Jakarta (Antara News) - Upaya memenangi persaingan global dengan negara lain, kata Presiden RI Joko Widodo, Indonesia harus mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, terutama yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.

        "Industri teknologi, kita kalah sama Jerman dan negara lainnya, dari sisi (harga barang, red.) murah kita kalah sama Tiongkok. Dari ekonomi kreatif itu loncatan ada, tinggal bagaimana hal ini disiapkan, bagaimana strategi direncanakan secara detail dan komprehensif," kata Presiden saat bertemu dan berdialog dengan para praktisi di bidang ekonomi kreatif di BSD City, Tangerang, Selasa (4/8).

        Pemerintah memang telah memutuskan sektor ekonomi kreatif akan dijadikan salah satu pilar perkembangan ekonomi nasional. Selain peluang pada masa mendatang sangat besar, Indonesia juga memiliki talenta-talenta yang menjanjikan di bidang ekonomi kreatif.

        Sebut saja di bidang musik dan seni pertunjukan. Bila dibandingkan negara-negara tetangga, musik dan seni pertunjukan Indonesia boleh dikatakan lebih unggul.  Sejak lama musisi, penyanyi, dan lagu Indonesia sudah dikenal dan memuncaki tangga lagu di khazanah musik negara-negara tetangga.

        Seperti yang dikatakan oleh musisi, komposer sekaligus pentolan grup musik Kahitna, Yovie Widianto, yang hadir dalam dialog dengan Presiden, siang itu, bahwa musik Indonesia sekitar 15 tahun yang lalu sebetulnya menjadi salah satu objek studi banding musik Korea yang saat ini mewabah di seluruh dunia.

        "Kalau kita mau belajar dari (perkembangan musik, red.) Korea (saat ini, red.), 15 tahun lalu sahabat saya dari Korea bertanya bagaimana musik Indonesia bisa luar biasa. Saat ini di Korea corak musik cenderung statis tidak seperti sekarang ini," katanya.

        Kini, musik Korea perkembangannya, bahkan jauh melampaui musik Indonesia. Yovie, alumnus Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, mengatakanbahwa mempunyai mimpi dalam beberapa tahun mendatang, kata-kata seperti cinta, damai, dan kasih sayang, bisa dikenal dan digunakan oleh anak-anak muda dari berbagai bangsa yang mempelajari dari lagu-lagu Indonesia yang mereka gandrungi.

        Tidak heran, Yovie bersama-sama dengan beberapa musisi lainnya mengembangkan sebuah program yang diberi nama Raya Indonesia. Melalui program ini, dia menggali potensi musik nasional sehingga nantinya bisa dikemas dan dipopulerkan hingga mancanegara.

    
                           Memberdayakan Masyarakat
        Dalam dialog yang juga dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perindustrian Saleh Husin dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Moenaf tersebut, disampaikan pula bagaimana ekonomi kreatif bisa memberdayakan ekonomi rakyat dan perdesaan.

        Desainer Radio Kayu Singgih Kartono menjelaskan bagaimana produk yang dibuatnya itu berpusat di desa dan bisa memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberdayaan ekonomi perdesaan. Dia memiliki mimpi bahwa sentra industri kreatif tidak selalu berada di kota atau kawasan baru yang dinamakan "SmartCity". Namun, bisa juga tumbuh di daerah dan perdesaan.

        "Desain itu masa depan. Ketika negara industri melihat masa depan adalah bagaimana menciptakan pasar. Namun, yang kita lakukan adalah bagaimana kita bisa mencukupi kebutuhan kita sendiri. Ada ribuan desa dan sumber kekuatan bangsa Indonesia," kata pencipta Radio Magno yang pernah mendapat penghargaan setara dengan penghargaan yang diperoleh oleh Iphone.

         Bila kelak pemerintah memutuskan membangun pusat-pusat desain di Tanah Air, kata dia, Singgih meminta jangan hanya dibangun di kota besar. Namun, juga bisa berada di wilayah-wilayah pinggiran dan daerah yang jauh.

        "Perlu peralihan dari konsentrasi ekonomi kota besar ke desa, pusat desain bukan hanya di Jakarta, melainkan juga harus ada di Ambon bahkan Papua. Itu penting karena desain memiliki peran yang luar biasa," tegasnya.

         Sementara itu, penemu dan inisiator aplikasi Go-jek, Nadim Makarim, kepada Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pengembangan aplikasi dan kegiatan e-commerce tidak hanya semata-mata mencari keuntungan. Para idealis di bidang itu berpandangan aplikasi dan peluang e-commerce bisa menjadi solusi bagi masyarakat untuk mengembangkan perekonomian mereka.

         "Kami para penemu yang memiliki level idealis tinggi bukan hanya mencari laba semata, melainkan juga ingin ada dampak sosial yang bisa diberikan kepada masyarakat. Namun, untuk perkembangan ke depan, kami meminta pemerintah mengubah pola pikir yang ada. Dari semula berperan menjadi wasit berubah menjadi pelatih, dari regulator menjadi inkubator dan dari pengawas berubah menjadi teman sehingga bidang ini berkembang," katanya.

         Presiden RI Joko Widodo mengatakan bahwa semua harapan yang diajukan kepada pemerintah merupakan inti dari bagaimana dunia ekonomi kreatif bisa berkembang dan pada akhirnya memberikan manfaat yang besar baik bagi perekonomian nasional maupun bagi kemajuan bangsa.

         Sejak lama, kata Presiden, Indonesia memang telah memiliki perekonomian tradisional yang kuat, tinggal kemudian bagaimana itu kemudian bisa mengikuti perkembangan zaman dan tetap bisa bersaing dengan kompetitor dari luar negeri.

         "Seperti warung kecil-warung kecil yang ada bagaimana bisa dikoneksikan dengan industri kreatif, juga bagi nelayan, bagaimana bisa menggunakan teknologi terkini sehingga mengetahui cuaca dan lain sebagainya. Saya kira aplikasi seperti itu dapat membantu mereka," kata Kepala Negara.

         Presiden mengatakan, "Dari Kementerian Kominfo saya kira sudah disiapkan road map e-commerce seperti apa dan Pak Rudiantara akan menyampaikan. Saya kira penguasaan masalah bisa lebih baik lagi."

         Tidak hanya dari sisi memajukan perekonomian masyarakat, industri kreatif juga memiliki peluang mendorong peningkatan kualitas intelektual bangsa.

         Penyanyi dan juga penulis Dewi Lestari yang akrab dipanggil Dee, menyampaikan bagaimana upaya yang harus terus-menerus dilakukan mendorong perkembangan kebudayaan masyarakat dari budaya lisan ke budaya literasi.

        Keberpihakan pemerintah sangat dinantikan oleh para penulis dan penggiat literasi. Salah satu kebijakan yang ditunggu adalah pengurangan pajak bagi penerbitan dan penjualan buku, selain kebijakan yang mendukung pada peningkatan bagaimana penerjemahan buku-buku Indonesia ke bahasa asing dan juga sebaliknya.

         "Perlu ada dukungan program pelatihan kreatif dan insentif bagi toko buku dan taman bacaan, khususnya di luar Pulau Jawa," kata penulis buku Supernova tersebut.

         Selain budaya literasi, pengembangan seni panggung juga bisa memberikan pengetahuan dan ekspresi budaya bagi masyarakat. Sebagaimana disampaikan seniman seni pertunjukan, Ratna Riantiarno, saat ini gedung-gedung pertunjukan yang ada sangat minim. Kalaupun ada, kondisinya memprihatinkan.

         Pemerintah, kata Presiden Jokowi, tentu akan merespons semua masukan ini. Masukan yang disampaikan para praktisi tersebut sangat penting dalam memetakan bagaimana seharusnya industri kreatif dibangun dan disokong kemajuannya.

        Bagi Presiden, industri kreatif adalah peluang bagi Indonesia untuk menyelusup di antara himpitan-himpitan hegemoni negara industri dan negara maju dalam ekonomi internasional.  Meski persaingan di industri kreatif dengan negara lain tidak juga ringan, setidaknya talenta-talenta yang dimiliki Indonesia tidak kalah daripada negara lainnya.

         "Tugas saya memberi putusan, ini putusan politik, tetapi masukan dari teman-teman semua," tegas Presiden.

Pewarta : Oleh Panca Hari Prabowo
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024