Kendari  (Antara News) - Kalangan penambang pasir di Sungai Pohara, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) menyambut gembira datangnya musim penghujan.

Salah seorang pengusaha penambang pasir, Mardin Ilham (53) di Kendari, Minggu, mengatakan musim penghujan akan menambah keras aliran air di Sungai Pohara.

"Kalau aliran air dari hulu Sungai Pohara keras maka volume pasir dalam dasar sungai akan meningkat dalam tempo yang cepat. Inilah yang menggembirakan bagi pengusaha pasir maupun buruh penambang," kata Mardin Ilham.

Buruh yang menambang pasir secara manual di aliran Sungai Pohara pada musim penghujan hanya membutuhkan waktu satu hari untuk memenuhi volume satu meter kubik.

Sedangkan pada musim kemarau, seperti yang terjadi lima bulan yang lalu buruh harus bekerja keras dua sampai tiga hari untuk memenuhi volume satu meter kubik.

Pasir Pohara,--sebutan lazim bagi warga setempat-- dijual seharga Rp550 ribu satu dumping truk dengan volume empat meter kubik.

Sedangkan, pasir Pohara yang bercampur kerikil lebih mahal, hingga seharga Rp800 ribu per meter kubik.

Penyalur pasir Pohara Dirhan (33) mengatakan banyak pilihan untuk kebutuhan pasir maupun kerikil.

"Pasir Pohara kualitasnya terbaik karena ditambang dari air tawar sehingga harganya cukup mahal," kata Dirhan.

Sedangkan, pasir yang ditambang dari Sungai Wanggu dan Sungai Abeli dalam wilayah Kota Kendari lebih murah atau sekitar Rp420 ribu dengan volume 3,5 meter kubik.

Selain kualitas pasir lebih rendah juga stok penampungan pasir Sungai Wanggu dan Abeli berada dalam kota.

Pewarta : Sarjono
Editor :
Copyright © ANTARA 2024