Manado   (Antara News) - Petani di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengeluhkan harga komoditas cengkih yang terus mengalami penurunan di bulan Januari 2015 ini.

         "Harga cengkih mulai turun di pekan ke tiga Januari 2015 ke posisi Rp136 ribu setelah lama bertahan di harga Rp150 ribu tahun lalu," kata Ray, petani cengkih asal Minahasa, di Manado, Senin.

          Saat ini, kata Ray sudah ada daerah yang melakukan panen cengkih, bisa rugi nantinya jika panen raya, lalu harga terus anjlok.

         Hal senada juga dikatakan Herry, petani cengkih asal Minahasa Selatan, saat ini di kabupaten Minsel sebagian mulai panen cengkih.

         "Jangan sampai harga anjlok disaat petani hendak merasakannya," kata Herry.

         Dia berharap agar pemerintah turun tangan untuk menjaga kestabilan harga cengkih. Sebab jika harga cengkih terus turun, petani bisa rugi, tidak sesuai lagi ongkos memetik dan menjemurnya.

         "Jangan sampai turun lagi, sebab kalau dibawah Rp 100.000 nantinya bisa rugi," ungkapnya.

         Dirinya memintah agar pemerintah harus menjaga harga cengkih. Sebab kalau harganya jatuh, petani cengkih yang mengalami kerugian.

         Dia mengatakan ketika panen nanti, cengkih yang diperolehnya dari kebun sendiri tidak bisa disimpan lama, karena hasil penjualannya untuk membayar pemetik. "Jadi memang tidak bisa ditahan, harus cepat dijual," ungkapnya.

         Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Hanny Wajong mengatakan penurunan harga cengkih di Manado karena stok yang berlebih, sehingga harganya turun menjadi Rp 136.000.

         Oleh karena itu pemerintah terus melakukan pemantauan terhadap harga cengkih, jangan sampai turun lebih jauh lagi.

         "Setiap hari sudah ada tim pemantau khusus yang turun ke sejumlah pasar tradisional untuk memantau pergerakan harga komoditas unggulan Sulut," katanya.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor :
Copyright © ANTARA 2024