Magelang (ANTARA) - Bambang Tri Santoso (63), pemimpin Padepokan Seni Tjipta Boedaja di kawasan barat Gunung Merapi Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menceritakan bagaimana dia terkesima ketika orang-orang mengajak dia berswafoto di Jembatan Jokowi.

Saat liburan Lebaran yang lalu, dia sebenarnya hanya ingin memenuhi permintaan cucu-cucunya untuk mengunjungi jembatan gantung yang menghubungkan Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun dan Dusun Kajangkoso, Desa Mangunsoko, Kecamatan Dukun.

Rumah Bambang berada hanya sekitar 50 meter dari jembatan sepanjang 120 meter dengan lebar sekitar dua meter yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 September 2017 tersebut.

Di sela rapat Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang untuk persiapan Festival Lima Gunung XVIII pada 5-7 Juli 2019 di Dusun Tutup Ngisor, Bambang menuturkan bagaimana orang-orang mengajaknya berfoto saat dia mengunjungi jembatan tersebut mengenakan pakaian dinas padepokan, pakaian adat Jawa berupa bebet, surjan, dan belangkon.

"Kulo sek dines, putu-putu ngejak teng jembatan, pengin foto kalih mbah e. Malah tiyang-tiyang sami nyuwun foto kalih kulo. Wah, kalih jam kulo disuwuni foto-foto tiyang-tiyang niku (Saya sedang dinas, cucu-cucu mengajak ke jembatan, ingin berfoto bersama kakeknya. Malah orang-orang meminta foto sama saya. Wah, dua jam saya diminta untuk foto-foto sama orang-orang itu)."

Jembatan itu resminya bernama Jembatan Mangunsoko. Namun orang-orang kemudian menyebutnya sebagai "Jembatan Jokowi". Papan kecil tidak resmi bertulis petunjuk arah ke jembatan itu tertancap di pintu masuk Dusun Tutup Ngisor.

"Tidak ada yang tahu siapa yang memberi nama Jembatan Jokowi, tetapi karena yang meresmikan Pak Jokowi, lalu orang-orang menamai begitu," kata Kepala Dusun Tutup Ngisor Martejo (43).

Bagi Bambang, Martejo, dan warga setempat jembatan itu menjadi istimewa karena diresmikan oleh presiden. Setahu mereka, baru kali itu ada presiden datang ke dusun mereka. Orang-orang pun kemudian menamakan penghubung antardesa di kawasan Gunung Merapi itu Jembatan Jokowi.

Sebelumnya, warga setempat bergotong royong membangun jembatan di atas Kali Senowo sekitar 12 kilometer barat daya puncak Merapi. Namun, saat terjadi banjir lahar hujan pada 9 November 2010, jembatan itu runtuh sekitar pukul 21.00 WIB.


Tawaran Panorama

Mereka yang bertandang ke Jembatan Jokowi bisa menikmati panorama lingkungan Sungai Senowo dengan aliran air melalui cekdam, yang bagaikan berundak-undak. Bila langit cerah, mereka beroleh pemandangan Gunung Merapi dari jembatan itu.

Nabila, warga Wates, Kota Magelang dan Dian Panca, warga Bandongan, Kabupaten Magelang, termasuk di antara mereka yang mengabadikan kunjungan ke Jembatan Jokowi dengan berswafoto.

"Sudah dengar nama Jembatan Jokowi di tempat ini, tapi baru pertama ini ke sini," kata Nabila, mahasiswi Jurusan Tari Universitas Negeri Yogyakarta.

Mengamati perkembangan minat kunjungan warga ke Jembatan Jokowi, para pemuda Dusun Tutup Ngisor kemudian menyiapkan areal parkir kendaraan di dekatnya.

Tarif parkir mobil Rp10 ribu, sedangkan sepeda motor Rp5 ribu. Pada hari biasa, sekitar 25--50 sepeda motor dan 5--6 mobil pengunjung Jembatan Jokowi parkir di tempat itu. Pada hari libur jumlahnya bisa lebih banyak.

Warga setempat, Cokro Teguh (60), membuka lapak untuk berjualan mi ayam, bakso, minuman, dan aneka camilan untuk pengunjung. Dia juga yang setiap hari mengatur parkir kendaraan pengunjung. Hasil pengumpulan jasa parkir kendaraan masuk ke kas pemuda dusun setempat.

"Kalau seperti Lebaran kemarin, banyak pengunjung datang," ucap Teguh.

Berbagai informasi, baik melalui berita media arus utama, tulisan lepas, foto, dan video tentang Jembatan Jokowi telah viral di media sosial dan internet, termasuk video hasil rekaman drone karya Yohan Kusmintoro, warga dekat Muntilan, Kabupaten Magelang, yang bekerja di Kota Semarang.
 
Instalasi burung garuda sebagai bagian panggung Festival Lima Gunung XVIII pada 5-7 Juli 2019 di kawasan Gunung Merapi Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jateng, Selasa (2/7). (ANTARA/Hari Atmoko)

Pentas di Jembatan Jokowi

Seniman muda dalam kelompok Katon Art Keron pimpinan Anton Prabowo berencana menggelar pentas di Jembatan Jokowi dalam rangkaian Festival Lima Gunung XVIII/2019 di Padepokan Seni Tjipta Boedaja Tutup Ngisor.

Mereka akan menggelar pertunjukan seni berjudul "Mbuka Lumbung Gunung" (Membuka Lumbung Gunung) dalam rangkaian festival yang diprakarsai secara mandiri oleh para seniman petani Komunitas Lima Gunung. Pertunjukan itu bakal digelar Minggu (7/7), bertepatan dengan saat subuh di kawasan Gunung Merapi.

"Di situ kami akan performance art, waktu subuh besok. Kami namai 'Mbuka Lumbung Gunung'," kata Anton.

Kelompok Katon Art Keron sejak beberapa kali festival menggelar pementasan di luar jadwal resmi yang dikeluarkan panitia Komunitas Lima Gunung dengan memilih waktu subuh.

Festival Lima Gunung XVIII/2019 mengangkat tema "Gunung Lumbung Budaya", menampilkan kekayaan budaya masyarakat gunung dan desa yang tidak sekadar berkesenian dan menjalani tradisi yang menghidupi tetapi juga menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.

Sedikitnya 77 pementasan dijadwalkan dalam Festival Lima Gunung XVIII/2019 di panggung berbahan alami dengan latar belakang instalasi burung garuda ukuran raksasa. Panggung dibuat di halaman rumah warga Tutup Ngisor dekat dengan Padepokan Seni Tjipto Boedaja, salah satu basis penting Komunitas Lima Gunung.

Para pementas bukan hanya kelompok-kelompok kesenian yang tergabung dalam komunitas, tetapi juga jejaringnya di daerah dan beberapa kota besar di Indonesia, termasuk dari luar negeri.

Selain pementasan kesenian, selama festival juga akan ada peluncuran buku "Sumpah Tanah" tentang gerakan budaya Komunitas Lima Gunung selama sekitar 20 tahun terakhir hasil riset pengajar tari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Doktor Joko Aswoyo, pameran seni rupa karya seniman muda Magelang berjudul "Lumbung Karya", kirab budaya, dan pidato kebudayaan oleh para tokoh.

Masyarakat Tutup Ngisor dan warga sekitar padepokan seni budaya yang didirikan pada 1937 oleh Romo Yoso Soedarmo (1885-1990) gembira Festival Lima Gunung tahun ini berlangsung di dusun mereka.

"Kalau mereka yang hadir di festival tidak sempat mengunjungi Jembatan Jokowi, ya kebangetan," kata Martejo.

Festival itu setiap tahun selalu dihadiri ribuan warga, baik dari desa-desa sekitar tuan rumah maupun berbagai kota besar, bahkan tamu dari luar negeri.

Tahun ini pun, warga lereng Merapi di Tutup Ngisor dan seniman petani Komunitas Lima Gunung menggenggam optimisme. Mereka yakin festival yang digelar tanpa sponsor itu akan ramai pengunjung.

Apalagi posisi Festival Lima Gunung 2019 dan Jembatan Jokowi menjadi berkelindan. Jadi, jangan lewatkan berkunjung ke Jembatan Jokowi selagi di dekatnya berlangsung Festival Lima Gunung.

Baca juga:
Festival Lima Gunung 2019 siap diikuti lebih 70 kelompok kesenian
Seniman performa "jinjit" pagi di Festival Lima Gunung

 

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019