Kendari (Antara News) - Kalangan orang tua siswa di Pulau Sagori, Kabupaten Bombana mempertanyakan dana bea siswa bagi anak-anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sagori yang tidak disalurkan oleh Kepala Sekolah.
"Katanya anak-anak kami yang sekolah di SMP Satu Atap Pulau Sagori diberikan bea siswa dari pemerintah, namun tidak disalurkan kepada para siswa yang berhak menerima dana tersebut," kata salah seorang orang tua siswa, La Ryfu (49) melalui telepon dari Pulau Sagori, Sabtu.
Menurut La Ryfu, para orang tua siswa sudah mempertanyakan dana bea siswa tersebut kepada pihak sekolah.
Informasi dari salah seorang guru kata dia, dana bea siswa untuk para siswa yang berhak di sekolah itu telah diterima kepala sekolah bernama N.
Namun, kepala sekolah sendiri ujarnya terkesan menyembunyikan keberadaan dana bea siswa tersebut kepada para siswa yang berhak menerima.
"Pak Kepala sekolah bukan hanya menyembunyikan dana bea siswa sebesar Rp600 ribu per siswa, melainkan juga malas masuk sekolah," katanya.
Menurut La Ryfu yang juga kepala dusun Pulau Sagori itu, N sebagai kepala SMP Satu Atap Pulau Sagori lebih banyak melalaikan tugas di sekolah.
"Terkadang dalam seminggu kepala sekolah hanya sekali masuk melaksanakan tugas di sekolah," katanya.
Ia mengatakan orangtua siswa di Pulau Sagori mengharapkan pihak Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bombana agar memaksa kepala sekolah segera menyalurkan dana bea siswa yang menjadi hak para siswa tersebut.
"Katanya anak-anak kami yang sekolah di SMP Satu Atap Pulau Sagori diberikan bea siswa dari pemerintah, namun tidak disalurkan kepada para siswa yang berhak menerima dana tersebut," kata salah seorang orang tua siswa, La Ryfu (49) melalui telepon dari Pulau Sagori, Sabtu.
Menurut La Ryfu, para orang tua siswa sudah mempertanyakan dana bea siswa tersebut kepada pihak sekolah.
Informasi dari salah seorang guru kata dia, dana bea siswa untuk para siswa yang berhak di sekolah itu telah diterima kepala sekolah bernama N.
Namun, kepala sekolah sendiri ujarnya terkesan menyembunyikan keberadaan dana bea siswa tersebut kepada para siswa yang berhak menerima.
"Pak Kepala sekolah bukan hanya menyembunyikan dana bea siswa sebesar Rp600 ribu per siswa, melainkan juga malas masuk sekolah," katanya.
Menurut La Ryfu yang juga kepala dusun Pulau Sagori itu, N sebagai kepala SMP Satu Atap Pulau Sagori lebih banyak melalaikan tugas di sekolah.
"Terkadang dalam seminggu kepala sekolah hanya sekali masuk melaksanakan tugas di sekolah," katanya.
Ia mengatakan orangtua siswa di Pulau Sagori mengharapkan pihak Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bombana agar memaksa kepala sekolah segera menyalurkan dana bea siswa yang menjadi hak para siswa tersebut.