Siapa sangka tali besar bekas dipakai kapal yang kemudian diolah kembali menjadi ukuran kecil-kecil dapat mengantarkan Usman (86) beribadah haji ke Tanah Suci Mekkah.

         Usman yang dikaruniai 11 anak, 30 cucu dan 10 cicit dari hasil perkawinannya dengan Rodiah (alm) dan Esih, menggeluti usaha tersebut sejak zaman Belanda, dan sampai saat ini tetap bertahan sebagai perajin tambang.

         Di usianya yang sudah uzur, Usman masih terlihat segar dan bersemangat melilit bahan tali bekas kapal yang sudah dipisah-pisahkan dengan menggunakan alat pelilit. Tidak tampak sedikit pun kelelahan diwajahnya .

         "Saya tidak hafal (ingat) tahun berapa mulai membuka usaha ini, yang pasti masih zaman Belanda, tapi bukan di sini," kata Usman di rumahnya, Jalan Suka Damai No. 43 RT04/04, Kelurahan Serua Indah, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

         Usman yang tidak mengenyam pendidikan di sekolah formal, kepada penulis menyatakan belajar melilit tali sehingga menjadi tali yang kuat secara otodidak. Kepandaian itu ditularkan lagi ke orang yang mau belajar kepadanya.

         "Banyak mahasiswa yang datang ke sini, bahkan dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah,  sengaja belajar melilit tali di sini beberapa hari. Bapak dengan ikhlas mengajarkannya," kata Usman yang naik haji pada Tahun 1993.

         Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi tali, ia cari sendiri ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Bekas tali kapal ukuran besar itu harganya Rp6.000/kg yang diangkut menggunakan mobil dengan ongkos Rp500.000 (PP).

         "Ada sekitar satu ton tali bekas kapal yang saya beli. Kemudian sampai di tempat kerja, tali-tali tersebut dipreteli dibantu oleh empat tenaga kerja," kata Usman. Setelah diolah menjadi tali-tali ukuran kecil dijual ke pasar dengan harga Rp25.000/kg.

         Usman mengelola tali dari berbagai macam jenis, ada tali plastik, tali guritha dan ada pula tali nilon dan serat tali ganggang.

         Setiap hari, ia mampu membuat tali tambang 20 kg, atau rata-rata dalam sebulan dihasilkan 600 kg. Jika dijual dengan harga Rp25.000/kg, maka dalam sebulan ia mendapatkan Rp15 juta.

         Seperti pengusaha lainnya, Usman mengakui dalam mengembangkan usahanya masih terbentur dengan keterbatasan modal usaha, sehingga ia membutuhkan dana segar.

         Kemudian ia diperkenalkan oleh cucunya ke pihak Bank Tabungan Negara (BTN) terdekat dan pihak bank yang melihat usaha Usman memiliki prospek bagus memberikan pinjaman Rp39 juta, dan setelah lunas diberi pinjaman lagi Rp15 juta.

         "Modal sebesar itu sangat membantu membeli bahan baku dan biaya operasional lainnya," kata Usman yang mengaku tidak pernah merokok dan mulai bekerja setelah selesai shalat Subuh.

         Dari usaha tali tambang tersebut Usman mampu membeli sebidang tanah seluas 1.052 meter dan tiga unit sepeda motor .

         Keuletan Usman mengelola usaha tali tambang tersebut didorong oleh kemauan keras, dan dukungan istri dan anaknya meski usianya sudah mendekati satu abad.

         Ketekunan Usman yang menghabiskan waktunya dari muda hingga tua  di usaha tali tambang mendapat perhatian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, karena dari sekian banyak pengusaha di Indonesia hanya segelintir yang masih mau bekerja pada usia yang sudah lanjut tersebut.

         "Saya diperkenalkan oleh pihak BTN kepada Presiden pada acara temu usaha di Kota Tangerang Selatan setahun yang lalu," kata Usman yang tampak bangga bisa bertemu orang nomor satu di Indonesia ini.

Pewarta : Oleh Ridwan Chaidir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024