Sekolah Dasar Negeri 5 Pohgading di Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, sudah ramai pada Senin (13/8) siang menjelang sore, ketika rombongan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berkunjung.

Namun proses belajar mengajar belum berjalan di sekolah itu. Halaman sekolah masih menjadi tempat pengungsian warga sekitar yang terdampak gempa.

Kondisi sama terlihat di SDN 4 Pohgading, yang seluruh halaman sekolahnya penuh tenda pengungsi. Sebuah tenda terpal biru besar berdiri di bagian kiri halaman sekolah, yang menjadi tempat puluhan warga tidur pada malam hari.

Kepada Muhadjir, beberapa orangtua dan korban gempa yang terluka di tenda mengaku masih takut pulang ke rumah, khawatir gempa susulan masih datang.

Yang lainnya terpaksa bertahan di tenda karena rumah mereka sudah rapuh atau hancur setelah gempa 6,4 Skala Richter dan 7 Skala Richter mengguncang wilayah Lombok berturut-turut pada 29 Juli dan 5 Agustus, menewaskan 300 ribu orang lebih dan menyebabkan 53 ribu rumah rusak di Pulau Lombok, Sumbawa dan Pulau Bali.

Sebagaimana bangunan yang lain, gedung-gedung sekolah juga rusak.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat 606 sekolah di Pulau Lombok dan Sumbawa rusak akibat gempa. Kerusakan meliputi 66 bangunan sarana Pendidikan Anak Usia Dini, 341 Sekolah Dasar, 92 Sekolah Menengah Pertama, 55 Sekolah Menengah Atas, 42 Sekolah Menengah Kejuruan, dan enam Sekolah Luar Biasa.

Di SDN 5 Pohgading, enam ruang kelas rusak berat, tidak dapat digunakan lagi. Tembok-tembok ruang kelas ambruk, lantai retak-retak, plafon berjatuhan, atap sebagian ambruk dan struktur tiang bangunan ada yang bengkok.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bangunan sekolah itu harus segera dirobohkan dan dibangun lagi dengan struktur yang tahan gempa.

Ia meminta jajarannya segera mendirikan dua hingga tiga tenda sekolah darurat di halaman sekolah yang tersisa supaya kegiatan belajar mengajar bisa tetap berlangsung.
 
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kemeja putih dengan topi) mendatangi SDN 5 Pohgading di Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (13/8/2018). Sebanyak 606 sekolah di Pulau Lombok dan Sumbawa rusak karena gempa 6,4 Skala Richter (SR) dan 7 SR yang mengguncang NTB. Foto : Virna P.Setyorini.


Kembali ke sekolah

Gempa Lombok memaksa 3.639 murid dan guru mengungsi. Dan mereka tentunya butuh waktu untuk memulihkan diri setelah menghadapi bencana bertubi-tubi yang mungkin membawa pergi orang-orang terdekat dan harta benda dari sisi mereka.

Zaini (32), warga Kecamatan Pringabaya yang rumahnya hancur dan sekarang tinggal di tenda darurat di atas truk bersama keluarganya mengatakan, mengatakan anaknya sudah kembali ke sekolah sejak Senin (13/8). Namun kegiatan belajar belum sepenuhnya berjalan di SMP Muhammadiyah Pohgading, tempat anaknya sekolah.

Kegiatan belajar juga belum sepenuhnya berjalan di sekolah yang lain.

Muhadjir, dalam perjalanan ke utara, menyusuri pesisir timur Pulau Lombok, berhenti di SMP Negeri 2 Sambelia dan berbicara dengan murid-murid yang baru kembali ke sekolah di sana.

Mirnawati (15), siswi kelas 9 di sekolah itu, baru masuk sekolah pada Senin (13/8). Namun dia dan teman-temannya belum sepenuhnya aktif belajar. Sekolah menjadi tempat dia dan kawan-kawannya bertemu, berbagi cerita, dan bersama berusaha mengikis trauma.

Di dua tenda sekolah darurat berwarna putih bertuliskan Kemendikbud sudah berdiri di lapangan sekolah, sebagian anak sudah mengenakan seragam, beberapa mengenakan pakaian seadanya.

Saat bertemu dengan Menteri, mereka diajak berbincang di bawah pohon rindang di samping sekolah.

Muhadjir mengajak mereka bernyanyi, dan berpesan kepada mereka agar tetap semangat belajar. Dia juga meminta murid-murid bersabar karena harus belajar di tenda sampai bangunan sekolah selesai direhabilitasi.

Di SDN 3 Obel-obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, dua tenda sekolah darurat juga sudah berdiri. Namun hanya ada beberapa anak di sekolah darurat di kaki bukit sekitar Gunung Rinjani itu saat Muhadjir datang para sore hari.

Muhadjir lantas melanjutkan perjalanan ke SDN 2 Obel-obel, tempat ratusan murid sudah menunggunya sambil bernyanyi: "Pak Menteri siapa yang punya, Pak Menteri siapa yang punya, Pak Menteri siapa yang punya, yang punyaa kita semuaaa".

Di sekolah yang juga menjadi tempat pengungsian warga itu, Muhadjir mengajak anak-anak bernyanyi, berusaha membawa kembali keceriaan ke anak-anak yang terdampak gempa.

Dan tidak hanya murid yang mengalami trauma akibat bencana itu. Di antara para guru di Lombok Utara dan Lombok Timur juga ada mengalaminya. Karenanya pertukaran guru sedang dipikirkan untuk mengantisipasi kekosongan guru di tenda-tenda sekolah darurat.

Sejauh ini sudah ada 61 tenda sekolah darurat yang dikirim ke Pulau Lombok, dan Muhadjir meminta seluruh jajarannya segera mendirikan tenda-tenda yang tersisa.

Sesuai permintaan Presiden Joko Widodo, ia mengatakan, sekolah-sekolah darurat harus segera berdiri, agar anak-anak kembali beraktivitas dan berangsur-angsur melupakan hal-hal buruk akibat bencana.

Baca juga: Mendikbud sambangi sekolah Lombok Timur terdampak gempa
Baca juga: Mendikbud: Dalam setahun perbaikan 606 sekolah selesai

 

Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018