Batam (Antara News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan media tak akan bisa berkembang tanpa kemajuan dan pertumbuhan ekonomi, sehingga harus saling bersama-sama memberikan dukungan bagi kebaikan bangsa dan negara.

        "Kalau ekonomi tak maju mana ada yang mau pasang iklan. Dan tak mungkin media minta subsidi kepada pemerintah seperti tahun 60 dan 70. Sudah tak zamannya lagi seperti itu," kata Jusuf Kalla, saat membuka "The 1st Asean Summit for State-owned Enterpreses and Media (ASSOEM). The Future of Asean in Global Economic Community ", di Batam, Kepulauan Riau, Jumat.

        Hadir dalam acara itu Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Pariwisata Arief Yahya, serta Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani.

        Dikatakan Wapres, media dalam menyebarkan berita hendaknya juga jangan mengkritik hancur-hancuran, karena akan bisa menjadikan masyarakat terganggu yang pada akhirnya ikut mempengaruhi perekonomian nasional juga.

        Media, ingat Kalla, dalam menyiarkan berita hendaknya juga bisa menyampaikan kemajuan perekonomian sekalipun bukan tanpa larangan menyampaikan kritik.

        Di era jelang berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), media juga memberikan peran penting dalam menyampaikan. Informasi sehingga keberadaannya tak bisa dikesampingkan.

        Diingatkan wapres kembali hal peting yang harus dilakukan jelang MEA, katanya, adalah melakukan efisiensi dan inovasi agar bisa bersaing dengan sesama negara anggota ASEAN.

        "Efisiensi merupakan kunci dari keberhasilan memenangkan persaingan sehingga harus menjadi perhatian bersama," kata Kalla.

        Sebagai negara ASEAN yang memiliki penduduk terbanyak, Wapres optimistis Indonesia akan mampu bersaing sektor jasa dan sumber daya manusia.

        "Tentu kita harus mengantisipasi namun bukan berarti kita harus kalah bersaing," ujarnya.

        Kalla juga tidak setuju jika dikatakan Indonesia akan kebanjiran tenaga asing dengan berlakunya MEA.

        Menurut Wapres, pergerakan tenaga kerja tentunya akan pindah ke negara yang memberikan gaji lebih besar.

        "Jadi mana mungkin pekerja di Singapura dan Malaysia datang ke Indonesia. Yang ada justru sebaliknya, tenaga kerja kita ke luar negeri," ucap wapres.

Pewarta : Oleh Ahmad Wijaya
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024