Saya yakin itu bukan kerja paksa, itu mungkin kerja keras
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) M Jusuf Kalla mengingatkan seluruh mahasiswa Indonesia di Taiwan yang sedang bekerja magang untuk menerapkan budaya kerja keras untuk meningkatkan kemampuan menghadapi dunia kerja.

"Kita butuh orang yang mempunyai budaya kerja keras. Kenapa Taiwan, China maju? Karena kerja keras. itu perlu belajar kerja keras disamping belajar teknologi, perlu perilaku," kata Wapres Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa.

Terkait kabar tentang mahasiswa Indonesia yang diduga kerja paksa di Taiwan, Wapres mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi. Ia menilai para mahasiswa itu justru dituntut untuk bekerja keras.

"Saya yakin itu bukan kerja paksa, itu mungkin kerja keras. Intinya harus bekerja menggunakan kemampuan fisik yang baik dan tangannya untuk bekerja. Ya mungkin tidak terlalu dekat hubungannya, tapi budaya kerja keras tadi itu harus melekat di jiwa masing-masing pekerja," jelasnya.

Baca juga: Menristekdikti: Tak ada 'kerja paksa' mahasiswa di Taiwan

Kabar terkait ratusan mahasiswa Indonesia yang "dipaksa" bekerja magang di sebuah perusahaan lensa kontak tersebut dibantah oleh Pemerintah Taiwan dan mahasiswa asal Indonesia sendiri.

Menurut Kepala Kamar Dagang dan Ekonomi Taiwan (TETO) John Chen di Jakarta, Pemerintah Taiwan selalu mementingkan kesejahteraan mahasiswa dan pekerja asing yang berpartisipasi dalam "Program Magang Industri-Universitas".

Untuk memastikan kualitas program magang kelas khusus itu, Kementerian Pendidikan Taiwan telah mengawasi universitas-universitas, yang menjalankan program kuliah-magang, sejak tahun 2017 ketika program tersebut diluncurkan.

Mahasiswa tingkat pertama juga tidak diizinkan untuk bekerja lebih dari 20 jam setiap pekan, kecuali pada saat liburan musim panas dan musim dingin. Mahasiswa magang juga harus mendapatkan izin kerja dan menikmati semua hak sesuai dengan ketentuan hukum ketenagakerjaan.

Baca juga: Taiwan klarifikasi dugaan kerja paksa pelajar Indonesia

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019