Kuala Lumpur (Antara News) - Lima pelaut warga Negara Indonesia termasuk kru kapal tanker MT Orkim Harmony yang diduga telah dibajak di perairan Tanjung Sedili, Malaysia, dan sampai saat ini belum diketahui keberadaannya.

        Pihak berwajib Malaysia mengatakan, kapal tanker yang membawa 5.879 metrik ton minyak bernilai 21 juta ringgit (Rp73,5 miliar) itu dirompak, kemungkinan oleh sindikat yang melibatkan warga lokal dan asing.

        Wakil Ketua Operasi Maritim Malaysia (APMM) Laksamana Madya Maritim Datuk Ahmad Puzi Ab Kahar seperti dikutip media lokal di Kuala Lumpur, Selasa mengatakan, berdasar siasatan awal, kapal yang membawa 22 kru itu tidak mengalami musibah atau dirampas pihak tertentu karena tidak ada penemuan sisa minyak, panggilan darurat, atau permintaan uang tebusan dari pihak manapun.

        Selain lima WNI, kru kapal tersebut terdiri atas 16 warga Malaysia dan seorang warga Myanmar.

        Kelima WNI tersebut adalah Bambang Suryawan (43), Iwan Asriadi (39), Nelson Hasiholan Sitorus (35), Ntan Kombongan (30), dan Mawit Matin (46).  "Kalau dirampas, pasti sudah ada pihak yang minta tebusan, karena dalam kasus penculikan di laut maupun darat mereka akan menghubungi keluarga atau perusahaan, tetapi sejauh ini tidak ada. Jadi kemungkinan kapal itu dirompak adalah besar," kata Ahmad Puzi.

        "Jika dilihat catatan tangkapan kita sebelum ini memang ada keterlibatan sindikat perompak khususnya melibatkan warga lokal dan warga negara tetangga kita," katanya.

        MT Orkim Harmony milik perusahaan pelayaran Magna Meridian Sdn Bhd yang tengah dalam perjalanan dari Melaka ke Pelabuhan Kuantan dilaporkan hilang pada Kamis (11/6) pukul 20.57 waktu setempat.

        Kapal tersebut membawa muatan bensin RON95 yang dimiliki Petronas.

        Berdasarkan modus operandi kasus perompakan sebelumnya, muatan minyak terutama diesel akan dipindahkan ke kapal lain di tengah laut dan anak kapal akan dilepaskan untuk dibawa ke pelabuhan terdekat.

        Namun menurut Ahmad Puzi, kerja pemindahan bensin RON95 ditengah laut lebih sukar dan berisiko tinggi dibandingkan diesel, karena termasuk bahan mudah terbakar.

        Ia mengatakan, kawasan pencarian kapal itu telah diperluas hingga 50 ribu km persegi dari posisi ia hilang.       "Pencarian dengan aset sejauh ini yaitu delapan kapal, tiga bot, dan satu pesawat di sekitar perairan Sabah dan Serawak tidak menemukan jejak. Jadi kami yakin ia masih berada di sekitar Laut China Selatan di perairan Kepulauan Natuna dan Anambas, Indonesia."

        "Kami sudah menghubungi pihak berwenang Indonesia, menginformasikan bahwa pencarian juga akan dilakukan di perairan mereka. APMM juga mendapatkan bantuan dari Majelis Keselamatan Negara (MKN) terkait permohonan aset dari Vietnam, Singapura, Australia, Amerika Serikat dan Thailand," katanya.

Pewarta : Oleh Sri Haryati
Editor :
Copyright © ANTARA 2024