Jakarta (ANTARA News) - Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Polri Kramat Jati Brigadir Jenderal Polisi Musyafak menyebut pihaknya akan melayani para penyelam pencari pesawat Lion Air PK-LQP JT 610 dari unsur Badan SAR Nasional (Basarnas) untuk melakukan terapi hiperbarik atau pemberian oksigen murni.

“Pada prinsipnya, kami terus membuka pintu untuk para penyelam Basarnas yang tergabung dalam operasi pencarian dan evakuasi pesawat Lion Air untuk memanfaatkan terapi hiperbarik di RS Polri,” sebut Brigjen Pol Musyafak saat jumpa pers di Gedung Sentra Visum dan Medikolegal RS Polri Kramat Jati, Selasa.

Ia mengatakan pihaknya menerima lima penyelam untuk diterapi hiperbarik, Senin.

“Hari ini ada juga yang menjalani terapi hiperbarik,” sebut Brigjen Pol Musyafak.

Kepala Bagian Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Sulistyo Pudjo mengatakan pada Senin pagi, pihaknya telah menerima surat dari Basarnas terkait permohonan mengikuti terapi hiperbarik.

Per Senin, RS Polri telah memberikan terapi hiperbarik untuk 38 penyelam, 32 diantaranya dari Direktorat Polisi Air dan Udara (Ditpolairud) Mabes Polri, dan enam sisanya dari unsur relawan.

RS Polri Tingkat I Raden Said Sukanto Kramat Jati telah membuka layanan hiperbarik ke para penyelam secara cuma-cuma sejak proses evakuasi dan pencarian pesawat dimulai pada 29 Oktober di Tanjung Pakis, Karawang.

RS Polri memberi layanan terapi hiperbarik ke para penyelam demi mencegah mereka terkena penyakit dekompresi pasca bertugas.

Penanggung jawab Instalasi Hiperbarik RS Polri Tingkat I Raden Said Sukanto Kramat Jati, AKBP dr Karjana menyebut dekompresi biasanya terjadi jika penyelam turun dan naik ke permukaan secara mendadak.

Kadar nitrogen dalam darah akan berikatan dengan gas dan menyumbat pembuluh darah, dan yang fatal, menyumbat organ dalam. 

Jika sudah tersumbat, penyelam dapat mati mendadak.

AKBP dr Karjana melanjutkan, terapi hiperbarik, merupakan prosedur standar yang harus dilalui oleh penyelam, sebelum atau sesudah melakukan kegiatan di bawah permukaan laut. 

Prosedur standar itu, menurut AKBP dr Karjana, telah disepakati oleh dokter spesialis kelautan yang berpusat di RS Angkatan Laut Mintohardjo. 

Saat menjalani terapi hiperbarik, penyelam akan memasuki ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) dan menghirup oksigen murni. 

Baca juga: Lagi, identitas tiga korban JT 610 terungkap
Baca juga: Satu Warga Italia korban Lion Air 610 teridentifikasi
Baca juga: Identifikasi JT 610 lebih cepat melalui DNA ketimbang tulang


 

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018