Kendari (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Tenggara H Nur Alam mengatakan bahwa warga Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana, tidak menolak kehadiran industri nikel yang akan dibangun PT Billy Internasional, investor asal China, di pulau tersebut.

"Tidak ada warga yang menolak kehadiran industri nikel di Pulau Kabaena. Mereka yang katanya menolak industri nikel itu, karena provokasi `pengusaha hitam` yang mengiming-iming warga akan membeli tanah mereka dengan harga tinggi," kata Gubernur Nur Alam di Kendari, Selasa.

Menurut dia, para `pengusaha hitam` bidang pertambangan tersebut dalam memprovokasi warga hanya bermodalkan izin usaha pertambangan yang dikeluarkan bupati namun tidak jelas di mana areal tambang yang diizinkan tersebut.

Kepada para warga, `pengusaha hitan` tersebut selalu mengatakan bahwa PT Billy yang mendapat izin dari Gubernur Sultra itu illegal dan yang sah adalah izin yang dikeluarkan Bupati Bombana.

Padahal, ujarnya, konsesi nikel yang diberikan kepada PT Billy meliputi dua wilayah kabupaten yakni Kabupaten Bombana dan Kabupaten Buton. Karena mencakup dua kabupaten, maka yang berhak menerbitkan izin adalah gubernur, bukan bupati.

"Tapi izin usaha pertambangan yang dikeluarkan gubernur itu mereka anggap tidak sah. Mereka kemudian memprovokasi warga agar menolak kehadiran industri nikel oleh PT Billy di Kabaena itu, karena izin yang dikeluarkan gubernur kata mereka adalah ilegal," jelasnya.

Atas provokasi `pengusaha hitam` itu, lanjut dia, warga Kabaena akhirnya terprovokasi lalu ikut-ikutan menolak kehadiran industri nikel di Pulau Kabaena, yang potensinya cukup besar, yakni bisa diproduksi selama 30 tahun dengan produksi rata-rata per tahun 30.000 ton.

"Potensi tambang nikel di Pulau Kabaena yang cukup besar itu, hanya akan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat, jika di pulau tersebut didirikan industri nikel," katanya.

Makanya, tutur gubernur, warga tidak perlu menolak kehadiran industri nikel tersebut karena akan memberi dampak ekonomi berganda yang luar biasa bagi masyarakat Kabaena, dan Sultra pada umumnya.

Menurut dia, selain dapat membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat lokal, keberadaan industri nikel di Kabaena juga membuka kesempatan berusaha bagi warga yang tidak sedikit.

Selain dapat terserap menjadi buruh di industri nikel, warga lokal juga dapat membuka usaha ekonomi produktif seperti beternak, bercocok tanam sayur-sayuran atau menyediakan kebutuhan karyawan industri nikel.

"Pokoknya, kehadiran industri nikel di Pulau Kabaena akan membawa banyak manfaat dan keuntungan bagi masyarakat lokal. Makanya warga harus mendukung kehadiran industri nikel tersebut," ujarnya.

Ia mengatakan, selain mendirikan industri nikel di Pulau Kabaena, PT Billy juga akan membangun listrik berkapasitas 600 mega watt dan rumah sakit yang lebih representatif.

Kedua fasilitas tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan industri, juga dapat memenuhi kebutuhan energi listrik warga dan memberikan pelayanan kesehatan warga.

Sebelumnya tokoh masyarakat Kabaena, Samiddin (45) mengatakan, warga Pulau Kabaena menolak kehadiran industri nikel karena hanya akan membawa penderitaan dan kesengsaraan bagi warga setempat.

Menurut dia, kehadiran industri nikel di Pulau Kabaena hanya akan menimbulkan kerusakan lingkungan di wilayah pulau tersebut yang tidak terkendali.

"Hampir dipastikan, pengerukan sumber daya alam berupa nikel di pulau tersebut, akan menimbulkan kerusakan alam dan pada gilirannya akan membawa bencana demi bencana bagi warga Pulau Kabaena," katanya.

Bencana paling nyata yang akan segera menimpa warga Kabaena, kata dia, adalah kekeringan sejumlah sumber mata air saat musim kemarau datang dan musibah banjir di kala hujan.

"Dua bencana itu yang akan menjadi langganan tetap bagi warga Pulau Kabaena, jika di pulau tersebut didirikan industri nikel," katanya. (Ant).

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2025