Bogor (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan dirinya telah mengirim surat kepada Presiden Myanmar Thein Sein untuk menyelesaikan masalah etnis Rohingya dengan sebaik-baiknya.

"Tadi malam saya siapkan surat. Insya Allah terkirim kepada Presiden Thein Sein (Presiden Myanmar), ungkapkan harapan Indonesia ke Pemerintah Myanmar untuk selesaikan permasalahan etnis Rohingya dengan sebaik-baiknya," kata Presiden dalam konferensi pers di kediamannya Puri Cikeas, Sabtu.

Presiden menilai, masalah konflik Rohingya dan Rakhine harus didudukkan dalam konteks yang objektif.

Menurut Presiden, konflik ini merupakan konflik horizontal yang terjadi antaretnis, dimana kedua etnis memiliki agama yang berbeda. Rohingya beragama Islam yang minoritas, sementara Rakhine beragama Budha yang merupakan mayoritas.

Berdasarkan laporan dari Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Duta Besar Indonesia di Myanmar, menurut Presiden sejauh ini tidak ada genosida (pembersihan etnis) dalam konflik komunal tersebut.

Menurut Presiden, tercatat 77 korban jiwa meninggal dalam konflik tersebut, 109 luka-luka, 17 masjid rusak, 15 monastry (rumah ibadah agama Budha) rusak dan 5.000 rumah rusak atau terbakar.

"Bukan seperti yang diberitakan," katanya.

Sementara akibat konflik yang terjadi di bulan Mei dan Juni tersebut, jumlah pengungsi Rohingya meningkat menjadi 53 ribu, sementara pengungsi dari etnis Rakhine mencapai 24 ribu.

Menurut Presiden, memang terdapat persepsi penanganan pengungsi yang dinilai diskriminatif dari Pemerintah Myanmar terhadap penanganan pengungsi etnis Rohingya.

Untuk itu, Presiden mengungkapkan perlunya membenahi penanganan pengungsi yang lebih baik dan menangani konflik etnis tersebut secara lebih baik.

Menurut Presiden, Pemerintah Myanmar telah berupaya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan membentuk komite investigasi pascakerusuhan, mengundang UNHCR dan Worl Food Programme dalam penanganan pengungsi dan melihat langsung ke tempat kejadian.

Selain itu, juga mengundang para duta besar negara Islam, seperti Indonesia, Kuwait dan Arab Saudi untuk melihat langsung ke lapangan.

Namun dia juga mengusulkan agar dalam hal ini selain mengundang Perserikatan Bangsa-Bangsa, juga lembaga-lembaga regional lainnya seperti Organisasi Konferensi Islam maupun ASEAN untuk dapat melihat langsung apa yang terjadi sebenarnya di lapangan.

Sementara itu, dalam konferensi pers tersebut, Presiden didampingi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Pendidikan M Nuh, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muahimin Iskandar dan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. (ANT)

Pewarta :
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024