Gorontalo (Antara News) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Kabupaten Gorontalo Utara, memastikan jika hewan kurban di daerah ini aman dari penyakit menular.
"Kami mengintensifkan pemeriksaan hewan kurban tersebar di sebelas kecamatan dan dipastikan seluruhnya aman konsumsi, baik sapi maupun kambing," ujar kepala Disnakkeswan Gorontalo Utara, Zuherman Zul, Sabtu.
Ia mengatakan, tim pemeriksaan turun di seluruh desa dan kecamatan, menjangkau wilayah perbatasan seperti di wilayah Limbato, Kecamatan Tolinggula yang sulit dijangkau untuk memastikan kesehatan hewan kurban di kabupaten ini.
Fokus pemeriksaan juga dilakukan di desa maupun kecamatan yang membeli hewan kurban dari luar Provinsi Gorontalo, diantaranya dari Sulawesi Utara, Sulawesi tengah maupun Sulawesi Selatan untuk antisipasi penyakit tergolong "eksotik" di Gorontalo.
Khususnya Anthrax, Brucellosis yang bersifat dapat menular pada manusia "Zoonosis", namun hingga pemeriksaan rampung dilakukan, pihaknya tidak menemukan hewan kurban dengan ciri-ciri penyakit tersebut.
"Secara klinis 'Anyemortem', belum ditemukan hewan kurban yang mengidap penyakit menular," ujar Zuherman.
Pemeriksaan 'Post Mortem' menurut ia, masih akan dilakukan saat dan setelah pemotongan hewan kurban untuk melihat dan memastikan keamanan daging yang akan dikonsumsi masyarakat penerima.
Mengingat untuk penyakit cacing hati memang tidak bisa dilihat secara kasat mata, sehingga pihaknya masih akan menurunkan petugas dan dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan daging yang akan disalurkan.
Tim pemeriksa akan mengambil sampel daging, untuk menghindari daging yang bisa maupun tidak bisa dikonsumsi, seperti bagian hati maupun paru yang rawan mengandung cacing.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pihak pelaksana pemotongan hewan kurban di seluruh kecamatan, untuk menyisihkan sampel daging yang akan diperiksa," kata Zuherman.
Sekitar 79 ekor yang diidentifikasi mengidap penyakit menular di Kecamatan Biawu dan Tolinggula, setelah diperiksa kata dokter hewan ini, dipastikan layak dan sehat untuk disembelih pada hari raya Idul Adha 1435 hijriyah.
Ia bahkan memastikan, tim pemeriksa yang turun langsung di setiap kecamatan tidak menemukan hewan kurban pemakan sampah, sebab rata-rata sapi maupun kambing diberi pakan rumput-rumputan, seperti rumput gajah, seperti yang ada di Kecamatan Tomilito.
Sementara itu, Kepala Bagian Ekonomi dan Sosial (Eksos) Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara, Yost Pomalingo mengatakan, jumlah hewan kurban yaitu sapi tersebar di sebelas kecamatan sebanyak 438 ekor, belum termasuk kambing.
Ia mengaku, pihaknya tidak menerima data secara keseluruhan, sebab sebagian hewan kurban yang akan disembelih oleh organisasi sosial kemasyarakatan maupun kelompok-kelompok pengajian, datanya tidak dilaporkan.
Namun ia menduga, jumlah hewan kurban di daerah ini secara keseluruhan mencapai seribu ekor lebih tersebar di 123 desa di 11 kecamatan.
"Kami mengintensifkan pemeriksaan hewan kurban tersebar di sebelas kecamatan dan dipastikan seluruhnya aman konsumsi, baik sapi maupun kambing," ujar kepala Disnakkeswan Gorontalo Utara, Zuherman Zul, Sabtu.
Ia mengatakan, tim pemeriksaan turun di seluruh desa dan kecamatan, menjangkau wilayah perbatasan seperti di wilayah Limbato, Kecamatan Tolinggula yang sulit dijangkau untuk memastikan kesehatan hewan kurban di kabupaten ini.
Fokus pemeriksaan juga dilakukan di desa maupun kecamatan yang membeli hewan kurban dari luar Provinsi Gorontalo, diantaranya dari Sulawesi Utara, Sulawesi tengah maupun Sulawesi Selatan untuk antisipasi penyakit tergolong "eksotik" di Gorontalo.
Khususnya Anthrax, Brucellosis yang bersifat dapat menular pada manusia "Zoonosis", namun hingga pemeriksaan rampung dilakukan, pihaknya tidak menemukan hewan kurban dengan ciri-ciri penyakit tersebut.
"Secara klinis 'Anyemortem', belum ditemukan hewan kurban yang mengidap penyakit menular," ujar Zuherman.
Pemeriksaan 'Post Mortem' menurut ia, masih akan dilakukan saat dan setelah pemotongan hewan kurban untuk melihat dan memastikan keamanan daging yang akan dikonsumsi masyarakat penerima.
Mengingat untuk penyakit cacing hati memang tidak bisa dilihat secara kasat mata, sehingga pihaknya masih akan menurunkan petugas dan dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan daging yang akan disalurkan.
Tim pemeriksa akan mengambil sampel daging, untuk menghindari daging yang bisa maupun tidak bisa dikonsumsi, seperti bagian hati maupun paru yang rawan mengandung cacing.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pihak pelaksana pemotongan hewan kurban di seluruh kecamatan, untuk menyisihkan sampel daging yang akan diperiksa," kata Zuherman.
Sekitar 79 ekor yang diidentifikasi mengidap penyakit menular di Kecamatan Biawu dan Tolinggula, setelah diperiksa kata dokter hewan ini, dipastikan layak dan sehat untuk disembelih pada hari raya Idul Adha 1435 hijriyah.
Ia bahkan memastikan, tim pemeriksa yang turun langsung di setiap kecamatan tidak menemukan hewan kurban pemakan sampah, sebab rata-rata sapi maupun kambing diberi pakan rumput-rumputan, seperti rumput gajah, seperti yang ada di Kecamatan Tomilito.
Sementara itu, Kepala Bagian Ekonomi dan Sosial (Eksos) Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara, Yost Pomalingo mengatakan, jumlah hewan kurban yaitu sapi tersebar di sebelas kecamatan sebanyak 438 ekor, belum termasuk kambing.
Ia mengaku, pihaknya tidak menerima data secara keseluruhan, sebab sebagian hewan kurban yang akan disembelih oleh organisasi sosial kemasyarakatan maupun kelompok-kelompok pengajian, datanya tidak dilaporkan.
Namun ia menduga, jumlah hewan kurban di daerah ini secara keseluruhan mencapai seribu ekor lebih tersebar di 123 desa di 11 kecamatan.