Kendari   (Antara News) - Nelayan tangkap di beberapa wilayah Kabupaten Buton Selatan (Busel) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), mengeluhkan minimnya hasil tangkapan ikan, karena derasnya arus laut dan gelombang tinggi, sejak beberapa minggu terakhir.

Salah seorang Nelayan tangkap di Kecamatan Batauga, La Atin, Senin mengatakan, tidak seperti biasanya, pendapatan yang diperoleh dari hasil tangkapan ikan dengan menggunakan jaring, menurun drastis.

"Hasil tangkapan kami sehari-hari, kini hanya cukup dikonsumsi dan dibagi kepada keluarga yang lain, karena kerasnya arus dan gelombang akhir-akhir ini," ujaranya.

Menurut La Atin, Jika dibanding tahun-tahun sebelumnya, hasil tangkapan ikan yang diperoleh, dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga, namun kondisi itu, tidak lagi terulang seperti sekarang, bahkan jaring yang biasa digunakan, kebanyakan rusak akibat terseret arus laut.

"Kalau tahun lalu setiap akhir tahun melaut bisa kami membeli jaring dan memperbaiki mesin perahu, namun tahun ini sudah tidak bisa lagi, karena untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari sangat sulit," ujaranya.

Keluhan nelayan tangkap akibat tingginya gelombang laut di beberapa Wilayah kecamatan Buton Selatan, cukup beralasan, sebagai dampak dari kemarau berkepanjangan.

Sulitnya para nelayan untuk mendapat ikan ke laut, berdampak pada harga ikan di pasar juga naik 50-100 persen. Harga ikan ruma-ruma yang biasanya hanya Rp30.000 per tiga ekor ukuran sedang kini naik menjadi Rp50.000-Rp60.000 per tiga ekor.

Atas kondisi tersebut, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Buton Selatan, telah memberikan bantuan kepada nelayan yang kesulitan melaut, berupa puluhan ton beras dan kebutuhan pokok lainya.

Pewarta : Azis Senong
Editor :
Copyright © ANTARA 2024