Kudus, Jawa Tengah (ANTARA News) - Manajer Tim Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum, Fung Permadi, menyebut setiap atlet usia dini, termasuk di bulu tangkis, menghadapi rintangan berat yang harus ditaklukkan untuk menjaga bakat yang mereka miliki agar tetap terasah sampai matang di usia dewasa.

"Biasanya untuk seorang pemain dari usia dini ke kelompok dewasa itu bertemu dengan barrier, memang sedikit tapi tidak mudah dan tak sedikit juga yang gagal menembusnya," kata Fung saat mengajak awak media berkeliling asrama atlet binaan PB Djarum di kompleks GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, Jumat.

"Itu semacam masa puber, karena ada perubahan yang dia hadapi," ujarnya menambahkan.

Fung menjelaskan perubahan-perubahan tersebut biasanya berasal dari diri sendiri tiap atlet, yang bisa mengubah cara pikir mereka.

Perubahan itu juga bisa ditimbulkan akibat perbedaan pergaulan atau lingkungan yang dihadapi oleh para atlet tersebut.

Penanaman kesadaran

PB Djarum terus berusaha untuk mendampingi atlet-atlet binaan mereka, termasuk yang dicari lewat Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2018, lewat lima kategori yakni kelompok usia di bawah 11 tahun (U-11), U-13, U-15, U-17 dan U-19.

Nantinya para penerima Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2018 akan bergabung dengan 100-an atlet binaan PB Djarum yang kini ditempatkan di dua asrama di Kudus, yakni di komplek GOR Jati dan komplek GOR Kaliputu.

Baca juga: Atlet pelatnas semangati finalis Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis

Sekira 80 atlet baik putra maupun putri dari seluruh kelompok usia menempati asrama di GOR Jati, sementara sekira 20 atlet putra U-11 diasramakan di GOR Kaliputu.

Guna menyiapkan mereka sebagai pebulu tangkis juara dunia, sebagaimana tujuan utama PB Djarum lewat ajang audisi tersebut, salah satunya ditanamkan mengenai kesadaran akan disiplin, yang oleh Fung lebih senang disebut sebagai peraturan tak tertulis.

"Yang diperlukan bukan peraturan, tapi menggugah hati supaya disiplin sendiri," kata Fung.

Di antara "peraturan" yang mendasar itu ialah jam malam bagi para atlet binaan PB Djarum di asrama mereka, yang diterapkan pukul 21.00 WIB.

"Itu juga sekaligus mengumpulkan ponsel mereka, biasanya tanpa perlu diingatkan sudah menjadi kesadaran," ujarnya.

Baca juga: Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis bukan semata kalah menang bertanding

Selain itu, tiap atlet juga hanya diberi izin meninggalkan asrama dua kali sepekan, di luar jam sekolah pendidikan formal. Untuk pendidikan formal tersebut, PB Djarum mengupayakan ada kelas khusus dengan sejumlah sekolah mitra mereka yang hanya mempelajari pelajaran terfokus semata dengan jam sekolah pukul 07.00 s.d. 10.00 WIB dan 10.00 s.d. 13.00 WIB.

Bersamaan dengan penanaman kedisiplinan tersebut, PB Djarum juga mengerahkan 20 pelatih yang dibagi dalam tiap-tiap kategori kelompok usia lewat jam latihan dua kali sehari yang disesuaikan dengan jadwal sekolah pendidikan formal para atlet binaan.

Setiap harinya mereka melakoni dua sesi latihan yang difokuskan untuk mengasah teknik dan skill.

Kini Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018 memasuki fase final yang digelar selama tiga hari pada Jumat hingga Minggu (9/9), untuk menentukan peserta yang lolos tahap karantina pada 10-15 September.

Baca juga: Kudus tempatkan 38 finalis Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2018