Kendari (Antara News) - Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia mendorong perguruan tinggi untuk meningkatkan jumlah penelitian, baik yang dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti RI Intan Ahmad di Kendari, Rabu, mengatakan dorongan tersebut dilakukan sebab geliat penelitian yang dilakukan perguruan tinggi di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN.
"Tahun 2014 kita hanya bisa menghasilkan 5.499 publikasi hasil penelitian, ini sangat jauh jika kita bandingkan dengan Thailand yang jumlah penelitiannya lebih dari 12.000 dan Malaysia hingga 25.000," ujarnya.
Maka dari itu lanjutnya, Kemenristekdikti mendorong agar perguruan tinggi dapat meningkatkan jumlah publikasi penelitian ilmiah dengan menerapkan program peningkatan mutu pendidikan tinggi dan hilirisasi hasil penelitian.
Selain hasil penelitian yang masih kurang, jumlah peneliti di Indonesia juga masih kurang yakni sekitar 544 orang per satu juta penduduk. Walaupun secara perseorangan beberapa Peneliti Indonesia diakui dan dihormati prestasinya di dunia.
Menurut dia, hal tersebut disebabkan oleh belanja riset yang masih rendah sehingga jumlah peneliti dan penelitian juga kurang.
"Jika kita melihat karya dari mahasiswa dan dosen, sebenarnya prestasi kita tidak kalah, contohnya saja pada Pimnas, dimana semua yang ditampilkan dan diperlombakan adalah karya-karya terbaik anak bangsa yang tak kalah dibandingkan dengan negara tetangga," ujarnya.
Selain itu lanjutnya, perguruan tinggi juga harus hadir untuk masyarakat dengan mendorong hasil penelitiannya agar dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut dia, jika ingin ekonomi Indonesia meningkat maka penelitian harus ditingkatkan. Terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah semakin dekat, maka penelitian menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan. Sebab hanya negara dengan daya saing global yang tinggi yang bisa maju di tengah persaingan yang semakin ketat.
"Untuk mewujudkan hal tersebut, Kami sadari harus ada sinergitas antara lembaga penelitian di perguruan tinggi dengan lainnya harus dilakukan," ujarnya.
Lanjut Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti itu, pihaknya akan mengumpulkan balai penelitian dan pengembangan (Balitbang) serta Lembaga Penelitian Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) perguruan tinggi se Indonesia untuk berembuk agar penelitian-penelitian yang dilakukan mahasiswa bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga universitas tidak lagi menjadi menara gading bagi masyarakat.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti RI Intan Ahmad di Kendari, Rabu, mengatakan dorongan tersebut dilakukan sebab geliat penelitian yang dilakukan perguruan tinggi di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN.
"Tahun 2014 kita hanya bisa menghasilkan 5.499 publikasi hasil penelitian, ini sangat jauh jika kita bandingkan dengan Thailand yang jumlah penelitiannya lebih dari 12.000 dan Malaysia hingga 25.000," ujarnya.
Maka dari itu lanjutnya, Kemenristekdikti mendorong agar perguruan tinggi dapat meningkatkan jumlah publikasi penelitian ilmiah dengan menerapkan program peningkatan mutu pendidikan tinggi dan hilirisasi hasil penelitian.
Selain hasil penelitian yang masih kurang, jumlah peneliti di Indonesia juga masih kurang yakni sekitar 544 orang per satu juta penduduk. Walaupun secara perseorangan beberapa Peneliti Indonesia diakui dan dihormati prestasinya di dunia.
Menurut dia, hal tersebut disebabkan oleh belanja riset yang masih rendah sehingga jumlah peneliti dan penelitian juga kurang.
"Jika kita melihat karya dari mahasiswa dan dosen, sebenarnya prestasi kita tidak kalah, contohnya saja pada Pimnas, dimana semua yang ditampilkan dan diperlombakan adalah karya-karya terbaik anak bangsa yang tak kalah dibandingkan dengan negara tetangga," ujarnya.
Selain itu lanjutnya, perguruan tinggi juga harus hadir untuk masyarakat dengan mendorong hasil penelitiannya agar dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut dia, jika ingin ekonomi Indonesia meningkat maka penelitian harus ditingkatkan. Terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah semakin dekat, maka penelitian menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan. Sebab hanya negara dengan daya saing global yang tinggi yang bisa maju di tengah persaingan yang semakin ketat.
"Untuk mewujudkan hal tersebut, Kami sadari harus ada sinergitas antara lembaga penelitian di perguruan tinggi dengan lainnya harus dilakukan," ujarnya.
Lanjut Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti itu, pihaknya akan mengumpulkan balai penelitian dan pengembangan (Balitbang) serta Lembaga Penelitian Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) perguruan tinggi se Indonesia untuk berembuk agar penelitian-penelitian yang dilakukan mahasiswa bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga universitas tidak lagi menjadi menara gading bagi masyarakat.