Kalau tidak tahu, kita akan tertinggal dari negara lain yang bergerak sangat cepat. Kita harus tahu cryptocurrency, bitcoin itu apa, harus tahu. Sehingga manajemen pemerintahan ini dibawa kemana, kita ngerti semuanya."
Badung, Bali (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meminta kepada seluruh pemerintah daerah untuk meninggalkan cara kerja manual dalam sistem pemerintahannya.

"Tinggalkan hal-hal yang manual, tinggalkan. Masuk ke aplikasi sistem yang cepat, biar gampang dikontrol, yang gampang dicek," kata Presiden saat membuka Temu Karya Nasional Gelar Teknologi Tepat Guna ke-XX dan Pekan Inovasi Perkembangan Desa dan Kelurahan Tahun 2018 di Kawasan Garuda Wisnu Kencana, Bali, Jumat.

Presiden mengingatkan dengan adanya revolusi industri 4.0, pemerintah daerah harus mengikuti perkembangan teknologi dan menerapkannya dalam kinerja sistem pemerintahan di daerah.

Apabila pemerintah daerah tidak mengikuti perkembangan teknologi dan mengejar ketertinggalan dari revolusi industri tersebut, maka pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia akan tertinggal dari negara lain.

"Hati-hati, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah desa harus tahu dan bisa mengantisipasi ini agar kita tidak tertinggal oleh negara-negara lain dan kita tidak kalah berkompetisi dengan negara lain. Ingat, (revolusi industri 4.0) ini sudah bergerak, bukan akan, (tapi) sudah bergerak," jelas Presiden.

Oleh karena itu, Presiden meminta kepada seluruh aparat pemerintah daerah untuk mengikuti tren perkembangan teknologi, mulai dari kecerdasan buatan (artificial intelligence), tenaga robot, "big data" dan realitas maya (virtual reality).

Dengan perkembangan revolusi industri 4.0, kecepatan pertumbuhan industri di dunia mencapai 3.000 kali lipat dari revolusi industri 1.0, tambah Presiden.

"Kalau tidak tahu, kita akan tertinggal dari negara lain yang bergerak sangat cepat. Kita harus tahu cryptocurrency, bitcoin itu apa, harus tahu. Sehingga manajemen pemerintahan ini dibawa kemana, kita ngerti semuanya," ujar Presiden.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018