Kendari (ANTARA News) - Bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Hugua mengatakan, membangun dan mempertahankan setiap budaya dari masyarakat beragam suku bungsa, adat istiadat dan agama di Nusantara ini, harus dimulai dari rasa cinta.
"Tradisi masyarakat yang memiliki kearifan lokal, hanya akan bisa berkembang dan bertahan oleh perkembangan arus globalisasi, kalau setiap masyarakat suku bangsa mencitai budayanya," kata Bupati Hugua di Wangi-wangi Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, Senin.
Dikatakan, jika setiap suku bangsa menumbuhkan rasa cinta terhadap tradisi budaya masyarakat dalam dirinya, maka tradisi budaya masyarakat tersebut akan tetap tumbuh dan berkembang dalam situasi dan kondisi apapun.
Namun, bila di antara warga suku bangsa lebih mengdepankan sifat tamak, maka yang akan timbul adalah kehancuran nilai-nilai budaya itu sendiri.
"Ketika sifat tamak menguasai suku-suku bangsa, maka yang terjadi adalah penindasan terhadap semasa," katanya.
Sebaliknya, jika rasa cinta tumbuh di kalangan suku-suku bangsa, maka yang ada di tengah komunitas masyarakat tersebut selalu terpancar kedamaian, kesejukkan dan harmonisasi kehidupan yang saling menghargai antara satu sama lain.
Menurut Hugua, peradaban atau budaya masyarakat yang ditumbuhkan dengan rasa cinta, tidak akan pernah bisa merugikan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
Justeru ujarnya, peradaban yang dibangun dengan rasa cinta akan selalu memberi sesuatu kepada alam lingkungan, sebelum mengambil sesuatu dari alam lingkungan tersebut.
Namun, jika peradaban suatu suku bangsa manusia didominasi oleh sifat tamak tutur Hugua, maka yang terjadi di tengah masyarakat hanya penindasan dan saling merendahkan antara satu dengan yang lain.
"Sifat tamak ini, telah menggerogoti peradaban kaum kapitalis yang menguasai sendi-sendi kehidupan di dunia saat ini. Mereka membedakan status manusia, hanya dari kepemilikan materi semata," katanya.
Hugua mengatakan, untuk melawan peradaban kaum kapitalis yang sudah menjadi ideologi itu, tidak bisa menggunakan kekuatan gerakan massa atau senjata sekalipun.
Kekuatan ideologi kata dia, hanya bisa dilawan dengan melahirkan ideologi baru yang bisa diterima berbagai pihak.
"Oleh katena itu, untuk melahirkan perdaban baru untuk melawan kapitalis, kita harus berjuang bagaimana melahirkan ideologi peradaban masyarakat yang dibangun di atas rasa cinta dan kasih sayang," katanya. (Ant).
"Tradisi masyarakat yang memiliki kearifan lokal, hanya akan bisa berkembang dan bertahan oleh perkembangan arus globalisasi, kalau setiap masyarakat suku bangsa mencitai budayanya," kata Bupati Hugua di Wangi-wangi Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, Senin.
Dikatakan, jika setiap suku bangsa menumbuhkan rasa cinta terhadap tradisi budaya masyarakat dalam dirinya, maka tradisi budaya masyarakat tersebut akan tetap tumbuh dan berkembang dalam situasi dan kondisi apapun.
Namun, bila di antara warga suku bangsa lebih mengdepankan sifat tamak, maka yang akan timbul adalah kehancuran nilai-nilai budaya itu sendiri.
"Ketika sifat tamak menguasai suku-suku bangsa, maka yang terjadi adalah penindasan terhadap semasa," katanya.
Sebaliknya, jika rasa cinta tumbuh di kalangan suku-suku bangsa, maka yang ada di tengah komunitas masyarakat tersebut selalu terpancar kedamaian, kesejukkan dan harmonisasi kehidupan yang saling menghargai antara satu sama lain.
Menurut Hugua, peradaban atau budaya masyarakat yang ditumbuhkan dengan rasa cinta, tidak akan pernah bisa merugikan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
Justeru ujarnya, peradaban yang dibangun dengan rasa cinta akan selalu memberi sesuatu kepada alam lingkungan, sebelum mengambil sesuatu dari alam lingkungan tersebut.
Namun, jika peradaban suatu suku bangsa manusia didominasi oleh sifat tamak tutur Hugua, maka yang terjadi di tengah masyarakat hanya penindasan dan saling merendahkan antara satu dengan yang lain.
"Sifat tamak ini, telah menggerogoti peradaban kaum kapitalis yang menguasai sendi-sendi kehidupan di dunia saat ini. Mereka membedakan status manusia, hanya dari kepemilikan materi semata," katanya.
Hugua mengatakan, untuk melawan peradaban kaum kapitalis yang sudah menjadi ideologi itu, tidak bisa menggunakan kekuatan gerakan massa atau senjata sekalipun.
Kekuatan ideologi kata dia, hanya bisa dilawan dengan melahirkan ideologi baru yang bisa diterima berbagai pihak.
"Oleh katena itu, untuk melahirkan perdaban baru untuk melawan kapitalis, kita harus berjuang bagaimana melahirkan ideologi peradaban masyarakat yang dibangun di atas rasa cinta dan kasih sayang," katanya. (Ant).