Madiun (Antara News) - Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) Ismed Hasan Putro menyatakan Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang industri gula.
"RNI memiliki 10 pabrik gula yang rata-rata per tahun tiap pabriknya terdapat 10 orang yang pensiun. Artinya, kalau saya pukul rata ada kebutuhan 100 orang. Sementara, pabrik gula yang berada di bawah naungan RNI dan PTPN ada 50 pabrik se-Indonesia. Bisa dibayangkan berapa orang atau SDM yang dibutuhkan per tahunnya utuk industri tersebut," ujarnya di Kota Madiun, Jawa Timur, Minggu.
Setelah peletakan baru pertama pembangunan gedung Akademi Gula Rajawali Indonesia (AkGRI) di Kota Madiun, ia menjelaskan pemerintah selama ini belum mendukung industri gula di Tanah air dengan SDM yang memadai.
Hal itu karena, sekolah-sekolah yang dibangun adalah sekolah umum. Demikian juga, sekolah kejuruan yang ada bukan bergerak di bidang industri gula.
"Padahal, gula merupakan salah satu subtitusi pangan yang sangat strategis. Buktinya, Indonesia masih impor gula. Hal itulah yang membuat RNI tergugah untuk mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Gula Rajawali di Madiun yang telah beroperasi sejak Mei 2014, dan saat ini akan dibangun Akademi Gula Rajawali Indonesia di kota yang sama sebagai lanjutannya," tutur Ismed.
Ia berasumsi jika sampai tahun 2020, pemerintah tidak memperbaiki industri gula dan pangan Tanah Air secara periodik, maka dipastikan pada tahun tersebut Indonesia akan kehilangan devisa sebesar Rp1.500 triliun untuk impor pangan, seperti gula, beras, dan lainnya.
Dampak dari tersebut, lanjutnya, petani akan semakin terpuruk nasibnya karena tidak dapat menanam komoditas di lahannya sendiri. Kondisi itu tentu saja akan berimbas kepada perindustrian Tanah Air.
"Jadi, sudah saatnya kita harus membenahi diri. Agar ironi-ironi tadi tidak sampai terjadi pada lima hingga 10 tahun yang akan datang," kata dia.
Ismed menambahkan gedung Akademi Gula Rajawali Indonesia (AkGRI) di Kota Madiun tersebut akan mulai dibangun pada Oktober mendatang dan diharapkan pada tahun ajaran baru 2015 sudah dapat beroperasi.
Rencananya, untuk tahap awal akan dibuka tiga kelas dengan masing-masing kelas sebanyak 25 orang. Adapun, jurusan yang dibuka antara lain agrobisnis tanaman perkebunan, kimia, dan industri.
"Gedung tersebut dibangun di atas tanah milik RNI. Demikian juga, pembangunannya semua didanai oleh RNI," tambah Ismed Hasan.
Sementara, Wali Kota Madiun Bambang Irianto, sangat mendukung dengan pembangunan Akademi Gula Rajawali Indonesia (AkGRI). Sebab, hal itu sejalan dengan Pemkot Madiun yang berkonsentrasi pada pengembangan sektor jasa dan pendidikan.
"Investasi SDM adalah investasi yang tidak akan pernah hilang. Keberadaan AkGRI akan semakin mendukung pengembangan sektor jasa dan pendidikan di Kota Madiun. Sebab, pengembangan di sektor lain sulit dilakukan mengingat wilayah Kota Madiun yang terbatas," kata Wali Kota Bambang Irianto.
Ia berharap, saat beroperasi nanti, AkGRI akan memprioritaskan warga Kota Madiun dalam penerimaan mahasiswanya. Paling tidak, 20 persen mahasiswa yang diterima berasal dari Madiun dan sisanya adalah lulusan SMA/SMK
"RNI memiliki 10 pabrik gula yang rata-rata per tahun tiap pabriknya terdapat 10 orang yang pensiun. Artinya, kalau saya pukul rata ada kebutuhan 100 orang. Sementara, pabrik gula yang berada di bawah naungan RNI dan PTPN ada 50 pabrik se-Indonesia. Bisa dibayangkan berapa orang atau SDM yang dibutuhkan per tahunnya utuk industri tersebut," ujarnya di Kota Madiun, Jawa Timur, Minggu.
Setelah peletakan baru pertama pembangunan gedung Akademi Gula Rajawali Indonesia (AkGRI) di Kota Madiun, ia menjelaskan pemerintah selama ini belum mendukung industri gula di Tanah air dengan SDM yang memadai.
Hal itu karena, sekolah-sekolah yang dibangun adalah sekolah umum. Demikian juga, sekolah kejuruan yang ada bukan bergerak di bidang industri gula.
"Padahal, gula merupakan salah satu subtitusi pangan yang sangat strategis. Buktinya, Indonesia masih impor gula. Hal itulah yang membuat RNI tergugah untuk mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Gula Rajawali di Madiun yang telah beroperasi sejak Mei 2014, dan saat ini akan dibangun Akademi Gula Rajawali Indonesia di kota yang sama sebagai lanjutannya," tutur Ismed.
Ia berasumsi jika sampai tahun 2020, pemerintah tidak memperbaiki industri gula dan pangan Tanah Air secara periodik, maka dipastikan pada tahun tersebut Indonesia akan kehilangan devisa sebesar Rp1.500 triliun untuk impor pangan, seperti gula, beras, dan lainnya.
Dampak dari tersebut, lanjutnya, petani akan semakin terpuruk nasibnya karena tidak dapat menanam komoditas di lahannya sendiri. Kondisi itu tentu saja akan berimbas kepada perindustrian Tanah Air.
"Jadi, sudah saatnya kita harus membenahi diri. Agar ironi-ironi tadi tidak sampai terjadi pada lima hingga 10 tahun yang akan datang," kata dia.
Ismed menambahkan gedung Akademi Gula Rajawali Indonesia (AkGRI) di Kota Madiun tersebut akan mulai dibangun pada Oktober mendatang dan diharapkan pada tahun ajaran baru 2015 sudah dapat beroperasi.
Rencananya, untuk tahap awal akan dibuka tiga kelas dengan masing-masing kelas sebanyak 25 orang. Adapun, jurusan yang dibuka antara lain agrobisnis tanaman perkebunan, kimia, dan industri.
"Gedung tersebut dibangun di atas tanah milik RNI. Demikian juga, pembangunannya semua didanai oleh RNI," tambah Ismed Hasan.
Sementara, Wali Kota Madiun Bambang Irianto, sangat mendukung dengan pembangunan Akademi Gula Rajawali Indonesia (AkGRI). Sebab, hal itu sejalan dengan Pemkot Madiun yang berkonsentrasi pada pengembangan sektor jasa dan pendidikan.
"Investasi SDM adalah investasi yang tidak akan pernah hilang. Keberadaan AkGRI akan semakin mendukung pengembangan sektor jasa dan pendidikan di Kota Madiun. Sebab, pengembangan di sektor lain sulit dilakukan mengingat wilayah Kota Madiun yang terbatas," kata Wali Kota Bambang Irianto.
Ia berharap, saat beroperasi nanti, AkGRI akan memprioritaskan warga Kota Madiun dalam penerimaan mahasiswanya. Paling tidak, 20 persen mahasiswa yang diterima berasal dari Madiun dan sisanya adalah lulusan SMA/SMK