Wangi-wangi (ANTARA News) - Pakar kelautan dari Universitas Diponegoro Prof Dr Ir Sahala Hutabarat Msc mengatakan, masyarakat Suku Bajo yang ada di berbagai pelosok Indonesia memiliki kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya kelautan di sekitarnya.

"Masyarakat Suku Bajo memiliki ilmu pengetahuan sangat tinggi tentang kelautan, namun tidak diberdayakan sehingga mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan," katanya di Wangi-wangi, Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis.

Sahala berada di Wangi-wangi mengikuti rombongan Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro bersama Ny Lis Yusgiantoro dan rombongan.

Rombongan Menhan ke wilayah itu dalam rangka menerima peserta Sail Wabatobi Belitong 2011 dan menyaksikan pernikahan massal bawah laut di Pantai Desa Sombu, Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi.

Menurut Sahala, kondisi kehidupan masyarakat Suku Bajo yang ironis itu terjadi karena selama berpuluh-puluh tahun bangsa ini merdeka dari penjajahan, komunitas Bajo hanya dipandang sebagai obyek pembangunan yang tidak pernah dilihat potensi yang dimilikinya.

Oleh karena itu, kata dia, melalui momentum Sail Wakatobi Belitong (SWB) 2011, masyarakat Suku Bajo yang memiliki kearifan lokal dalam mengelola sumber daya kelautan itu, sudah saatnya diberdayakan dengan cara membina dan mendidik mereka dengan berbagai pengetahuan sehingga bisa bangkit dari himpitan kemiskinan.

"Sudah saatnya masyarakat Suku Bajo ikut dilibatkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan yang melimpah ruah ini, sehingga mereka bisa menikmati kehidupan layak sama seperti suadara-saudara lainnya di Tanah Air," katanya.

Di wilayah perairan laut Wakatobi sendiri di mana sebagian masyarakat Suku Bajo hidup, kata Sahala, memliki potensi sumber daya alam kelautan yang cukup melimpah.

Menurut hasil penelitian WWF, kata dia, di dalam perairan laut tersebut terdapat sebanyak 750 jenis terumbu karang dan 942 jenis ikan dan beragam biota laut.

"Idealnya, masyarakat Suku Bajo yang hidup di tengah sumber daya alam yang berkelimpahan itu, hidup sejahtera, namun yang terjadi justru sebaliknya, mereka hidup tetap miskin," katanya.

Makanya, kata dia, pemerintah terutama Pemerintak Kabupaten Wakatobi dan Pemprov Sulawesi Tenggara seyogyanya memanfaatkan momentum SWB 2011 ini untuk mengangkat potensi masyarakat Suku Bajo, sehingga keluarga mereka bisa hidup layak.

"Kalau potensi masyarakat Suku Bajo ini diberdayakan, tidak hanya bisa mengangkat harkat dan masyarakat Suku Bajo sendiri, akan tetapi memberi kontribusi besar bagi pendapatan daerah Wakatobi, bahkan pendapatan nasional," katanya.  (Ant)

Pewarta : Agus
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024