Jakarta (ANTARA News) - Mantan pengacara pimpinan Front Pembela Islam Habib Rizieq dan Calon Anggota Legislatif dari PDIP Kapitra Ampera mengaku, sebelum insiden pelemparan bom, ia telah diintai oleh sejumlah oknum, khususnya sejak dirinya memutuskan jadi kader partai tersebut. 
   
"Ya (setelah bergabung ke PDIP), ada orang yang mondar-mandir. Ada juga orang bertato yang datang ke masjid, menanyakan diri saya dari orang lain," kata Kapitra saat ditemui di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin. 
   
Kapitra menjelaskan, ia menyerahkan berkas untuk pendaftaran caleg sekitar akhir Juli. Sejak saat itu, khususnya pada satu minggu terakhir, ia menyampaikan, banyak intimidasi dan kecaman ditujukan pada dirinya, diantaranya melalui pesan singkat Whatsapp. 
   
"(Sebelum pelemparan bom molotov) ancaman ada dari Whatsapp. Tapi, saya tahu pelakunya, dan dia sudah datang minta maaf," tambahnya. 
   
Dalam kaitan itu, ia meyakini serangan bom molotov terhubung dengan sikap politiknya. 
     
"Pasti ada kaitan-kaitan (serangan bom) dengan pilihan politik. Saya masuk PDIP karena ingin menyampaikan kebenaran.

Tampaknya, ada satu statement (pernyataan) saya kemarin yang buat orang berang," terang Kapitra. 
   
Ia menjelaskan dirinya sempat mengatakan bahwa kabar PDIP itu PKI merupakan informasi menyesatkan. 
   
"Saya katakan, yang bilang PDIP itu PKI, (ucapan itu) haram dan menyesatkan, karena saya melihat langsung seluruh acara partai ditutup doa secara Islam. Mbak Puan (Maharani) juga selalu secara spontan menyebut Insya Allah, dan yang lainnya, begitupun dengan Ibu Mega. Tidak ada indikasi ciri-ciri PKI. Jadi, yang saya katakan memang benar kebenaran yang saya lihat," jelas Kapitra. 
   
Dalam kesempatan itu, ia menyatakan banyak pendukungnya berbalik membenci Kapitra, khususnya setelah ia mendaftar jadi kader PDIP. 
   
"Setelah saya masuk PDIP, yang tadinya memuji saya, kini mencaci maki. Saya anggap semuanya sebagai hiburan saja," terang Kapitra. 
   
Sementara itu, Kepala Polisi Resort Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Indra Jafar menyatakan petugas masih mendalami keterkaitan ancaman via pesan singkat dengan insiden pelemaran bom molotov. 
   
"Penyidik sedang mendalami, dan kita lihat keterkaitannya satu sama lain. Sudah banyak dugaan-dugaan, tetapi kita tidak bisa menyimpulkan, karena masih terlalu dini," terang Kombes Pol Indra. 
   
Pihak Polres Metro Jakarta Selatan saat ini tengah menggali bukti lainnya, dan telah bekerja sama dengan pusat laboratorium forensik (puslabfor) untuk analisis olah tempat kejadian perkara (TKP). 
   
Sekitar empat orang tidak dikenal dengan menggunakan helm dan masker melempar dua bom molotov ke rumah Kapitra Ampera di Jalan Tebet Timur Dalam 8, Jakarta Selatan sekitar pukul 19.20 WIB. 
   
Menurut kesaksian istri dan asisten rumah tangga Kapitra, satu bom pecah dan gagal meledak, sementara sisanya juga gagal membakar isi garasi. 
   
"Bomnya itu bensin disimpan dalam botol minuman berenergi," kata Kombes Pol Indra.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi dan Ricky Prayoga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018