Kolaka (ANTARA News) - Nakhoda KMP Windu Karsa Muh Rizal (50) mengaku kecelakaan laut yang menyebabkan tenggelamnya KMP Windu Karsa diakibatkan oleh hantaman ombak selatan dari belakang kapal.
"Kapal memang kemasukan air karena ombak tinggi dari arah selatan bukan dari kebocoran kapal," kata Rizal saat diperiksa oleh pihak kepolisian resort Kolaka, Minggu malam.
Menurut dia, hantaman ombak dari arah selatan setinggi 2-3 meter dan angin dari arah tenggara membuat masuknya air laut ke dalam kapal dan system pompa air yang dimiliki kapal Windu Karsa tidak bisa mengimbangi air yang masuk ke dalam kapal sehingga kapal menjadi oleng.
"Melihat kondisi seperti itu makanya kami mengambil inisiatif untuk mengandaskan kapal di atas karang namun kapal miring dengan cepat," ungkapnya.
Sementara proses masuknya air ke dalam kapal, menurut Rizal, terjadi sekitar pukul 23.30 Wita, dan "memang ada laporan awal dari perwira jaga kepada saya tentang masuknya air di atas kapal. Saya langsung melakukan pemeriksaan-silang dan memang air sudah masuk di dalam kapal".
"Untuk penanganan penumpang, kami menggunakan mikrofon untuk memanggil sopir kendaraan agar menggeser posisi kendaraan agar bisa mengimbangi posisi kemiringan kapal," ia menjelaskan.
Dia mengakui, memang "ia tidak serta merta harus menyampaikan kondisi tersebut kepada penumpang karena akan menimbulkan kepanikan di antara penumpang, makanya kondisi itu hanya kami internal yang mengetahui".
"Namun ketika kami akan memberitahu penumpang melalui mikrofon, alat itu sudah tidak berfungsi lagi karena mesin diesel yang digunakan sudah tidak berfungsi lagi. Jadi kami hanya menyampaikan lewat radio yang dimiliki oleh awak kapal untuk mengumpulkan penumpang dan segera meninggalkan kapal bahkan semua anak buah kapal (ABK) secara individu memberitahu penumpang untuk segera naik ke posisi tertinggi kapal dan memakai pelampung," Rizal menjelaskan.
Bahkan menurut dia, ABK kapal sudah melepaskan sekoci kapsul yang ada di sebelah kiri dan tidak sempat melepaskan sekoci kapsul yang sebelah kanan karena kapal sudah miring ke kanan.
Rizal mengaku ia tidak berani melakukan pelayaran kalau memang kondisi kapal tidak layak untuk diberangkatkan karena "ceklist" keberangkatan serta kelayakan pelayaran harus melalui nakhoda kapal.
"Setelah itu, baru syahbandar yang melihat kondisi kapal tersebut layak tidak untuk diberangkatkan karena tidak mungkin dia mau memberi izin kalau memang kapal tidak layak berlayar. Intinya ialah kapal itu ormal dan bisa berlayar," katanya.
Ia juga mengatakan, puncak tenggelamnya kapal Windu Karsa terjadi sekitar pukul 00.00 Wita, dan kontak sempat dilakukan dengan kapal KMP. Mishima untuk memintanya segera mendekat dan melakukan evakuasi penumpang.
"Namun tidak sampai sepuluh menit KMP Windu Karsa sudah tenggelam." kata Rizal. (Ant).
"Kapal memang kemasukan air karena ombak tinggi dari arah selatan bukan dari kebocoran kapal," kata Rizal saat diperiksa oleh pihak kepolisian resort Kolaka, Minggu malam.
Menurut dia, hantaman ombak dari arah selatan setinggi 2-3 meter dan angin dari arah tenggara membuat masuknya air laut ke dalam kapal dan system pompa air yang dimiliki kapal Windu Karsa tidak bisa mengimbangi air yang masuk ke dalam kapal sehingga kapal menjadi oleng.
"Melihat kondisi seperti itu makanya kami mengambil inisiatif untuk mengandaskan kapal di atas karang namun kapal miring dengan cepat," ungkapnya.
Sementara proses masuknya air ke dalam kapal, menurut Rizal, terjadi sekitar pukul 23.30 Wita, dan "memang ada laporan awal dari perwira jaga kepada saya tentang masuknya air di atas kapal. Saya langsung melakukan pemeriksaan-silang dan memang air sudah masuk di dalam kapal".
"Untuk penanganan penumpang, kami menggunakan mikrofon untuk memanggil sopir kendaraan agar menggeser posisi kendaraan agar bisa mengimbangi posisi kemiringan kapal," ia menjelaskan.
Dia mengakui, memang "ia tidak serta merta harus menyampaikan kondisi tersebut kepada penumpang karena akan menimbulkan kepanikan di antara penumpang, makanya kondisi itu hanya kami internal yang mengetahui".
"Namun ketika kami akan memberitahu penumpang melalui mikrofon, alat itu sudah tidak berfungsi lagi karena mesin diesel yang digunakan sudah tidak berfungsi lagi. Jadi kami hanya menyampaikan lewat radio yang dimiliki oleh awak kapal untuk mengumpulkan penumpang dan segera meninggalkan kapal bahkan semua anak buah kapal (ABK) secara individu memberitahu penumpang untuk segera naik ke posisi tertinggi kapal dan memakai pelampung," Rizal menjelaskan.
Bahkan menurut dia, ABK kapal sudah melepaskan sekoci kapsul yang ada di sebelah kiri dan tidak sempat melepaskan sekoci kapsul yang sebelah kanan karena kapal sudah miring ke kanan.
Rizal mengaku ia tidak berani melakukan pelayaran kalau memang kondisi kapal tidak layak untuk diberangkatkan karena "ceklist" keberangkatan serta kelayakan pelayaran harus melalui nakhoda kapal.
"Setelah itu, baru syahbandar yang melihat kondisi kapal tersebut layak tidak untuk diberangkatkan karena tidak mungkin dia mau memberi izin kalau memang kapal tidak layak berlayar. Intinya ialah kapal itu ormal dan bisa berlayar," katanya.
Ia juga mengatakan, puncak tenggelamnya kapal Windu Karsa terjadi sekitar pukul 00.00 Wita, dan kontak sempat dilakukan dengan kapal KMP. Mishima untuk memintanya segera mendekat dan melakukan evakuasi penumpang.
"Namun tidak sampai sepuluh menit KMP Windu Karsa sudah tenggelam." kata Rizal. (Ant).