Kendari (ANTARA News) - Kegiatan Festival Perairan Pulau Makassar (FPPM) yang dilaksanakan sesuai kalander pariwisata nasional, 18 Juli 2012, berlangsung hanya sehari dengan menampilkan satu acara tunggal yakni ritual 'tuturangiana andala' dan 'pekande-kendea', berbeda dengan tahun lalu, yang berlangsung meriah selama empat hari dengan berbagai jenis kegiatan seni budaya lokal.

Festival Pulau Makassar yang dibuka Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), HM Saleh Lasata, di Pulau Makassar, Kota Baubau, Rabu hanya berlangsung sehari.

Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom) Badan Infokom Kota Baubau, H Nasir di Baubau, Rabu, mengatakan, kegiatan FPPM dibuka Wakil Gubernur Sultra, HM Saleh Lasatta hari ini hanya menyelenggarakan festival itut sehari saja karena jadwal pelaksanaannya sudah mendekati bulan Ramadhan 1433 Hijriah.

"Biasanya, Festival Perairan Pulau Makassar ini digelar selama empat hari, yakni setiap tanggal 18 sampai 21 Juli, namun kali ini hanya digelar sehari karena sudah mendekati bulan puasa," katanya.

Ia mengatakan, pada festival kali hanya dimeriahkan dengan acara ritual `tuturangiana andala`, dan `pekande-kandea`, sedangkan kegiatan lomba dayung perahu naga dan bakar ikan massal serta snokling massal tidak bisa dilaksanakan seperti tahun lalu.

"Pada acara festival hari ini selain dipadati warga lokal, beberapa turis mancanegara asal Australia turut menyaksikan acara budaya lokal ini," katanya.

Menurut dia, ritual `tuturangiana andala` dalam bahasa masyarakat setempat artinya permohonan masyarakat nelayan untuk menangkap ikan kepada penguasa alam laut.

Dalam tradisi itu, kata dia, masyarakat Pulau Makassar yang mayoritas sebagai nelayan melarung sesajen berisi beragam makanan disertai kepala kambing di tengah laut yang diarak ratusan perahu nelayan.

"Sesajen itu dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan kepada penguasa alam laut yang telah memberikan rejeki dan menjauhkan nelayan dari marabahaya bencana gelombang laut selama setahun dalam kegiatan melaut," katanya.

Pada saat yang sama, ujar Nasir, para nelayan juga memohon kepada penguasa alam laut agar dalam melaut pada tahun berikutnya, diberikan rejeki yang berkelimpahan dan keselamatan dalam melaut atau mencari ikan sebagai penopang kehidupan keluarga mereka.

"Tradisi ritual `tuturangiana andala` ini merupakan warisan dari leluhur masyarakat Pulau Makassar yang hingga saat ini tetap lestari," katanya.

Sedangkan acara 'pekande-kandea` merupakan tradarisi masyarakat Buton dalam menjamu para tamu kehormatan Kesultanan Buton di masa lampau.

Dalam tradisi tersebut, tamu undangan duduk bersila di depan talang berisi makanan khas daerah, lalu disuapi makanan oleh para gadis.

Pemerintah Kota Baubau, ujar Nasir, telah menjadikan acara ritual tuturangiana andala dan pekande-kandea itu sebagai acara utama pada setiap penyelenggaraan Festival Perairan Pulau Makassar.

Menurut dia, penyelenggaraan festival kali ini merupakan yang kelima kalinya sejak FPPM itu masuk dalam kalender pariwisata nasional yang digelar setiap tanggal 18 Juli.

Pulau Makassar merupakan pulau kecil berpenduduk sekitar 5.000 jiwa yang terletak di Teluk Baubau, yang berjarak sekitar dua mil dari Kota Baubau.

Di massa lampau, pulau tersebut menjadi tempat perlindungan para bala tentara Kerajaan Gowa (Sulawesi Selatan), ketika terjadi peperangan antara Kerajaan Buton dan Kerajaan Gowa, sehingga masyarakat Buton menyebut pulau kecil di tengah teluk Baubau itu dengan sebutan Pulau Makassar. (ANT).

Pewarta : Agus
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024