Denpasar (Antara News) - Bagian belakang pesawat Lion Air jurusan Banjarmasin-Bandung-Denpasar terbelah menjadi dua bagian di bibir pantai akibat tergelincir saat hendak mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, Sabtu sore.

Tidak ada korban jiwa dalam musibah yang terjadi pada pukul 15.35 Wita tersebut karena seluruh penumpang berhasil dievakuasi.

Kepala Polda Bali Irjen Pol Arif Wachyunadi menyebutkan bahwa pesawat tersebut mengangkut 168 penumpang dewasa, tiga anak-anak, satu bayi, dan tujuh awak.

Namun data manifes dari Bandara Hussein Sastranegara, Bandung, pesawat nahas itu membawa 95 penumpang dewasa, lima anak-anak, satu bayi, dan tujuh awak.

Pesawat tersebut tinggal landas dari Bandara Hussein Sastranegara pukul 12.48 WIB. Namun saat hendak mendarat di Bandara Ngurah Rai, pesawat tersebut tergelincir di ujung barat landasan yang berada di perairan laut Pantai Kuta.

"Saat ini di dalam pesawat sudah tidak ada lagi satu pun penumpang dan awak. Semua sudah berhasil diselamatkan petugas kepolisian, SAR, dan nelayan sekitar," kata Kapolda.

Pada peristiwa naas itu, sejumlah penumpang pesawat Lion Air dari Bandung, Jawa Barat, keluar melalui pintu darurat.

"Begitu sampai di sayap, ternyata sudah ada di laut," kata Ivone (15), penumpang Lion Air jenis Boeing 737-800-NG nomor penerbangan JT-904 itu.

Ia sama sekali tidak merasakan adanya kejanggalan apa pun saat pesawat yang ditumpanginya meninggalkan landasan pacu Bandara Hussein Sastranegara, Bandung

"Tiba-tiba saat hendak mendarat di Bali (Bandara Ngurah Rai) terdengar tiga kali benturan keras," kata Ivone yang duduk di deretan kursi nomor 23 bersama ibu dan dua saudaranya itu.

Sementara itu penumpang lainnya tidak mendengar informasi mengenai pendaratan darurat beberapa saat sebelum pesawat bernomor penerbangan JT-960 itu tergelincir.

"Sebelum mendarat, pesawat sempat terhempas. Tapi tidak ada info apa pun dari kru," kata Putu Bavita Gunawan, penumpang selamat Lion Air, saat ditemui di RSUP Sanglah, Denpasar.

Ia merasakan pesawat yang ditumpanginya itu membentur benda keras. "Badan saya terbentur jok di depan sampai dada ini terasa sesak," katanya usai menjalani pemeriksaan kesehatan bersama penumpang lainnya di RSUP Sanglah.

Beberapa saat kemudian, air laut menggenangi kabin pesawat. "Baru satu jam kemudian ada petugas yang memberikan pertolongan," kata Gunawan yang tinggal di Sesetan, Denpasar, itu.

Dia juga tidak merasakan kejanggalan saat pesawat yang hendak membawanya pulang dari Bandara Hussein Sastranegara, Bandung, pada pukul 12.48 WIB itu.

Bahkan dia dan anggota keluarganya yang terbang dengan pesawat Boeing 737-800-NG buatan 2012 itu sempat foto bersama di dalam pesawat sebelum meninggalkan Bandung.

Hal senada juga diungkapkan penumpang lainnya, Leli Widyawati. "Tak ada pemberitahuan atau petunjuk untuk mengenakan pelampung saat pesawat yang saya tumpangi itu tercebur laut," katanya menuturkan.

Beberapa penumpang yang berdiri di sayap, segera dievakuasi oleh nelayan Pantai Segara, Tim SAR, dan petugas Polda Bali.

Korban luka-luka tergelincirnya pesawat Lion Air di ujung landasan pacu Bandar Udara Ngurah Rai dirawat di Rumah Sakit Kasih Ibu, Kedonganan, Kuta.

Sedikitnya 29 korban luka-luka menjalani perawatan secara intensif di sini," kata Dewi, petugas penerimaan pasien RS Kedonganan.

Sebagian dari penumpang yang menjadi korban dalam musibah tersebut mengalami patah tulang dan trauma. Bahkan seorang penumpang bernama Ketut Manis (45) mengalami patah tulang leher.

Pria yang bekerja di sebuah hotel di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, itu harus menjalani CT-Scan untuk mengetahui  kondisi tulang leher yang patah dalam peristiwa tersebut.

"Sampai saat ini kami masih menunggu hasil CT-Scan kakak saya," kata Ketut Yadi Sarmoko, kakak ipar korban.

Ia mengetahui pesawat Lion Air tergelincir di Pantai Segara, Kita, itu dari pesawat televisi. "Saya tahu dia menumpang pesawat itu karena habis mengikuti pertemuan dengan pemimpun perusahaannya di Bandung," katanya.

Lusiana (26) juga menjalani perawatan di rumah sakit itu bersama anaknya, Fadil (8) yang mengalami luka-luka. "Saya mau main ke rumah teman saya di Bali. Tapi ternyata kena musibah," kata Lusiana.

Sementara itu, Tina Lestiana mengalami trauma akibat musibah yang dialaminya. Perempuan itu dalam kondisi hamil sehingga dibawa ke RS Kasih Ibu untuk mengetahui kondisi janinnya.

Saat ini RS Kasih Ibu ramai oleh lalu lalang petugas kesehatan yang menerima korban kecelakaan pesawat tersebut. Beberapa anggota keluarga korban juga berdatangan di rumah sakit yang berjarak sekitar 6 kilometer dari Bandara Ngurah Rai itu.

Sebanyak 10 penumpang pesawat Lion Air yang tergelincir saat hendak mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, dan mengapung di Pantai Segara, Kuta, Sabtu sore, diizinkan meninggalkan RSUP Sanglah, Denpasar.

"Mereka kami izinkan pulang karena berdasarkan pemeriksaan, luka-lukanya tidak begitu parah," kata Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUP Sanglah dr Ken Wirasandhi.

Menurut dia, para korban mengalami luka-luka ringan akibat benturan saat pesawat jurusan Bandung-Denpasar yang ditumpanginya tergelincir di ujung landasan pacu Bandara Ngurah Rai pada pukul 15.35 Wita.

Berdasarkan data di RSUP Sanglah, ke-10 penumpang yang diizinkan pulang itu adalah Putu Bavita Gunawan, Leli Widyawati, Sani Stevani, Dinar, Iwan, Dewi, Yuko, Jajang, Inke, dan Ignatius Senduk.

Sementara itu, Kepolisian Daerah Bali akan mendampingi para korban tergelincirnya Lion Air di Pantai Segara, Kuta, untuk mendapatkan haknya sebagai korban kecelakaan dari maskapai penerbangan berlogo singa itu.

"Tentunya kami juga akan berkoordinasi dengan pihak Lion Air untuk memenuhi hak para penumpang yang menjadi korban kecelakaan itu," kata Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Arif Wachyunadi saat memberikan keterangan pers di "Emergency Operation Center" Bandara Ngurah Rai, Tuban, Kabupaten Badung, Sabtu malam.

Dengan didampingi Kepala Departement of Air Traffic Services, Operation, and Readiness Bandara Ngurah Rai Tri Basuki, Kapolda menyebutkan bahwa jumlah penumpang dan awak pesawat jurusan Bandung-Denpasar itu sebanyak 108 orang.

Mereka terdiri dari 56 penumpang dewasa laki-laki, 39 dewasa perempuan, lima anak-anak, satu bayi, dan tujuh awak (pilot, kopilot, dan lima pramugari).    

Di antara para penumpang itu terdapat dua warga negara Singapura dan satu warga negara Prancis. Pesawat tersebut tergelincir di ujung landasan pacu sebelah barat Bandara Ngurah Rai dan mengapung di Pantai Segara, Kuta, pada pukul 15.15 Wita.

"Hasil pengamatan di TKP, semua penumpang dan awak pesawat dievakuasi mulai pukul 15.30 hingga 17.00 Wita dengan melibatkan nelayan, Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan Angkasa Pura," kata Kapolda.

Menurut dia, pesawat Boeing 737-800-NG itu bernomor penerbangan JT-960 dengan nomor registrasi PK-5KS. Awalnya sempat tertulis JT-904. "Namun yang JT-904 itu di-'cancel'. Jadi yang berangkat JT-960," kata jenderal polisi bintang dua itu.

Sebagian penumpang dalam kondisi selamat dan sehat mendapat fasilitas akomodasi dari pihak Lion Air dengan menginap di beberapa hotel sebelum melanjutkan penerbangan ke kota asal atau ke beberapa tempat lain.

Namun penumpang yang mengalami luka-luka menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit. Menurut catatan Kapolda, sampai saat ini ada 32 penumpang dirawat di RS Kasih Ibu, Kedonganan, Kuta; 10 di RSUP Sanglah, Denpasar (sudah diizinkan pulang); seorang di RS Kasih Ibu di Jalan Teuku Umar, Denpasar; tiga di RS BIMC Kuta, dan satu di RS Surya Husada Kuta.

Di Bandara Ngurah Rai, sebanyak 12 jadwal penerbangan domestik dan internasional di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, mengalami penundaan akibat tergelincirnya pesawat Lion Air jurusan Bandung-Denpasar.

"Akibat dari kecelakaan itu kami menutup bandara selama satu jam sehingga banyak pesawat yang tidak bisa mendarat dan lepas landas," kata Tri Basuki selaku Kepala Departemen ATS Operations and Readiness Bandara Ngurah Rai saat memberikan keterangan pers di "Emergency Operation Center" Bandara Ngurah Rai, Tuban, Kabupaten Badung, Sabtu malam.

Bandara Ngurah Rai sempat ditutup selama satu jam mulai pukul 16.00 Wita karena tim evakuasi melakukan penyelamatan terhadap pesawat bernomor penerbangan JT-960 itu.

Menurut dia, 12 penerbangan tersebut terdiri dari delapan pesawat yang akan mendarat dan tertahan di udara selama 15 menit serta empat penerbangan yang akan tinggal landas terpaksa mengalami penundaan.

Selain itu tiga penerbangan lainnya dialihkan ke bandara alternatif, seperti ke Bandara Internasional Lombok.

Tri Basuki menyatakan bahwa tidak ada informasi dari kru pesawat terkait adanya tidaknya masalah yang dihadapi pesawat nahas itu beberapa saat sebelum mendarat dan tergelincir di Pantai Segara, Kuta, yang berjarak sekitar 10 meter dari ujung landasan pacu bagian barat Bandara Ngurah Rai.

"Bandara baru bisa dibuka setelah pukul 17.00 Wita karena evakuasi sudah bisa diselesaikan," katanya.


Sementara itu Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti merilis data penerbangan pesawat Lion Air yang gagal mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, dan tergelincir di Pantai Segara, Kuta, Sabtu sore, baru tercatat 146 jam terbang.

"Pesawat itu dibuat tahun 2013 dengan jam terbang yang masih tercatat 146 jam per 11 April ini. Jadi pesawatnya masih baru," katanya saat memberikan keterangan pers di "Emergency Operation Center" Bandara Ngurah Rai, Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu malam.

Menurut dia, pesawat dengan nomor registrasi PK-LKS jenis Boeing 737 seri 800 "Next Generation" itu baru didatangkan dari pabriknya di Seattle, Amerika Serikat.

Pesawat yang mendarat di laut sekitar 10 meter dari landasan pacu 09 Bandara Ngurah Rai itu bahkan baru didaftarkan di Kementerian Perhubungan pada Maret 2013 dengan semua kelengkapan sertifikat yang masih berlaku.

Meski demikian, penyelidikan pesawat keluaran baru yang melayani rute penerbangan Bandung-Denpasar itu masih terus didalami baik dari segi armada, awak pesawat, maupun cuaca.

Saat ini tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah berada di Bali untuk memulai penyelidikan terkait jatuhnya pesawat yang membawa 108 penumpang dan kru itu.

"Pilot Data Recorder" (PDR) dan "Cockpit Data Recorder" (CVR) juga telah ditemukan untuk diteliti oleh KNKT.

Sementara itu badan pesawat bercat putih itu masih teronggok di Pantai Segara, tepatnya di depan landasan pacu 09 sebelah barat bandara dengan kondisi terbelah pada bagian belakang.

"Setelah tim kumpulkan data, secepatnya akan kami evakuasi. Itu sudah 'total lost' jadi segera dipotong-potong untuk ditarik," katanya.

Pewarta :
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024