bahteramas` sudah bisa diresmikan penggunaannya," katanya.

Pemerintah Provinsi Sultra merencanakan pembangunan jembatan Bahteramas di mulut Teluk Kendari yang menghubungkan kawasan kota lama dan Lapulu di Andonohu direncanakan, sejak tahun 2010.

Di tahun 2011, Kemnterian Pekerjaan Umum telah melelang pekerjaan proyek jembatan tersebut sebanyak tiga kali lelang.

Namun pada setiap kali lelang selalu gagal karena pihak rekanan yang mengajukan penawaran pekerjaan proyek, lebih tinggi dari pagu anggaran yang disediakan oleh Pemerintah melalui APBN 2011.

Pagu anggaran yang disediakan di dalam APBN 2011 sebesar Rp700 miliar, sedangkan pihak rekanan mengajukan penawaran kurang lebih Rp850 miliar.



Icon wisata



Pembangunan jembatan `Bahteramas` di mulut Teluk Kendari, tidak sekedar untuk memudahkan akses masyarakat Kota Kendari yang bermukim di kawasan kota lama dan Lapulu di Kecamatan Abeli, melainkan juga akan menjadi Icon wisata bagi Provinsi Sultra, khususnya Kota Kendari yang menjadi ibukota provinsi itu.

Sesuai rencana, sepanjang jembatan akan dipasang lampu warna wani yang akan menghiasi bentangan jembatan sepanjang 1.600 meter di atas laut Teluk Kendari.

"Lampu-lampu hias di sepanjang bentangan jembatan, akan menjadi daya tarik luar biasa bagi para wisatawan di kala mata hari mulai terbenam," kata Gubernur Sultra, H Nur Alam.

Oleh karena itu, sebagai gubernur Nur Alam berharap kepada dua perusahaan konsorsium nasional yang mengerjakan proyek jembatan itu agar benar-benar mengerjakan proyek raksasa itu lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan, sehingga bisa segera dinikmati masyarakat Sultra.

Di bagian lain di dalam Teluk Kendari, Pemerintah Provinsi Sultra saat ini juga tengah membangun masjid Al-Alam yang akan memperkuat Teluk Kendari sebagai obyek wisata menarik.

Rencananya, pembangunan masjid yang sudah menyedot APBD Sultra senilai Rp170 miliar lebih itu, juga akan dirampungkan sebelum tahun 2018 berakhir.

"Saat ini kita sedang mengerjakan jalan sebagai akses masuk menuju masjid. Masjid sendiri, masih dalam tahap pemasangan tiang pancang," kata Kepala Dinas PU Sultra, La Ode Saiddin.

Sementara di sepanjang bibir teluk Kendari kata dia, saat ini sedangkan dikerjakan reklamasi pantai dan penyedotan lumpur dari dasar teluk dengan anggaran yang sudah dihabiskan kurang lebih Rp7 miliar.

"Kalau keitga proyek ini (Jembatan `Bahteramas`, Masdjid Al-Alam dan Reklamasi pantai teluk Kendari) sudah rampung dikerjakan, maka Teluk Kendari benar-benar akan menjadi obyek wisata yang akan memiliki daya tarik luar biasa bagi para wisatawan," katanya.



Nasib `papalimba`



Bagi Pemerintah Provinsi Sultra dan sebagian besar masyarakat di provinsi itu, khususnya yang bermukim di Kota Kendari, tentu sangat menantikan kehadiran jembatan Bahtermas di Teluk Kendari itu.

Mempermudah akses masyarakat yang bermukim di kawasan kedua ujung Teluk Kendari dan menjadi Icon wisata di kota itu menjadi alasan kuat agar jembatan Teluk Kendari segera terwujud dan berfungsi sebagaimanya mestinya.

Namun, di bagian lain kedua kawasan ujung Teluk Kendari terdapat komunitas kecil penduduk yang menggantungkan hidup keluarga dari hasil `papalimba` atau jasa menyeberangkan penumpang dari ujung teluk yang satu ke bagian lain ujung teluk Kendari.

"Sejak lama, kami warga di sini sudah hidup sebagai `papalimba`. Kelak setelah jembatan itu selesai dibangun, tentu kami masyarakat di sini akan kehilangan sumber mata pencaharian," kata tokoh masyarakat Talia, Kecamatan Abeli Kota Kendari, Zainuddin (63) di kediamannya di Talia Kendari, baru-baru ini.

Menurut dia, ada puluhan keluarga di Talia yang menggantungkan hidup dari hasil jasa `papalimba` menggunakan perahu bermesin katinting (mesin tempel).

Puluhan keluarga tersebut kata dia, akan kehilangan sumber pendapatan setelah jembatan Bahteramas selesai dibangun dan difungsikan.

"Hampir dipastikan tidak ada lagi warga yang menggunakan jasa `papalimba` setelah jembatan Bahteramas selesai dibangun dan difungsikan oleh pemerintah," katanya.

Keterangan serupa juga disampaikan oleh warga Talia lainnya, La Jaudi (50) yang sehari-harinya bekerja sebagai `papalimba.

Menurut dia, keberadaan jembatan Teluk Kendari nanti, akan mematikan usaha jasa `papalimba` masyarakat di kedua ujung Teluk Kendari.

"Ya kita bisa apa. Kita rakyat kecil hanya bisa pasrah menerima nasib," katanya.

Tentu ujarnya, ketika jembatan Bahtermas selesai, tidak ada pilihan lain kecuali warga beralih profesi seperti menjadi tukang ojek atau buruh bangunan.

"Saya pikir, setelah jembatan selesai dibangun nanti warga akan memilih angkutan umum atau ojek untuk menyeberang teluk," katanya. 

Pewarta : Agus
Editor : Abdul Azis Senong
Copyright © ANTARA 2024