Wangiwangi  (Antara News ) - Sebesar 75 persen pendapatan dari produksi perikanan termasuk budidaya rumput laut Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara hanya dinikmati tengkulak yang memperdagangkannya melalui perdagangan antarpulau ke Kota Kendari, Baubau, Makassar atau Surabaya.

"Para nelayan sebagai penangkap ikan atau pembudi daya rumput laut, hanya menikmati 25 persen dari pendapatan menangkap ikan atau budidaya rumput laut," kata Bupati Wakatobi, Hugua saat berbicara pada Seminar Nasional Ekonomi Kemaritiman di Wangiwangi, Senin.

Menurut dia, rendahnya pendapatan yang diperoleh para nelayan dari produksi perikanan Wakatobi tersebut karena sarana angkutan yang menghubungkan tempat pemukiman para nelayan dengan tempat pemasaran.

Akibatnya kata dia, ikan tangkapan nelayan atau hasil budi daya rumput laut dijual kepada tengkulak yang mendatangi pemukiman para nelayan.

"Kalau sebagian besar produksi perikanan di Wakatobi ini bisa dinikmati para nelayan, maka pemerintah harus hadir menyediakan sarana angkutan antarpulau di Wakatobi, sehingga para nelayan bisa menjual produksi perikanan langsung ke pasar atau kepada konsumen," katanya.

Menurut dia, kondisi di Wakatobi merupakan kondisi umum yang terjadi di Indonesia, terutama di daerah-daerah kepulauan yang ada di kawasan timur Indonesia.

Di beberapa daerah di kawasan timur Indoensia kata dia, mengalami kendala dan permasalahan yang sama.

"Rata-rata hasil tangkapan ikan para nelayan sudah membusuk saat tiba di pasar karena tidak adanya sarana angkutan yang memungkinkan ikan bisa segera sampai ke pasar atau konsumen," katanya.

Pewarta : Agus
Editor :
Copyright © ANTARA 2024