Kendari (ANTARA News) - Nelayan di Sultra saat ini susah mendapatkan akses di perbankan untuk mendapatkan pinjaman permodalan, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Abdul Salam.
"Kondisi itu mengakibatkan posisi nelayan saat ini menjadi sangat lemah di segi permodalan sehingga menjadi kendala dalam meningkatkan produksi perikanan di daerah itu," kata Abdul Salam di Kendari, Kamis.
Ia mengatakan, sulitnya para nelayan mengakses perbankan tersebut karena ketidaktahuan nelayan dalam mengakses dana bank.
"Selain itu, tidak adanya agunan, dan risiko tinggi sektor perikanan sehingga pihak bank akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan dana pada sektor usaha perikanan," katanya.
Menurut Abdul Salam, masalah lain yang menggerogoti para nelayan dalam meningkatkan produksinya adalah keterampilan dan pengetahuan teknis masyarakat dalam penangkapan maupun budidaya ikan yang masih rendah.
"Sebagian besar petani nelayan masih menggunakan sistem budidaya secara tradisional, dan baru sebagian kecil yang melakukan budidaya secara semi intensif dan intensif," ujarnya.
Ia menjelaskan, keberadaan armada penangkapan ikan yang terbatas dan sebagian besar berukuran di bawah lima GT sehingga hasil tangkapan kecil juga menjadi salah satu penghambat peningkatan produksi perikanan.
Ia menuturkan, produksi perikanan tangkap Sultra saat ini mencapai 227.238 ton per tahun, sedangkan produksi 570.588 ton per tahun.
"Sarana dan prasarana penunjang pada sebagian wilayah kabupaten/kota masih kurang sehingga dapat menyebabkan produksi tidak optimal," ujarnya.
Kendala lain dalam meningkatkan produksi tangkapan ikan, katanya, adalah wilayah penangkapan yang semakin jauh akibat overfishing pada sebagian wilayah tertentu.
"Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang kebanyakan digunakan oleh nelayan, memberi andil pada kurangnya produksi perikanan, karena warga kesulitan mendapatkan BBM untuk melaut," ujarnya. (Ant).
"Kondisi itu mengakibatkan posisi nelayan saat ini menjadi sangat lemah di segi permodalan sehingga menjadi kendala dalam meningkatkan produksi perikanan di daerah itu," kata Abdul Salam di Kendari, Kamis.
Ia mengatakan, sulitnya para nelayan mengakses perbankan tersebut karena ketidaktahuan nelayan dalam mengakses dana bank.
"Selain itu, tidak adanya agunan, dan risiko tinggi sektor perikanan sehingga pihak bank akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan dana pada sektor usaha perikanan," katanya.
Menurut Abdul Salam, masalah lain yang menggerogoti para nelayan dalam meningkatkan produksinya adalah keterampilan dan pengetahuan teknis masyarakat dalam penangkapan maupun budidaya ikan yang masih rendah.
"Sebagian besar petani nelayan masih menggunakan sistem budidaya secara tradisional, dan baru sebagian kecil yang melakukan budidaya secara semi intensif dan intensif," ujarnya.
Ia menjelaskan, keberadaan armada penangkapan ikan yang terbatas dan sebagian besar berukuran di bawah lima GT sehingga hasil tangkapan kecil juga menjadi salah satu penghambat peningkatan produksi perikanan.
Ia menuturkan, produksi perikanan tangkap Sultra saat ini mencapai 227.238 ton per tahun, sedangkan produksi 570.588 ton per tahun.
"Sarana dan prasarana penunjang pada sebagian wilayah kabupaten/kota masih kurang sehingga dapat menyebabkan produksi tidak optimal," ujarnya.
Kendala lain dalam meningkatkan produksi tangkapan ikan, katanya, adalah wilayah penangkapan yang semakin jauh akibat overfishing pada sebagian wilayah tertentu.
"Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang kebanyakan digunakan oleh nelayan, memberi andil pada kurangnya produksi perikanan, karena warga kesulitan mendapatkan BBM untuk melaut," ujarnya. (Ant).