Jakarta,  (Antara News) - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing berpendapat tak ada jaminan duet Joko Widodo (Jokowi)- Jusuf Kalla (JK) dapat berjalan harmonis selama lima tahun karena apabila keduanya terpilih untuk memimpin bangsa Indonesia.

        "Tak ada jaminan keduanya harmonis ke depan, bahkan konflik atau pemakzulan di tengah masa jabatan Jokowi dianggap terbuka," ujar pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing di Jakarta, Sabtu.

        Menurut dia, ada ketimpangan kemampuan yang bisa dilihat, bahwa jika dinilai JK  pada nilai 9 dari segi pengalaman dan kemampuan. Sedangkan Jokowi nilainya 7 atau 7,5.

        "Hubungan Jokowi-JK bila nantinya jadi presiden dan wakil presiden diprediksi tidak akan langgeng," kata dia.

        Berdasarkan pengalaman politik, lanjutnya, JK lebih mumpuni dan sudah malang melintang di internal Golkar, sementara Jokowi terbilang masih muda dan kalah jauh dari JK.

        "Ada tiga variabel, pertama Jokowi latar belakang pendidikannya kehutanan mikro sedangkan Jusuf Kalla sudah ahli perencanaan makro," ujar dia.

        Kedua, ia mengatakan, Jusuf Kalla lebih memiliki pengalaman dan kepemimpinan atau leadership yang kuat dibanding Jokowi. Sehingga hal tersebut membuka ruang keduanya terjadi konflik jika memimpin.

        "Tipikal antara Jokowi dan Jusuf Kalla berbeda. Bila Jokowi lebih kuat akan budaya Jawa, ewuh pakewuh dan tak eksplisit, berbeda dengan Jusuf Kalla yang sosoknya no contek, apa adanya dan blak-blakan," ujar dia.

        Ketiga, ia mengatakan, dari segi usia, Jokowi lebih muda dibandingkan JK sehingga hal tersebut menjadi hambatan psikologis yang menyebabkan keduanya bisa tak harmonis.

        "Jokowi usianya lebih muda, JK lebih tua. Ini menjadi hambatan psikologis yang menyebabkan keduanya bisa tak harmonis. Jokowi pemimpin muda, rasa sungkannya kuat," ujar dia.
    


Pewarta : Azis Kurmala
Editor :
Copyright © ANTARA 2024