Kendari (Antara News) - Anggota Legium Veteran Republik Indonesia (LVRI) Sulawesi Tenggara (Sultra) Prof Dr Laode Abdul Rauf MSc menilai sikap mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan di kalangan generasi muda bangsa, kini tinggal slogan.
"Nilai-nilai falsafah Pancasila yang selalu mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi atau golongan, sudah tidak ada lagi di kalangan generasi muda bangsa masa kini," katanya di Kendari, Sabtu.
Di kalangan generasi muda bangsa, kata dia, sudah jarang yang mau berbuat sesuatu untuk bangsa atau membela kepentingan masyarakat dengan mengorbankan kepentingan pribadi.
Rata-rata, kata dia, anak-anak bangsa baru mau berjuang dengan mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga untuk kepentingan bangsa dan negara, apabila yang bersangkutan dapat memperoleh manfaat secara pribadi dari pengorbanan tersebut.
"Dulu, di era tahun 1950-an hingga 1980-an, anak-anak bangsa tidak pernah menuntut imbalan apa pun dari negara bila melakukan sesuatu untuk kepentingan bangsa dan negara," katanya.
Saat ini, ujarnya, kalau tidak bisa mendapatkan manfaat dari apa yang diperjuangkan, anak-anak bangsa rata-rata tidak ingin melibatkan diri dalam sebuah kegiatan yang mungkin bermanfaat besar bagi bangsa dan masyarakat luas.
"Sebelum melakukan sesuatu untuk kepentingan negara, generasi muda lebih dahulu menanyakan honor yang akan didapat dari keikutsertaan dalam kegiatan itu," katanya.
Menurut dia, melunturnya nilai-nilai pengorbanan dari para generasi muda bangsa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain mulai dilupakannya nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara.
"Di dalam Pancasila sebagai dasar negara, kita diajarkan untuk membudayakan hidup gotong royong dan mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat," katanya.
Nilai-nilai Pancasila yang seharusnya menjadi budaya bangsa itu, kata dia, telah bergeser menjadi suara mayoritas untuk menentukan segalanya.
"Padahal, suara mayoritas itu belum tentu menjadi yang terbaik untuk memutuskan sesuatu," katanya.
Sebagai anggota LVRI, Prof Rauf mengimbau pemerintah untuk mengadopsi nilai-nilai Pancasila dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan kemasyarakatan.
Sebab hanya dengan mengedepankan musyawarah mufakat dan budaya gotong royong, kata dia, bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri kemerdekaan.
"Nilai-nilai falsafah Pancasila yang selalu mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi atau golongan, sudah tidak ada lagi di kalangan generasi muda bangsa masa kini," katanya di Kendari, Sabtu.
Di kalangan generasi muda bangsa, kata dia, sudah jarang yang mau berbuat sesuatu untuk bangsa atau membela kepentingan masyarakat dengan mengorbankan kepentingan pribadi.
Rata-rata, kata dia, anak-anak bangsa baru mau berjuang dengan mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga untuk kepentingan bangsa dan negara, apabila yang bersangkutan dapat memperoleh manfaat secara pribadi dari pengorbanan tersebut.
"Dulu, di era tahun 1950-an hingga 1980-an, anak-anak bangsa tidak pernah menuntut imbalan apa pun dari negara bila melakukan sesuatu untuk kepentingan bangsa dan negara," katanya.
Saat ini, ujarnya, kalau tidak bisa mendapatkan manfaat dari apa yang diperjuangkan, anak-anak bangsa rata-rata tidak ingin melibatkan diri dalam sebuah kegiatan yang mungkin bermanfaat besar bagi bangsa dan masyarakat luas.
"Sebelum melakukan sesuatu untuk kepentingan negara, generasi muda lebih dahulu menanyakan honor yang akan didapat dari keikutsertaan dalam kegiatan itu," katanya.
Menurut dia, melunturnya nilai-nilai pengorbanan dari para generasi muda bangsa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain mulai dilupakannya nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara.
"Di dalam Pancasila sebagai dasar negara, kita diajarkan untuk membudayakan hidup gotong royong dan mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat," katanya.
Nilai-nilai Pancasila yang seharusnya menjadi budaya bangsa itu, kata dia, telah bergeser menjadi suara mayoritas untuk menentukan segalanya.
"Padahal, suara mayoritas itu belum tentu menjadi yang terbaik untuk memutuskan sesuatu," katanya.
Sebagai anggota LVRI, Prof Rauf mengimbau pemerintah untuk mengadopsi nilai-nilai Pancasila dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan kemasyarakatan.
Sebab hanya dengan mengedepankan musyawarah mufakat dan budaya gotong royong, kata dia, bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri kemerdekaan.