Pasarwajo (ANTARA News) - Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Batauga, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), La Ajima diduga melegalisir foto copy salah satu ijazah atas nama Sumia yang diduga palsu.

"Salah satu foto copy ijazah yang disahkan kepala SMP Batauga itu atas nama Sumia, kuat dugaan ijazah palsu. Sebab sepengetahuan kami, yang bersangkutan memang pernah sekolah di SMP Negeri Batauga, tapi tidak sampai tamat," kata salah seorang warga Pulau Kadatua, Buton, LM Yamid (46) di Pasarwajo, Rabu.

Dugaan kepalsuan ijazah tersebut, kata dia, tampak pada bagian bawah ijazah, yang tidak tampak adanya nomor rahasia dan indentitas yang mencentak ijazah, Perum Peruri.

"Biasanya, di bawah ijazah terdapat nomor rahasia dan tulisan Perum Peruri. Nah, ijzah yang disahkan oleh Kepala SMP Negeri Batauga, nomor rahasia dan tulisan Perum Peruri itu tidak tampah," katanya.

Selain itu kata dia, ijazah kebanyakan dibubuhi dengan sidik jari dan tanda tangan pemiliknya, sedangkan ijazah atas nama Sumia yang diterbitkan tahun 1988 tidak ada sidik jari maupun tandangan pemiliknya.

"Secara kasat mata, jelas ijazah itu palsu. Namun yang bisa membuktikan keaslian ijazah itu, hanya pihak berwajib atau berwenang," katanya sambil memperlihatkan foto copy ijazah yang disahkan oleh kepala SMP Negeri Batauga tersebut bersama foto copy ijazah seangkatannya, tahun 1988.

Menurut dia, ijazah yang duga palsu tersebut digunakan oleh pemiliknya mengikuti calon pemilihan kepala desa di Desa Kaofe Kecamatan Kadatua.

Pada saat pemungutan suara kata dia, yang bersangkutan memenangkan pemilihan, mengalahkan tiga rivalnya yang menggunakan ijazah asli.

"Seharusnya, yang bersangkutan tidak boleh diproses sebagai kepala desa sebelum keabsahan ijazah yang dimiliki tersebut benar-benar asli," katanya.

Sementara itu Kepala SMP Negeri Batauga, La Ajima yang dihubungi di Batauga membantah kalau ijazah yang disahkan tersebut palsu. Menurutnya ijazah atas nama Sumia tersebut benar-benar asli.

"Ijazah atas nama Sumia itu asli. Yang bersangkutan memang pernah sekolah di sini dan tamat," katanya.

Namun setelah ANTARA memperlihatkan foto copy ijazah yang disahkan langsung oleh kepala sekolah tersebut, ia terkejut.

"Benar ini tanda tangan saya, tapi melihat hasil foto copy ini, ijazah ini palsu," katanya.

Ditanya apakah saat menandatangani pengesahan ijazah tersebut disertakan dengan aslinya, ia mengatakan iya tapi tidak mecermatinya.

"Saat saya tanda tangan, tidak lagi memperhatikan kecocokan antara foto copy dan ijazah aslinya," katanya.

Ia juga mengaku tidak mengecek buku registrasi nama-nama siswa yang pernah menamatkan pendidikan di sekolah tersebut.

"Ijazah itu dikeluarkan 23 tahun lalu, jauh sebelum saya jadi kepala sekolah. Sudah susah kita mencari berkas siswa yang tamat tahun 23 tahun lalu," katanya. (Ant).

Pewarta : Agus
Editor :
Copyright © ANTARA 2024