Rumbia (ANTARA News) - Sebanyak 20 orang warga Dusun Bajo Timur Kelurahan Boepinang, Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, terindentifikasi positif dan tiga orang warga lainnya diduga menderita penyakit kusta.
"Ke-23 orang tersebut, teridentifikasi setelah dilakukan penelitian kesehatan masyarakat di lingkungan Bajo Timur," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, Sunandar, di Rumbia, Selasa.
Menurut Sunandar, penderita penyakit kusta itu awalnya hanya dua orang yaitu pasangan suami istri di Dusun Bajo Timur, pada tahun 2005.
"Dalam kurun waktu tujuh tahun, sebaran penyakit itu berkembang luas karena menular dan menjangkiti 21 warga lainnya," katanya.
Dari jumlah yang teridentifikasi positif dan terduga menderita penyakit kusta, kata Sunandar, 14 orang di antaranya menghuni dalam tiga rumah tangga yang berbeda, sedangkan sembilan orang lainnya adalah warga yang terjankit setelah berkunjung ke rumah si penderita.
"Di tiga rumah itu, semua penghuninya positif menderita kusta, sedangkan sembilan orang lainnya dijangkiti melalui air yang digunakan oleh si penderita," katanya.
Salah satu yang mempercepat proses penularan penyakit tersebut kepada warga lainnya, kata Sunandar, yaitu faktor lingkungan warga yang tidak sehat, sebab tidak didukung oleh sarana tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) yang memadai di rumah warga itu.
Untuk itu, kata dia, upaya mengatasi penderitaan warga terhadap penyakit kulit tersebut, pihaknya memberikan pengobatan selama enam bulan terhadap si penderita.
"Pengobatan ini dilakukan secara terpadu antar lain pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, pemerintah kecamatan, kepolsian sektor, Komandan Rayon Militer (Koramil) Kecamatan Poleang, dan Dinas Kesehatan Provinsi Sultra," ujarnya.
Pola pengobatan secara terpadu ini dilakukan, kata Sunandar, karena warga Dusun Bajo Timur, masih sangat percaya dengan pola pengobatan secara mistik yang dilakukan oleh dukun.
"Awalnya, mereka para penderita itu tidak mau datang berobat secara medis ke Puskesmas, sebab mereka lebih percaya pengobatan mistik yang dilakukan oleh dukun dengan alasan penyakit yang mereka derita adalah jenis cacar," ujar Sunandar.
Akan tetapi, kata dia, setelah pihaknya memberikan pemahaman terhadap para penderita, sehingga perlahan-lahan mereka mulai sadar dan memilih untuk berobat ke dokter yang dianjurkan," katanya. (Ant).
"Ke-23 orang tersebut, teridentifikasi setelah dilakukan penelitian kesehatan masyarakat di lingkungan Bajo Timur," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, Sunandar, di Rumbia, Selasa.
Menurut Sunandar, penderita penyakit kusta itu awalnya hanya dua orang yaitu pasangan suami istri di Dusun Bajo Timur, pada tahun 2005.
"Dalam kurun waktu tujuh tahun, sebaran penyakit itu berkembang luas karena menular dan menjangkiti 21 warga lainnya," katanya.
Dari jumlah yang teridentifikasi positif dan terduga menderita penyakit kusta, kata Sunandar, 14 orang di antaranya menghuni dalam tiga rumah tangga yang berbeda, sedangkan sembilan orang lainnya adalah warga yang terjankit setelah berkunjung ke rumah si penderita.
"Di tiga rumah itu, semua penghuninya positif menderita kusta, sedangkan sembilan orang lainnya dijangkiti melalui air yang digunakan oleh si penderita," katanya.
Salah satu yang mempercepat proses penularan penyakit tersebut kepada warga lainnya, kata Sunandar, yaitu faktor lingkungan warga yang tidak sehat, sebab tidak didukung oleh sarana tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) yang memadai di rumah warga itu.
Untuk itu, kata dia, upaya mengatasi penderitaan warga terhadap penyakit kulit tersebut, pihaknya memberikan pengobatan selama enam bulan terhadap si penderita.
"Pengobatan ini dilakukan secara terpadu antar lain pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, pemerintah kecamatan, kepolsian sektor, Komandan Rayon Militer (Koramil) Kecamatan Poleang, dan Dinas Kesehatan Provinsi Sultra," ujarnya.
Pola pengobatan secara terpadu ini dilakukan, kata Sunandar, karena warga Dusun Bajo Timur, masih sangat percaya dengan pola pengobatan secara mistik yang dilakukan oleh dukun.
"Awalnya, mereka para penderita itu tidak mau datang berobat secara medis ke Puskesmas, sebab mereka lebih percaya pengobatan mistik yang dilakukan oleh dukun dengan alasan penyakit yang mereka derita adalah jenis cacar," ujar Sunandar.
Akan tetapi, kata dia, setelah pihaknya memberikan pemahaman terhadap para penderita, sehingga perlahan-lahan mereka mulai sadar dan memilih untuk berobat ke dokter yang dianjurkan," katanya. (Ant).