Kendari (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mengusulkan kepada pemerintah pusat program gerakan nasional (gernas) kakao tahun anggaran 2012 untuk enam kabupaten.
Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra Achmad Chaidir di Kendari, Kamis, mengatakan enam kabupaten tersebut adalah Kolaka, Kolaka Utara, Bombana, Konawe, Konawe Selatan dan Muna.
"Luas total lahan yang diusulkan program gernas kakao di enam kabupaten tersebut seluas 13.600 hektare," katanya.
Ia mengatakan, dari enam kabupaten itu, yang paling luas terdapat di Kabupaten Kolaka mencapai 2500 hektare.
"Luas lahan yang diusulkan itu diperkirakan mendapat pembiayaan gernas kakao sebesar Rp100 miliar," katanya.
Ia menjelaskan, dana itu untuk kegiatan peremajaan, sambung samping untuk kakao yang terserang hama,dan intensifikasi kakao.
Menurutnya, program gernas kakao di Sultra selama tiga tahun terakhir sudah mulai dirasakan oleh masyarakat, yakni meningkatnya produksi kakao.
"Sebelum program ini, produktivitas kakao rata-rata 650 kilogram per hektare, sedangkan sekarang sudah ada petani yang bisa memproduksi kakao sampai 1000 kilogram per hektare," katanya.
Achmad mengatakan, target produksi melalui program gernas kakao ini sebenarnya bisa mencapai 1.500 kilogram per hektare.
"Diharapkan dengan peningkatan produksi itu kesejahteraan masyarakat juga meningkat, sedangkan Provinsi Sultra bisa menjadi daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia," katanya.
Sultra saat ini masuk empat provinsi penghasil kakao terbesar di Indonesia, yang terbanyak Sulawesi Selatan, kemudian Sultra, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.
Achmad menyebutkan, penyerapan dana gernas kakao di Provinsi Sultra pada 2011 baru mencapai 70 persen dari total anggaran Rp300 miliar.
"Belum terserapnya dana gernas kakao tersebut karena tiga daerah penerima dana di Sulra tidak mampu menyerap maksimal dana tersebut," katanya.
Tiga kabupaten yang tidak mampu menyerap dana gernas tesebut adalah Kolaka, Kolaka Utara dan Muna. Ketiga daerah itu hanya mampu menyerap sekitar 50 persen dana yang dialokasikan untuk program gernas kakao.(Ant).
Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra Achmad Chaidir di Kendari, Kamis, mengatakan enam kabupaten tersebut adalah Kolaka, Kolaka Utara, Bombana, Konawe, Konawe Selatan dan Muna.
"Luas total lahan yang diusulkan program gernas kakao di enam kabupaten tersebut seluas 13.600 hektare," katanya.
Ia mengatakan, dari enam kabupaten itu, yang paling luas terdapat di Kabupaten Kolaka mencapai 2500 hektare.
"Luas lahan yang diusulkan itu diperkirakan mendapat pembiayaan gernas kakao sebesar Rp100 miliar," katanya.
Ia menjelaskan, dana itu untuk kegiatan peremajaan, sambung samping untuk kakao yang terserang hama,dan intensifikasi kakao.
Menurutnya, program gernas kakao di Sultra selama tiga tahun terakhir sudah mulai dirasakan oleh masyarakat, yakni meningkatnya produksi kakao.
"Sebelum program ini, produktivitas kakao rata-rata 650 kilogram per hektare, sedangkan sekarang sudah ada petani yang bisa memproduksi kakao sampai 1000 kilogram per hektare," katanya.
Achmad mengatakan, target produksi melalui program gernas kakao ini sebenarnya bisa mencapai 1.500 kilogram per hektare.
"Diharapkan dengan peningkatan produksi itu kesejahteraan masyarakat juga meningkat, sedangkan Provinsi Sultra bisa menjadi daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia," katanya.
Sultra saat ini masuk empat provinsi penghasil kakao terbesar di Indonesia, yang terbanyak Sulawesi Selatan, kemudian Sultra, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.
Achmad menyebutkan, penyerapan dana gernas kakao di Provinsi Sultra pada 2011 baru mencapai 70 persen dari total anggaran Rp300 miliar.
"Belum terserapnya dana gernas kakao tersebut karena tiga daerah penerima dana di Sulra tidak mampu menyerap maksimal dana tersebut," katanya.
Tiga kabupaten yang tidak mampu menyerap dana gernas tesebut adalah Kolaka, Kolaka Utara dan Muna. Ketiga daerah itu hanya mampu menyerap sekitar 50 persen dana yang dialokasikan untuk program gernas kakao.(Ant).