Ambon, Maluku (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhyono dalam sambutan saat meresmikan pembukaan lomba MTQ nasional di Ambon, Jumat malam menyampaikan apresiasinya terhadap kerukunan umat yang terjalin di Maluku.  

"Beberapa waktu lalu saya sempat menelepon Gubernur Karel Ralahalu menanyakan kesiapan Maluku khususnya Kota Ambon sebagai tuan rumah MTQ ke-24," kata Presiden.

Dari jawaban yang disampaikan Gubernur Ralahalu, Kepala Negara kemudian menyimpulkan kalau persiapan MTQ bukan hanya dilakukan umat Islam, tapi saudara-saudara lain dari berbagai agama ikut membantu pelaksanaan MTQ di kota Ambon.

"Mendengar penjelasan itu, saya merasa sangat bersyukur dan merasa terharu, teduh serta memohon kepada Allah Subahanah Wattaallah agar niat baik masyarakat Maluku mendapat ridho-Nya," kata presiden.

Persiapan Kota Ambon sebagai tuang rumah penyelenggara event keagamaan akbar ini sudah dilakukan sejak tahun lalu dan berbagai persiapan sarana infrastruktur dikerjakan.

Namun selama kurun waktu tersebut, berbagai peristiwa bentrokan antarwarga yang dipicu banyak alasan hingga terakhir muncul insiden 15 Mei 2012, saat terjadi kirab obor Pattimura sempat menimbulkan pertanyaan masyarakat, apakah pelaksanaan MTQ di Kota Ambon bisa terlaksana atau tidak.

Semangat dan optimisme pemerintah di daerah serta adanya dukungan positif seluruh komponen masyarakat demi terselenggara dan suksesnya pelaksanaan MTQ Nasional 2012 di Kota Ambon akhirnya terlaksana juga  dan mendapat sambutan positif dari pemerintah pusat.

Dukungan seluruh umat beragama di daerah ini bisa terlihat dari pembuatan lampion bernuansa Islam di berbagai ruas jalan, kesediaan menyiapkan tempa penampungan bagi para tamu, mengikuti pawai taaruf hingga pemasangan baliho di seluruh ruas jalan utama maupun sudut kota lainnya.

        
               Jadi potret kerukunan umat
Menurut Menteri Agama Republik Indonesia, Surya Darma Ali, Kota Ambon merupakan potret kerukunan hidup antarumat beragama  yang ada di tanah air.

"Alasannya, kerukunan antarumat di kota ini selalu diganggu oleh pihak-pihak yang ingin mengacaukan Indonesia, namun masyarakat Kota Ambon mampu bertahandan menepis isu-isu yang provokatif dari para oknum yang tidak bertanggungjawab," kata Menag.

Masyarakat Kota Ambon memiliki ketahanan diri yang patut diancungkan jempol karena masih ada orang-orang tertentu yang memiliki tujuan negatif untuk mengganggu kerukunan hidup umat melalu pintu-pintu agama.

"Namun masyarakat Kota Ambon punya ketahanan yang kuat dalam menciptakan kerukunan yang patut menjadi contoh," tegas Menag.

Gangguan melalui pintu agama ini lebih mudah untuk memancing emosi para penganutnya, jadi kalau pihak-pihak yang ingin menciptakan ketidak-rukunan itu merupakan tantangan semua elemen masyarakat saat ini.

Akar kerukunan umat beragama di Indonesia lebih khususnya di Kota Ambon itu sudah tercipta sejak zaman dahulu yang dibangun oleh para leluhur.

Dicontohkannya, di dalam sebuah keluarga, ada ibu yang beragama Muslim dan ada orang tua laki-laki yang beragama Kristen dan ada anak dari keluarga tersebut yang agamanya campur-campur, dan kondisi ini juga merupakan susuatu yang biasa di Indonesia.

Sehingga momentum pelaksanaan MTQN ke-24 di Kota Ambon yang akan berlangsung Jumat (8/6) besok, mengingatkan kembali masyarakat Indonesia bahwa kerukunan itu sesunggunya ada.

"Dengan adanya momentum MTQN ini meneguhkan kita kembali dalam melihat contoh akar kerukunan itu, sehingga jangan sampai ada pihak yang membangun stigma bahwa kerukunan umat beragama di Indonesia ini jelek," katanya.

Sedangkan Gubernur Maluku, Karel Ralahalu mengakui kalau pelaksanaan MTQ di Kota Ambon, 8-15 Juni 2012, mewujudkan tekad bersama umat beragama di Maluku khususnya dan Indonesia secara umum guna saling menghidupkan dalam kebersamaan dan keragaman.

"MTQ nasional tidak hanya untuk membangun Ukhuwah Islamiah umat Muslim menjadi lebih erat, tetapi juga merupakan kristalisasi dari kerinduan seluruh umat beragama dengan satu tekad untuk membangun kebersamaan dan persaudaraan serta saling menghidupkan," katanya.

"Berbagai proses rekonsiliasi masyarakat Maluku yang diawali dengan Perjanjian Malino tahun 2010, juga mengakar pada falsafah hidup orang Maluku 'ale rasa bera rasa' atau sepenanggungan dalam penderitaan untuk bangkit dan keluar dari berbagai keterpurukan yang terjadi", katanya.

Perjuangan ini pun dapat terwujud dengan ditetapkannya Kota Ambon sebagai salah situs perdamaian dunia yang ditandai dengan pembangunan Monumen Gong Perdamaian Dunia, tambah Ralahalu.

Keberhasilan masyarakat Maluku membangun perdamaian yang hakiki yang dilandasi kokohnya persaudaraan dan keharmonisan umat beragama di Maluku, haruslah dijadikan laboratorium perdamaian di tanah air. (ANT).

Pewarta : Oleh Daniel Leonard
Editor :
Copyright © ANTARA 2024