Kendari (ANTARA News) - Petani rumput laut di Desa Parasi, Kecamatan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara resah karena limbah tambang nikel.

Kepala Desa Parasi Tandra (42) di Kendari, Senin, mengatakan petani rumput laut dan nelayan tangkap menjadi korban limbah tambang nikel daerah itu.

"Limbah penambangan yang mengalir ke laut menyebabkan warna air berubah menjadi kekuning-kuningan hingga radius sekitar 200 meter dari daratan. Perubahaan warna air laut merusak budidaya rumput," kata Tandra.

Selain nelayan tangkap juga limbah tambang menyebabkan sekitar 200 hektare tanaman rumput laut tercemar berbagai jenis logam.

"Petani merasakan penurunan produksi rumput laut setelah aktivitas penambangan nikel besar-besaran di wilayah tersebut," katanya.

Produksi budidya raput laut sebelum beroperasinya sejumlah perusahaan tambang dapat mencapai dua ton per hektare sekarang ada yang gagal panen.

Masyarakat yang mengaduhkan nasib tidak berdaya menghadapi tekanan dari berbagai pihak karena investor mendapat dukungan dari pemerintah setempat.

"Sumber daya alam yang melimpah bukannya untuk mensejahterakan rakyat tetapi membawa penderitaan bagi rakyat kecil. Penguasa tidak berpihak kepada rakyat karena tidak menguntungkan," katanya.

Anggota DPRD Sultra Irham Kalenggo mengatakan pemerintah harus bertindak tegas terhadap investor yang meresahkan petani rumput laut karena menyangkut hajat orang banyak.

"Harus ada solusi sehubungan dengan limbah tambang yang merusak mata pencaharian petani rumput laut," kata politisi Golkar tersebut.

Ia mengimbau pemerintah Konawe Selatan serta pihak terkait agar menyikapi dengan serius ancaman pencemaran sebelum menimbulkan akibat fatal.(Ant).

Pewarta : Sarjono
Editor :
Copyright © ANTARA 2024