Mataram (ANTARA News) - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Mataram sudah melakukan langkah antisipasi terhadap kemungkinan penyelewengan dana bantuan perbaikan rumah dari pemerintah untuk korban gempa bumi di Nusa Tenggara Barat.

"Kami sudah lakukan langkah antisipasi terhadap upaya penyelewengan yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab, baik aplikator maupun lembaga swadaya masyarakat pendamping kelompok masyarakat (pokmas)," kata Pimpinan BRI Cabang Mataram Harsono, di Mataram, Rabu.

Dari informasi yang diperoleh, kata dia, sudah ada kasus dugaan tindak penyelewengan yang dilakukan oleh salah satu oknum aplikator yang dilibatkan membangun rumah instan sehat sederhana (Risha) di Kabupaten Lombok Utara.

"Uang sudah disetor oleh pokmas ke rekening BRI milik aplikator. Namun pembangunan belum dilakukan, aplikatornya menghilang. Kami berhasil memblokir rekeningnya setelah mendapat laporan masyarakat," ujarnya.

Upaya antisipasi penyelewengan, kata Harsono, dilakukan berkerja sama dengan pokmas dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/kota.

Dia mengatakan pihaknya juga berharap kepada anggota bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas), dan bintara pembina desa (Babinsa) untuk membantu mengawasi proses pencairan dana dari pokmas ke rekening aplikator.

"Kami sudah berkomunikasi dengan Kepolisian Daerah NTB untuk mengoptimalkan anggota bhabinkamtimbas dalam mengawal pokmas dan aplikator," ucap Harsono.

Menurut dia, upaya mengantisipasi tindak penyelewengan sejak dini harus dilakukan karena nilai uang yang dikucurkan oleh pemerintah pusat kepada para korban gempa bumi di NTB, relatif besar.

Data yang sudah masuk ke BRI Cabang Mataram, tercatat jumlah rumah rusak berat, ringan dan sedang akibat gempa bumi sebanyak 177.790 unit per 30 November 2018. Semuanya tersebar di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, dan Kota Mataram.

Dari total yang sudah terverifikasi, sebanyak 159.403 sudah mendapatkan buku rekening BRI, sisanya sebanyak 18.387 masih dalam proses pencetakan.

Dari 159.403 buku rekening yang sudah tercetak, sebanyak 37.562 rekening sudah terisi saldo sebesar Rp50 juta untuk membiayai pembangunan rumah yang mengalami rusak berat. Sehingga total bantuan dana yang sudah ditransfer pemerintah pusat ke NTB sebesar Rp1,87 triliun.

Harsono mengatakan bantuan dana yang sudah masuk di rekening masing-masing korban gempa tidak bisa dicairkan apabila belum terbentuk pokmas yang juga harus membuat rekening giro.

Jumlah pokmas yang sudah terbentuk sebanyak 699 lembaga dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 10.205 orang.

Namun rekening pokmas yang sudah terisi sebanyak 418 lembaga dengan jumlah kepala keluarga yang tergabung di dalamnya sebanyak 6.257 orang. Seluruh pokmas nantinya mentransfer uang ke aplikator setelah risha terbangun.

"Berdasarkan kesepakatan dengan BPBD, aplikator diimbau untuk membuat rekening BRI agar mudah dalam pengawasan. Kalau terjadi hal-hal yang sifatnya penyelewengan, BRI bisa segera memblokir sebelum uang diambil," katanya.

Saat ini, kata dia, sudah ada dana sebesar Rp500 miliar yang sudah ditransfer pemerintah pusat ke rekening BPBD kabupaten/kota yang terdampak gempa. Dana tersebut siap ditransfer ke rekening warga korban gempa.*



Baca juga: Rumah tahan gempa siap diterapkan di NTB

Baca juga: Belasan korban gempa di Mataram sudah bisa menempati hunian tetap


 

Pewarta: Awaludin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018