Kendari (ANTARA News) - Ekspor gurita sejenis cumi-cumi besar dari sejumlah perusahaan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) masih menjadi primadona dibanding hasil laut tangkapan lainnya.

"Harga gurita di pasar ekspor saat ini masih berkisar antara 5-6 dolar Amerika per kilogram. Artinya dengan pembelian di tingkat nelayan dibeli dengan harga Rp30.000 hingga Rp32.500 per kilogram masih bisa mendapatkan keuntungan yang cukup lumayan," kata Direktur PT Sultratuna Samudra, Suwondo Wijaya di Kendari, Kamis.

Sementara ekspor jenis hasil laut lainnya seperti ikan cakalang dan tuna tetap dilakukan, meski pasarannya saat ini tergolong lesu karena harganya hanya berkisar antara 1-2 dolar AS per kilogram.

Selain itu, harga jual ikan tersebut terkadang diputuskan di bawah harga yang disepakati karena setelah tiba di negara tujuan, kualitas ikan kalah dengan negara lain.

Mengenai volume ekspor gurita, Suwondo mengatakan, tergantung dari musim yaitu antara 100-150 ton per bulan pada saat ramai, dan sekitar 50-80 ton per bulan pada saat sepi.

Sementara untuk ekspor ikan cakalang dan tuna, selama dua tahun terakhir ini hanya sekitar 30 ton hingga 40 ton per bulan, padahal sebelumnya biasa mencapai 100 ton per bulan.

Berkurangnya tangkapan ikan, juga disebabkan semakin sulitnya nelayan untuk mendapatkan tangkapan akibat terbatasnya ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk melaut.

Penurunan jumlah ekspor ikan menurutnya juga disebabkan pengaruh cuaca yang kurang baik sejak 2011 dan memasuki 2012 sehingga para nelayan hanya melakukan penangkapan ikan di laut-laut dangkal.(Ant).

Pewarta : Azis Senong
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024