Mamuju (Antara News) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, menyampaikan proses pengerjaan Kamus Bahasa Daerah Mamuju hingga kini masih diperiksa atau diteliti oleh tim balai Bahasa Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar).
"Tim lokal ahli bahasa yang ada di Mamuju telah kita libatkan untuk memasukkan datanya untuk dilakukan penelitian oleh tim kamus Balai Bahasa yang ada di Makassar. Tentu proses perampungan kamus bahasa daerah Mamuju membutuhkan waktu lama. Jangankan bahasa daaerah Mamuju, proses pengerjaan kamus bahasa Indonesia saja memakan waktu hingga 30 tahun lamanya," kata Kepala Disporabudpar Mamuju, Rahman di Mamuju, Selasa.
Menurutnya, proses perampungan bahasa lokal Mamuju banyak hambatan karena di daerah ini tidak ada "lontara" atau silsilah yang menjadi rujukan untuk mengklaim menjadi bahasa Mamuju.
"Kita sangat berhati-hati dalam menyusun kamus bahasa Mamuju karena tidak menutup kemungkinan ada bahasa Mamuju yang sama dengan bahasa lokal lainnya dan itu cukup jelas banyak persamaan bahasa daerah lain seperti bahasa daerah Mambi dan bahasa lainnya," katanya.
Yang pastinya, kata Rahman, kamus bahasa Mamuju jilid pertama akan diupayakan bisa diperkenalkan ke masyarakat paling tidak saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Mamuju ke 473 tahun 2014.
"Kamus jilid pertama tidak bersipat final. Bukan tidak mungkin setelah diluncurkan akan ada penambahan dalam kamus bahasa Mamuju. Kita berharap, ada masukan para tokoh-tokoh budayawan Mamuju untuk melakukan koreksi kamus bahasa Mamuju jilid pertama," tutur Rahman.
Rahman mengatakan, penyusunan kamus Bahasa Mamuju tentu melibatkan langsung Bupati Mamuju, Dr.Suhardi Duka, selaku penginsiatif lahirnya kamus bahasa daerah ini.
"Kamus bahasa Mamuju akan menjadi muatan lokal dalam proses belajar mengajar pada sekolah dasar. Hal ini dilakukan karena generasi muda kita mulai tidak memahami bahasanya sendiri," ungkap Rahman.
Karena itu kata dia, para tenaga pengajar yang ada di sekolah harus mempersiapkan diri untuk menjadikan bahasa daerah menjadi bahan ajar di sekolah-sekolah.
"Ini menjadi tanggungjawab bersama khususnya Dinas Pendidikan untuk memasukkan bahasa lokal menjadi salah satu muatan lokal untuk proses belajar di sekolah," ungkap Rahman.
"Tim lokal ahli bahasa yang ada di Mamuju telah kita libatkan untuk memasukkan datanya untuk dilakukan penelitian oleh tim kamus Balai Bahasa yang ada di Makassar. Tentu proses perampungan kamus bahasa daerah Mamuju membutuhkan waktu lama. Jangankan bahasa daaerah Mamuju, proses pengerjaan kamus bahasa Indonesia saja memakan waktu hingga 30 tahun lamanya," kata Kepala Disporabudpar Mamuju, Rahman di Mamuju, Selasa.
Menurutnya, proses perampungan bahasa lokal Mamuju banyak hambatan karena di daerah ini tidak ada "lontara" atau silsilah yang menjadi rujukan untuk mengklaim menjadi bahasa Mamuju.
"Kita sangat berhati-hati dalam menyusun kamus bahasa Mamuju karena tidak menutup kemungkinan ada bahasa Mamuju yang sama dengan bahasa lokal lainnya dan itu cukup jelas banyak persamaan bahasa daerah lain seperti bahasa daerah Mambi dan bahasa lainnya," katanya.
Yang pastinya, kata Rahman, kamus bahasa Mamuju jilid pertama akan diupayakan bisa diperkenalkan ke masyarakat paling tidak saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Mamuju ke 473 tahun 2014.
"Kamus jilid pertama tidak bersipat final. Bukan tidak mungkin setelah diluncurkan akan ada penambahan dalam kamus bahasa Mamuju. Kita berharap, ada masukan para tokoh-tokoh budayawan Mamuju untuk melakukan koreksi kamus bahasa Mamuju jilid pertama," tutur Rahman.
Rahman mengatakan, penyusunan kamus Bahasa Mamuju tentu melibatkan langsung Bupati Mamuju, Dr.Suhardi Duka, selaku penginsiatif lahirnya kamus bahasa daerah ini.
"Kamus bahasa Mamuju akan menjadi muatan lokal dalam proses belajar mengajar pada sekolah dasar. Hal ini dilakukan karena generasi muda kita mulai tidak memahami bahasanya sendiri," ungkap Rahman.
Karena itu kata dia, para tenaga pengajar yang ada di sekolah harus mempersiapkan diri untuk menjadikan bahasa daerah menjadi bahan ajar di sekolah-sekolah.
"Ini menjadi tanggungjawab bersama khususnya Dinas Pendidikan untuk memasukkan bahasa lokal menjadi salah satu muatan lokal untuk proses belajar di sekolah," ungkap Rahman.