London (Antara News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Federasi Perdagangan Kakao London untuk mengurangi biaya keluar atau pajak impor produk olahan kakao dari Indonesia ke Eropa.

        "Kita minta perlakuan terhadap potensi Indonesia dalam produksi olahan biji kakao itu jangan diskriminasi.  Kalau kakao kita masuk ke sini (Eropa), itu dikasih pajak impor 5 sampai 6 persen, kalau Afrika tidak diberi pajak," kata Wapres di London, Kamis.

        Hal itu akan disampaikan Wapres Kalla dalam Konferensi FCC tahunan di London, Jumat (15/5).

        Sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan ekspor komoditi kakao ke pasar Eropa.

        Namun, ekspor tersebut selama ini mengalami kesulitan karena tingginya biaya masuk atau biaya impor yang diberlakukan terhadap komoditi kakao dari Indonesia.  "Akhir-akhir ini, hampir semua komoditi harganya turun kecuali kakao.  Artinya, ada potensi permintaan dunia terhadap kakao dan produk olahannya semakin baik dan ini juga potensi bagi kita sebagai negara penghasil kakao terbesar nomor tiga di dunia," jelasnya.

        Indonesia berada di urutan ketiga, setelah Pantai Gading dan Ghana, dalam menghasilkan biji kakao.  Bahkan, produksi biji kakao Indonesia dengan Ghana hanya selisih 50 ribu ton per tahun.   "Produksi biji kakao kita per tahun 700 ribu ton, Ghana 750 ribu ton, ini kita bisa saja menempati posisi kedua.  Target kita menaikkan 50 persen produksi kakao untuk keperluan ekspor di 2020," jelasnya.

        Dengan peningkatan produksi biji kakao di Indonesia, maka hal itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani kakao karena selama ini produksi kakao langsung dari petani kepada industri pengolahnya.  "Produksi kakao itu 95 persen dari petani, itu bagusnya komoditi ini, sehingga pemerataannya bagus dan penghasilannya juga langsung ke petani," katanya menambahkan.

        Wapres Kalla berkunjung ke London dalam rangka menghadiri Konferensi Federasi Pedagang Kakao (Federation of Cacao Commerce) se-dunia.   Wapres mengatakan misinya tersebut untuk meningkatkan usaha perkebunan kakao di Indonesia supaya dapat meluas hingga menjangkau pasar Eropa.

        "Kakao itu hasil pertanian terbesar kita ketiga untuk ekspornya, setelah minyak kelapa sawit dan karet. Akhir-akhir ini, hampir semua komoditas itu turun harganya, kecuali kakao, artinya potensi permintaan dunia terhadap kakao ini makin baik," jelas Wapres.

        Menurut dia, Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi biji kakao karena tidak banyak negara di dunia yang memiliki perkebunan kakao.  "Tidak banyak negara bisa menghasilkan kakao karena hanya negara-negara dengan iklim tropis itu yang bisa ditanami kakao, sehingga kita punya potensi sangat penting sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia," ujarnya.

                                          Gernas Kakao
        Pemerintah akan kembali menggencarkan Gerakan Nasional percepatan revitalisasi kakao di Indonesia guna memperluas perkebunan penghasil kakao untuk keperluan ekspor, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di London, Kamis.

        "Kita pernah ada Gernas Kakao 2008, waktu itu (anggarannya) Rp1 triliun per tahun untuk revitalisasi perkebunan kakao selama tiga tahun.  Ini kita ajukan lagi Rp1,2 triliun supaya lebih meluas lagi karena target Pemerintah 2020 itu produksi biji kakao naik hingga 50 persen untuk ekspor," kata Wapres Kalla.

        Wapres menjelaskan Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana.  Oleh karena itu, Pemerintah berupaya untuk memperluas dan memperbaiki kualitas kakao di Tanah Air sehingga dapat masuk ke pasar internasional, salah satunya kawasan Eropa.

        "Dari semua komoditi dunia yang harganya turun, hanya kakao yang naik. Dan dari tiga negara terbesar penghasil kakao di dunia itu, Indonesia yang paling stabil. Ini artinya kita punya potensi penting di bidang ini," kata Kalla.

        Dengan peningkatan produksi biji kakao di Indonesia, maka hal itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani kakao karena selama ini produksi kakao langsung dari petani kepada industri pengolahnya.   "Produksi kakao itu 95 persen dari petani, itu bagusnya komoditi ini, sehingga pemerataannya bagus dan penghasilannya juga langsung ke petani," tambahnya.

        Terkait konferensi pedagang kakao, Wapres mengatakan misinya untuk meningkatkan usaha perkebunan kakao di Indonesia supaya dapat meluas hingga menjangkau pasar Eropa.   "Kakao itu hasil pertanian terbesar kita ketiga untuk ekspornya, setelah minyak kelapa sawit dan karet. Akhir-akhir ini, hampir semua komoditas itu turun harganya, kecuali kakao, artinya potensi permintaan dunia terhadap kakao ini makin baik," jelas Wapres.

        Menurut dia, Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi biji kakao karena tidak banyak negara di dunia yang memiliki perkebunan kakao.  "Tidak banyak negara bisa menghasilkan kakao karena hanya negara-negara dengan iklim tropis itu yang bisa ditanami kakao, sehingga kita punya potensi sangat penting sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia," ujarnya.

                                         Jamuan
         Wakil Presiden Jusuf Kalla berkunjung ke Istana Buckingham, Kamis, dalam rangka memenuhi undangan minum teh sekaligus membicarakan hal-hal terkait hubungan kerja sama bilateral dengan Duke of York Pangeran Andrew.

        Wapres tiba di Istana Buckingham pukul 16.00 waktu setempat dengan didampingi Duta Besar RI T.M. Hamzah Thayeb, Sekretaris Wapres Mohamad Oemar serta Deputi Seswapres bidang Ekonomi Tirta Hidayat.

        "Pangeran Andrew itu mengetuai promosi investasi Inggris ke luar negeri dan dia pernah ketemu saya di Jakarta beberapa tahun lalu.  Saya dan dia akan mendiskusikan langkah-langkah bersama yang baik untuk Indonesia maupun Inggris," kata Wapres di Kedutaan Besar Republik Indonesia di kawasan Mayfair, London.

        Wapres mengatakan Inggris ingin mempertahankan kekuatannya sebagai negara dengan ekonomi baik di kawasan Eropa, sehingga Inggris memiliki investasi di luar negeri.   "Inggris ingin tetap mempertahankan sebagai kekuatan ekonomi di Eropa yang terbaik dewasa ini dan di banyak negara Eropa itu yang berkembang baik Inggris maupun Jerman, pertumbuhan mereka juga masih baik dan ingin selalu memiliki investasi di luar," ujar Wapres Kalla.

        Jamuan minum teh atau dikenal dengan 'afternoon tea' di Inggris menjadi sebuah tradisi sejak tahun 1800-an dan populer di kalangan bangsawan Kerajaan Inggris.

Pewarta : Oleh Fransiska Ninditya
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024