Ikrar menyatukan tanah dan air dari seluruh wilayah kabupaten dan kota di Nusantara, sudah diucapkan Presiden Forum Pemuda Indonesia (FPI) Fajar Kurniawan pada penyelenggaraan FPI ke-3 tahun 2014 di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pada forum tersebut, Fajar berjanji akan membawa tanah dan air dari seluruh kabupaten dan kota di Indonesia masing-masing satu liter, yang akan ditumpahkan di kawasan Tugu Cagar Biosfir Pemuda Nusantara di Wangiwangi yang dibangun peserta FPI.

"Bagaimana cara memobilisasi satu liter tanah dan satu lir air dari seluruh kabupaten di Indonesia, nanti kita pikirkan," katanya saat peletakkan batu pertama pembangunan Tugu Cagar Biosfir Pemuda Nusantara di kawasan Padang Padakuru, Wangiwangi Selatan, Sabtu (24/5) pekan lalu.

Yang pasti lanjut Fajar, Tugu Cagar Biosfir Pemuda Nusantara yang sudah dimulai pembangunannya, akan menjadi saksi sejarah bagi kreatifitas pemuda menyatukan Nusantara di bumi Wakatobi yang saat ini telah menjadi salah satu dari delapan Cagar Biosfir Bumi di Indonesia.

"Ketika tanah-tanah dan air dari seluruh kabupaten dan kota di Indonesia sudah ditumpahkan di kawasan tugu ini, para pemuda sesungguhnya sudah berhasil menyatukan kehidupan di seluruh wilayah Nusantara," katanya.
Mengumpulkan satu liter tanah dan satu liter air dari setiap kabupaten di Indonesia diakui Fajar bukanlah perkara gampang.

Selain membutuhkan pikiran, tenaga dan waktu, memobilisasi tanah dan air dari kabupaten asal ke Wakatobi hingga terhampar di kawasan tugu, juga membutuhkan energi yang tidak sedikit.
Namun dengan membangkitkan semangat kepemudaan dan menumbuhkan nilai-nilai budaya kegotongroyongan yang menjadi ciri khas kebudayaan bangsa, mengumpulkan satu liter tanah dan satu liter air dari semua kabupaten dan kota tidaklah sulit.

"Sejarah perjalanan bangsa ini telah membuktikan, semangat para pemuda dan budaya kegotoroyongan telah mengantarkan bangsa ini melepaskan diri dari cengkraman penjajah," katanya.
Jika semangat dan nilai-nilai budaya gotong royong para pemuda merebut kemerdekaan dibangkitkan kembali, dalam waktu singkat tanah Nusantara sudah bisa menyatu di bumi Wakatobi.

Simbol Peradaban Baru
Sementara itu, Bupati Wakatobi, Hugua sangat mengapresiasi tekad Presiden FPI untuk menyatukan tanah dan air Nusantara untuk kehidupan makhluk di bumi Wakatobi tersebut.

Menurut dia penyatuan tanah dan air Nusantara di bumi Wakatobi yang akan menjadi sumber kehidupan mahluk hidup itu, merupakan awal kreatifitas pemuda Indonesia sekaligus menjadi simbol dalam membangun peradaban baru di bumi Nusantara, bahkan dunia.

"Saat ini, di Indonesia hanya sedikit kepala daerah (bupati dan wali kota) yang mendedikasikan tugasnya menjaga dan memelihara kelestarian alam yang menjadi sumber kesejahteraan masyarakat," katanya.

Sebagian besar penguasa di daerah, tidak berpikir memberikan sesuatu kepada alam, melainkan berlomba menerbitkan usaha pertambangan untuk mengeruk sumber daya alam yang dampaknya telah menghancurkan lingkungan.

"Para pemuda peserta FPI ke-3, hari ini sudah memikirkan kehidupan dan berbuat betapa penting kelestarian alam yang disimbolkan melalui tekad penyatuan tanah Nusantara di kawasan Tugu Cagar Biosfir Nusantara di bumi Wakatobi ini," katanya.

Peradaban baru selalu memberi dan memberi sesuatu kepada alam seyogyanya ditularkan kepada masyarakat di seluruh Nusantara bahkan dunia, sehingga sumber kesejahteraan manusia terus berkelanjutan dari masa ke masa.

"Ketika kita memberikan sesuatu kepada alam, alam akan mengembalikan lebih dari apa yang kita berikan, namun akan memuntahkan bencana demi bencana ketika kita hanya mengeruk dari alam," katanya.

Era Biodiversity
Menurut Hugua sepanjang peradaban manusia di muka bumi, sudah lahir tiga era, yakni era industrialiasi dimulai dari revolusi Perancis, era kapitalis dimulai dari Amerika dan era digital dimulai dari Korea.

Sebentar lagi kata dia, akan lahir era biodiversity atau keragaman hayati bumi yang dimulai dari bumi Wakatobi, pusat segitiga karang dunia.

"Era biodiversity bumi telah ditandai para pemuda peserta FPI ke-3 tahun 2014 melalui tekat menyatukan tanah dan air Nusantara di Tugu Cagar Biosfir Bumi Pemuda Nusantara di Wakatobi," katanya.

Menurut Hugua, kawasan Wakatobi seluas kurang lebih 1,5 juta hektar, memiliki keragaman hayati paling di seluruh kawasan yang ada di dunia.

Di alam bawah laut wilayah kabupaten yang sebelumnya sudah menjadi Taman Nasional Laut Wakatobi itu, menjadi rumah bagi 750 jenis terumbu karang dan 942 jenis ikan.

"Di laut Karibia yang banyak dikunjungi para penyelam kelas dunia, hanya dihuni 50 jenis terumbu karang, sedangkan di Laut Merah, hanya hidup 300 jenis terumbu karang," katanya.

Keragaman hayati yang cukup tinggi di kawasan itu, mendorong Unesco menetapkan kawasan Wakatobi sebagai salah satu dari delapan Cagar Biosfir Bumi di Indonesia.

Para pemuda yang ikut menambah keragaman hayati di kawasan itu melalui penyatuan tanah dan air Nusantara, menjadi tonggak sejarah baru awal lahirnya era biodiversity bumi di Wakatobi.

Pewarta : Agus
Editor : Abdul Azis Senong
Copyright © ANTARA 2024