Kendari (ANTARA News) - Siswa dan guru menggelar demonstrasi di kantor Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menolak pergantian kepala sekolah setempat.
Guru dan siswa berseragam sekolah hanya dapat menyampaikan aspirasi melalui pengeras suara dari luar pagar karena pintu masuk kantor terkunci, Kamis.
Mereka menolak Usman Baking menggantikan Burhan dalam jabatan sebagai Kepala Madrasyah Aliyah Swasta Poleang, Kabupaten Bombana.
Menurut siswa dan guru yang tergabung dalam kerukunan mahasiswa Muhammadiyah dan OSIS Kabupaten Bombana bahwa penempatan Usman Baking adalah bukti arogansi Kepala Kementrian Agama Kabupaten Bombana, Antamudin.
"Kami sebut Kepala Kementrian Agama Bombana arogan karena mengganti kepala sekolah tidak berdasarkan penilaian obyektif tetapi intervensi oknum tertentu," kata koordinator lapangan Burhanuddin.
Oleh karena itu, siswa dan guru menolak Usman Baking yang juga mantan calon wakil bupati Bombana diangkat sebagai kepala sekolah Madrasyah Aliyah Swasta Poleang.
"Pak Burhan (mantan kepala sekolah) yang baru menjabat sekitar satu tahun loyal terhadap pembangunan sumber daya guru dan kemasyarakatan cukup baik," kata Burhanuddin.
Mereka juga meminta Kepala Kemenag Sultra KH Muhdar Bitang mengevaluasi kinerja kepala Kemenag Bombana.
"Kami minta kepala Kemenang Sultra menjaga independensinya. Jangan terjebak dalam wilayah politik," katanya.
Kepala Kemenag Sultra KH Muhdar Bintang mengatakan pengangkatan kepala sekolah lingkup Kementrian Agama berpedoman pada ketentuan yang ada.
"Guru berkewajiban mengajar dan siswa berhak mengikuti pelajaran. Kita harap hak dan kewajiban berjalan simultan," kata Muhdar.
Pengangkatan kepala sekolah adalah kewenangan Kepala Kementerian Agama tingkat kabupaten/kota yang melalui mekanisme yang telah ditentukan.(Ant).
Guru dan siswa berseragam sekolah hanya dapat menyampaikan aspirasi melalui pengeras suara dari luar pagar karena pintu masuk kantor terkunci, Kamis.
Mereka menolak Usman Baking menggantikan Burhan dalam jabatan sebagai Kepala Madrasyah Aliyah Swasta Poleang, Kabupaten Bombana.
Menurut siswa dan guru yang tergabung dalam kerukunan mahasiswa Muhammadiyah dan OSIS Kabupaten Bombana bahwa penempatan Usman Baking adalah bukti arogansi Kepala Kementrian Agama Kabupaten Bombana, Antamudin.
"Kami sebut Kepala Kementrian Agama Bombana arogan karena mengganti kepala sekolah tidak berdasarkan penilaian obyektif tetapi intervensi oknum tertentu," kata koordinator lapangan Burhanuddin.
Oleh karena itu, siswa dan guru menolak Usman Baking yang juga mantan calon wakil bupati Bombana diangkat sebagai kepala sekolah Madrasyah Aliyah Swasta Poleang.
"Pak Burhan (mantan kepala sekolah) yang baru menjabat sekitar satu tahun loyal terhadap pembangunan sumber daya guru dan kemasyarakatan cukup baik," kata Burhanuddin.
Mereka juga meminta Kepala Kemenag Sultra KH Muhdar Bitang mengevaluasi kinerja kepala Kemenag Bombana.
"Kami minta kepala Kemenang Sultra menjaga independensinya. Jangan terjebak dalam wilayah politik," katanya.
Kepala Kemenag Sultra KH Muhdar Bintang mengatakan pengangkatan kepala sekolah lingkup Kementrian Agama berpedoman pada ketentuan yang ada.
"Guru berkewajiban mengajar dan siswa berhak mengikuti pelajaran. Kita harap hak dan kewajiban berjalan simultan," kata Muhdar.
Pengangkatan kepala sekolah adalah kewenangan Kepala Kementerian Agama tingkat kabupaten/kota yang melalui mekanisme yang telah ditentukan.(Ant).