Kendari (ANTARA News) - Bupati Kabupaten Wakatobi, Hugua, menyatakan film `The Mirror Never Lies` yang meraih penghargaan sebagai film terbaik di kawasan Asia Pasifik, kurang diminati penonton dalam negeri.

"Saya sendiri tidak paham, mengapa film yang berkisah tentang persahabatan anak-anak masyarakat suku Bajo dengan lingkungan alam di Wakatobi itu, begitu menarik perhatian insan-insan film di Asia Pasifik, bahkan Eropa, sedangkan di dalam negeri kurang menarik perhatian," kata Hugua di Wangiwangi, Selasa.

Menurut dia, film yang diproduksi Pemerintah Kabupaten Wakatobi bekerjasama WWF Indonesia, SET Film bersama Garin Nugroho dan Nadine Candrawinata itu, sudah memperoleh penghargaan Earth Grand Prix Awards dari Tokyo International Film Festival 2011 untuk Film bertemakan lingkungan terbaik, dan Fipresci Awards (Penghargaan tertinggi dari asosiasi Kritikus Film International) dari Hongkong International Film Festival 2012.

Selain itu juga pernah mendapat penghargaan sebagai film terbaik dalam Festival Film Busan Korea Selatan.

Terakhir pada 23 November 2012 kata dia, fiml tersebut meraih penghargaan sebagai film terbaik di Asia Pasifik yang penghargaannya diterima sutradara film tersebut, Kamila Andini di Brisbane Australia.

Film yang ikut diseleksi dalam ajang tersebut kata dia, sebanyak 264 film dan yang masuk nominasi hanya 34 film dari 18 negara.

"Dari 34 film yang masuk nominasi tersebut, dua di antaranya film dari Indonesia, yakni `The Mirror Never Lies` atau Cermin tidak Pernah Bohong dan Negeri di Bawah Kabut," katanya.

Namun ujarnya, yang memperoleh penghargaan dalam ajang tersebut, hanya film `The Mirror Never Lies` atau Cermin tidak pernah bohong dalam kategori Children Feature Film.

Ia mengatakan, film `The Mirror Never Lies` yang dibintangi oleh Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian, bercerita tentang kehidupan Suku Bajo, suku laut di kepulauan Wakatobi.

Film yang sarat dengan pesan konservasi itu kata dia, mengambil lokasi shooting di lokasi-lokasi cantik di Kabupaten Wakatobi.

"Anak-anak suku Bajo di Wakatobi, ikut dilibatkan menjadi pemain pendukung dalam film itu," katanya.

Tapi sangat disayangkan ujanrya, film yang menarik perhatian insan-insan film di luar negeri itu, kurang mendapat perhatian di dalam negeri.

"Kita berharap, film itu dapat ditayangkan di sejumlah stasiun televisi nasional, sehingga pesan-pesan pelestarian lingkungan hidup yang terkandung dalam film itu dapat dicontoh masyarakat Indonesia pada umumnya". ujarnya. (Ant).

Pewarta : Agus
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024