London (Antara News) - Assistant State Secretary untuk Asia Pasifik, Pemerintah Swiss, Dubes Johannes Matyassy, mengharapkan Kepala Negara RI Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat mengunjungi Swiss.
Hal itu terungkap dalam pertemuan Dialog Politik dan Sidang Komisi Bersama Ekonomi dan Perdagangan (JETC) Indonesia-Swiss yang diadakan di Bern, demikian keterangan KBRI Bern yang diterima Antara London, Kamis.
Dirjen Amerop, Dubes Dian Triansyah Djani, memimpin Delegasi RI pada kedua pertemuan tersebut, sedangkan Delegasi Swiss untuk Dialog Politik dipimpin Assistant State Secretary untuk Asia Pasifik, Dubes Johannes Matyassy.
Sementara itu, Kepala Hubungan Ekonomi Bilateral, State Secretariat for Economic Affairs (SECO), Dubes Livia Leu, memimpin pertemuan JETC.
Dalam pertemuan Dialog Politik, yang diadakan selama dua hari dari tanggal 24 hingga 25 November 2015 itu, kedua negara menganggap pentingnya peningkatan kerja sama di bidang hukum khususnya Perjanjian Bantuan Hukum Timbal Balik (MLA).
Mengingat pentingnya kerja sama Indonesia-Swiss, Dubes Matyassy mengharapkan adanya kunjungan Kepala Negara RI ke Swiss.
Dubes Djani mengharapkan dukungan Swiss terhadap pembebasan visa Schengen bagi WNI, dan peningkatan kerja sama pendidikan dan ristek serta kerja sama pelatihan keterampilan termasuk untuk Pesantren di Indonesia.
Pada pembahasan ekonomi dan perdagangaan di JETC, dibahas kelanjutan kerja sama pembangunan Indonesia dan Swiss dalam kaitan Indonesia sebagai mitra pembangunan utama Swiss periode 2016-2019.
Dubes Triansyah Djani menekankan kerja sama pembangunan RI-Swiss hendaknya bersifat kemitraan yang sejajar dan difokuskan kepada program Nawacita.
Mengingat keahlian Swiss di bidang kesehatan, Indonesia mengharapkan adanya kerja sama di bidang penaggulangan dan rehabilitasi pecandu narkoba, manajemen kesehatan, serta pengembangan laboratorium.
Selain bertemu dengan Wakil Pemerintah Swiss untuk bidang ekonomi dan Perwakilan Kamar Dagang Swiss-Asia, Dubes Djani juga bertemu dengan komunitas bisnis Swiss yang ingin melakukan dan meningkatkan hubungan dagang di Indonesia antara lain pengusaha farmasi, wakil federasi industri jam tangan Swiss, perusahaan pengolahan hasil laut, serta perusahaan ekstraktif dan pertambangan.
Dubes Djani mendengarkan masukan dan harapan dari Pengusaha Swiss antara lain keinginan agar disepakatinya perjanjian perdagangan bebas Indonesia dengan EFTA (Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein), serta jaminan investasi melalui suatu perjanjian bilateral perlindungan investasi (BIT).
Sementara itu, Dubes untuk Switzerland dan Lichtenstein Linggawati Hakim, menyatakan Dialog Politik dan JETC merupakan babak baru peningkatan kerja sama RI-Swiss yang difokuskan pada diplomasi ekonomi.
Delegasi RI juga melakukan kunjungan ke perusahaan inovasi teknologi Swiss, Creaholic AG, untuk menjajaki kerja sama pengembangan
bisnis perusahaan di Indonesia.
Hubungan bilateral Indonesia-Swiss dimulai sejak tahun 1952 dan nilai perdagangan kedua negara mencapai 761 juta dolar AS tahun 2014, sedangkan Swiss merupakan investor ke-15 pada tahun 2014 dengan 91 proyek investasi senilai sekitar 150 juta dolar AS.
Indonesia dinilai mitra penting untuk pemerintah Swiss dan telah ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh mitra utama kerja sama pembangunan Swiss sejak tahun 2009.
Hal itu terungkap dalam pertemuan Dialog Politik dan Sidang Komisi Bersama Ekonomi dan Perdagangan (JETC) Indonesia-Swiss yang diadakan di Bern, demikian keterangan KBRI Bern yang diterima Antara London, Kamis.
Dirjen Amerop, Dubes Dian Triansyah Djani, memimpin Delegasi RI pada kedua pertemuan tersebut, sedangkan Delegasi Swiss untuk Dialog Politik dipimpin Assistant State Secretary untuk Asia Pasifik, Dubes Johannes Matyassy.
Sementara itu, Kepala Hubungan Ekonomi Bilateral, State Secretariat for Economic Affairs (SECO), Dubes Livia Leu, memimpin pertemuan JETC.
Dalam pertemuan Dialog Politik, yang diadakan selama dua hari dari tanggal 24 hingga 25 November 2015 itu, kedua negara menganggap pentingnya peningkatan kerja sama di bidang hukum khususnya Perjanjian Bantuan Hukum Timbal Balik (MLA).
Mengingat pentingnya kerja sama Indonesia-Swiss, Dubes Matyassy mengharapkan adanya kunjungan Kepala Negara RI ke Swiss.
Dubes Djani mengharapkan dukungan Swiss terhadap pembebasan visa Schengen bagi WNI, dan peningkatan kerja sama pendidikan dan ristek serta kerja sama pelatihan keterampilan termasuk untuk Pesantren di Indonesia.
Pada pembahasan ekonomi dan perdagangaan di JETC, dibahas kelanjutan kerja sama pembangunan Indonesia dan Swiss dalam kaitan Indonesia sebagai mitra pembangunan utama Swiss periode 2016-2019.
Dubes Triansyah Djani menekankan kerja sama pembangunan RI-Swiss hendaknya bersifat kemitraan yang sejajar dan difokuskan kepada program Nawacita.
Mengingat keahlian Swiss di bidang kesehatan, Indonesia mengharapkan adanya kerja sama di bidang penaggulangan dan rehabilitasi pecandu narkoba, manajemen kesehatan, serta pengembangan laboratorium.
Selain bertemu dengan Wakil Pemerintah Swiss untuk bidang ekonomi dan Perwakilan Kamar Dagang Swiss-Asia, Dubes Djani juga bertemu dengan komunitas bisnis Swiss yang ingin melakukan dan meningkatkan hubungan dagang di Indonesia antara lain pengusaha farmasi, wakil federasi industri jam tangan Swiss, perusahaan pengolahan hasil laut, serta perusahaan ekstraktif dan pertambangan.
Dubes Djani mendengarkan masukan dan harapan dari Pengusaha Swiss antara lain keinginan agar disepakatinya perjanjian perdagangan bebas Indonesia dengan EFTA (Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein), serta jaminan investasi melalui suatu perjanjian bilateral perlindungan investasi (BIT).
Sementara itu, Dubes untuk Switzerland dan Lichtenstein Linggawati Hakim, menyatakan Dialog Politik dan JETC merupakan babak baru peningkatan kerja sama RI-Swiss yang difokuskan pada diplomasi ekonomi.
Delegasi RI juga melakukan kunjungan ke perusahaan inovasi teknologi Swiss, Creaholic AG, untuk menjajaki kerja sama pengembangan
bisnis perusahaan di Indonesia.
Hubungan bilateral Indonesia-Swiss dimulai sejak tahun 1952 dan nilai perdagangan kedua negara mencapai 761 juta dolar AS tahun 2014, sedangkan Swiss merupakan investor ke-15 pada tahun 2014 dengan 91 proyek investasi senilai sekitar 150 juta dolar AS.
Indonesia dinilai mitra penting untuk pemerintah Swiss dan telah ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh mitra utama kerja sama pembangunan Swiss sejak tahun 2009.