Surabaya (ANTARA) - Sedikitnya tujuh bozem atau tempat penampungan air yang digunakan untuk mengantisipasi banjir siap dibangun di sejumlah wilayah di Kota Surabaya, Jawa Timur selama tahun 2019.

"Tujuh bozem itu sudah ada yang proses dikerjakan dan masih rencana dikerjakan . Yang sudah proses dikerjakan seperti Bozem Bundaran PTC dan Bandarrejo Sememi, sedangkan yang lima bozem lainnya akan dikerjakan selanjutnya," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati di Surabaya, Selasa.

Adapun tujuh bozem tersebut meliputi Bozem Bundaran PTC di Kelurahan Prada Kali Kendal Kecamatan Dukuh Pakis, Bozem Kosagra di Kelurahan Medoakan Ayu Kecamatan Rungkut, Bozem Sumberrejo Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal.

Selain itu, Bozem Rejosari Kelurahan Pakal Kecamatan Pakal, Bozem Bandarrejo Sememi Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo, Bozem Waru Gunung Kelurahan Warugunung Kecamatan Karang Pilang, dan Mini Bozem Tambakwedi Kelurahan Tambakwedi Kecamatan Kenjeran.

Menurut Erna, dengan penambahan tujuh bozem itu, berarti nantinya Pemkot Surabaya sudah membangun sebanyak 72 bozem dengan total luasan mencapai 147,5 hektare. Ia juga menjelaskan bahwa volume masing-masing bozem itu berbeda-beda, tergantung lahan yang tersedia.

"Dari 72 bozem itu, total volume mencapai 6.164.889 meter kubik," katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa lokasi-lokasi yang dipilih untuk membangun bozem itu bermacam-macam yakni ada lahan yang sudah dibebaskan oleh Pemkot Surabaya, seperti lahan yang ada di bundaran PTC dan ada pula di fasum perumahan serta aset marinir.

"Sekitar ada enam lahan yang tercatat aset marinir. Karena sudah diizinkan, meskipun di lahan marinir kita kerjakan untuk bozem," ujarnya.

Erna mengaku saat ini masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya bozem untuk menampung air pada saat hujan deras. Makanya, semakin banyak warga mengusulkan dan meminta supaya daerahnya dibangun bozem. Padahal, dulu banyak warga yang menolak pembangunan bozem itu karena berbagai alasan, termasuk alasan pembebasan tanah.

"Kalau sekarang sudah banyak yang sadar fungsi bozem. Malah sekarang ada warga yang meminta untuk dibuatkan jembatan dan gazebo di tengah-tengah bozem itu, sehingga bisa dijadikan tempat untuk memancing," ujarnya.

Erna juga menjelaskan bahwa pembangunan bozem-bozem itu dilakukan secara swakelola atau tidak dilelangkan seperti biasanya. Sebab, ia menilai apabila dilelang seperti biasanya akan memakan waktu panjang dan biayanya juga lumayan besar. "Jadi, temen-temen garap sendiri. Alat beratnya pun kita bagi," katanya.

Melalui cara ini, lanjut dia, maka proses pengerjaan bozem itu bisa dipercepat. Bahkan, ia memperkirakan proses pengerjaannya hanya membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga bulan. "Apalagi, temen-temen mengerjakannya hampir setiap hari, jadi bisa cepat diselesaikan," ujarnya.

Ia memastikan bahwa pembangunan bozem di berbagai titik di Kota Surabaya ini untuk mengantisipasi terjadinya "global warming" atau pemanasan global yang sudah mulai dirasakan di belahan dunia, mulai dari banjir dimana-mana hingga bencana kekeringan.

Tujuan itulah yang biasanya selalu disampaikan oleh Wali Kota Risma ketika meresmikan bozem di Surabaya. "Makanya, Bu wali kota juga selalu meminta supaya di kawasan bozem dibuat lebih hijau sehingga dapat terhindar dari kesan gersang dan panas," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019