Kendari, (Antara News) - Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam tahun 2014 akan melakukan pelatihan sekalaigus pembinaan kepada 2.300 sekolah yang terkait penulisan bahan ajaran muatan lokal.
"Pelatihan bahan penulisan ajaran muatan lokal itu didasari hasil Kongres Internasional Bahasa Daerah dilaksanakan di Kota Baubau 2012 dan Rakor Bahasa Mei 2013," kata Kepala kantor Bahasa Sultra, Prof. Dr. H Hanna, MPd di Kendari, Selasa.
Menurut Hanna, kegiatan pelatihan guru bahasa dimungkinkan harus diwujudkan, dan sasarannya pada guru bahasa ditingkat sekolah dasar (SD).
Makanya, guru-guru SD dengan bahan ajar muatan lokal itu harus diwujudkan karena sudah sebahagian menjadi bahan kurikulum sekolah di tahun 2013, sekaligus sebagai pemerkaya budaya nasional
Ia mengatakan, menariknya pelatihan bagi guru bahasa di sekolah dasar itu karena di Sultra berdasarkan hasil penelitian ilmiah sedikitnya ada 15 bahasa daerah asli yang harus dilestarikan sebagai produk unggulan untuk bahan pelajarab muatan lokal.
"Saat ini, baru enam bahasa daerah yang dalam proses perampungan untuk dijadikan bahan ajaran muatan lokal ditingkat sekolah, dan selanjutnya akan dikembangkan lagi hingga 10 bahan ajaran di tahun 2014," katanya.
Ke-10 bahsa daeral asli yang menjadi titik perhatian kantor bahasa Sultra diantaranya, Bahasa Tolaki, Moronen, Muna, Ciacia, Wolio Buton, Culabacu, Kulisusu, Lasalimu dan Maligano.
Tujuan pelatihan para guru bahasa itu, kata Prof Hanna, untuk memberi pemahaman agar guru bahasa dapat menciptakan suatu karya-karya seni daerah lokal yang dapat diinterdisiplinkan menjadi bahasa yang digandrungi masyarakat khususnya di Sultra.
Hanna mengatakan, di Sultra hasil prediksi terdapat kurang lebih 190 bahasa, namaun setelah dilakukan penelitian ilmiah terkait berbagai aspek, mulai dari pendekatan budaya masing-masing daerah dan etnis maka disimpulkan bahwa hanya adA 15 bahasa asli yang dapat dijadikan khasana daerah dan sisanya masuk kategori dialeg bahasa.
Pada bagian lain Prof Hanna mengatakan, Kantor Bahasa Sultra, pada Juni 2013 telah menyelenggarakan festival musikalisasi dan puisi dengan peserta dari siswa-siswi SMA.
Tindaklanjut dari kegiatan pembinaan musikalisasi dan puisi menjadi program Kantor Bahasa Sultra dengan bekerjasama Pemkot Kendari dan saat ini telah memiliki sejumlah sekolah binaan yang muali dari tingkat SD, SLTP dan SMU dan SMK.
"Proses pembinaan dilakukan tim dari Kantor Bahasa Sultra, dengan mendatangi sekolah yang telah dijadikan binaan selama ini," ujar Prof Hanna.
"Pelatihan bahan penulisan ajaran muatan lokal itu didasari hasil Kongres Internasional Bahasa Daerah dilaksanakan di Kota Baubau 2012 dan Rakor Bahasa Mei 2013," kata Kepala kantor Bahasa Sultra, Prof. Dr. H Hanna, MPd di Kendari, Selasa.
Menurut Hanna, kegiatan pelatihan guru bahasa dimungkinkan harus diwujudkan, dan sasarannya pada guru bahasa ditingkat sekolah dasar (SD).
Makanya, guru-guru SD dengan bahan ajar muatan lokal itu harus diwujudkan karena sudah sebahagian menjadi bahan kurikulum sekolah di tahun 2013, sekaligus sebagai pemerkaya budaya nasional
Ia mengatakan, menariknya pelatihan bagi guru bahasa di sekolah dasar itu karena di Sultra berdasarkan hasil penelitian ilmiah sedikitnya ada 15 bahasa daerah asli yang harus dilestarikan sebagai produk unggulan untuk bahan pelajarab muatan lokal.
"Saat ini, baru enam bahasa daerah yang dalam proses perampungan untuk dijadikan bahan ajaran muatan lokal ditingkat sekolah, dan selanjutnya akan dikembangkan lagi hingga 10 bahan ajaran di tahun 2014," katanya.
Ke-10 bahsa daeral asli yang menjadi titik perhatian kantor bahasa Sultra diantaranya, Bahasa Tolaki, Moronen, Muna, Ciacia, Wolio Buton, Culabacu, Kulisusu, Lasalimu dan Maligano.
Tujuan pelatihan para guru bahasa itu, kata Prof Hanna, untuk memberi pemahaman agar guru bahasa dapat menciptakan suatu karya-karya seni daerah lokal yang dapat diinterdisiplinkan menjadi bahasa yang digandrungi masyarakat khususnya di Sultra.
Hanna mengatakan, di Sultra hasil prediksi terdapat kurang lebih 190 bahasa, namaun setelah dilakukan penelitian ilmiah terkait berbagai aspek, mulai dari pendekatan budaya masing-masing daerah dan etnis maka disimpulkan bahwa hanya adA 15 bahasa asli yang dapat dijadikan khasana daerah dan sisanya masuk kategori dialeg bahasa.
Pada bagian lain Prof Hanna mengatakan, Kantor Bahasa Sultra, pada Juni 2013 telah menyelenggarakan festival musikalisasi dan puisi dengan peserta dari siswa-siswi SMA.
Tindaklanjut dari kegiatan pembinaan musikalisasi dan puisi menjadi program Kantor Bahasa Sultra dengan bekerjasama Pemkot Kendari dan saat ini telah memiliki sejumlah sekolah binaan yang muali dari tingkat SD, SLTP dan SMU dan SMK.
"Proses pembinaan dilakukan tim dari Kantor Bahasa Sultra, dengan mendatangi sekolah yang telah dijadikan binaan selama ini," ujar Prof Hanna.