Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengapresiasi Sarasehan Nasional Kebudayaan yang digelar oleh Lembaga Pengkajian MPR (Lemkaji).

Sarasehan yang berlangsung di Gedung Nusantara IV, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Selasa, dengan tema "Budaya Pancasila Sebagai Peradaban Indonesia" disebut sangat penting sebab hari-hari ini dan ke depan perlunya kembali menegaskan Pancasila sebagai budaya bangsa.

"Agar Pancasila bisa merasuk ke jiwa seluruh bangsa Indonesia," ujar HNW, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Dalam tahun politik, menurut HNW, kompetisi yang terjadi antarpartai politik dan masyarakat terjadi sangat luar biasa. Di sinilah pentingnya budaya Pancasila.

"Bila lupa Pancasila, kita khawatir politik yang terjadi hanya berorientasi jangka pendek, hanya sekadar menang Pilkada dan Pilpres," kata HNW.

Untuk itu, sarasehan yang dihadiri oleh para budayawan itu disebut sebagai momentum yang sangat bagus untuk mengingatkan kepada semua masyarakat.

"Kita segarkan kembali budaya Pancasila," tegasnya.

Baca juga: Densus 88 ledakkan puluhan bom temuan di Surabaya

Baca juga: Di Surabaya, polisi baku tembak dengan teroris

Baca juga: Sekjen keluhkan TAP MPR kerap dilupakan sebagai instrumen hukum Indonesia


Menyegarkan budaya Pancasila saat ini, apalagi di tengah maraknya kembali masalah teror dan terorisme, menurut HNW sangat perlu.

Dia yakin bila masyarakat Indonesia melaksanakan Pancasila dengan baik, maka masalah teror dan terorisme bisa diatasi, di mana Sila I Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa,

"Tidak ada agama manapun yang mengajarkan teror dan terorisme,” paparnya.

Lebih lanjut, HNW mengutip pernyataan Menkopolhukam Wiranto bahwa masalah teror dan terorisme akar masalahnya karena adanya kesenjangan sosial dan ekonomi.

Dalam konteks Pancasila, Sila V, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, maka bila negara ingin memberantas teror dan terorisme secara efektif dan maksimal maka negara harus menghadirikan Sila V.

"Agar permasalahan yang ada bisa diatasi," papar pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.

Sementara itu, dalam sambutan, Ketua Lemkaji Rully Chairul Azwar mengatakan, Pancasila tidak mewarnai sistem ekonomi, politik, dan hukum karena terjadi kesenjangan antara cita moral dan kenyataan.

"Tidak satunya kata dan perbuatan," ujarnya.

"Munafik menjadi gejala umum dalam tataran pergaulan keseharian," tambahnya.

Baca juga: Dekan Sospol UGM: pelibatan TNI dalam RUU Terorisme tepat

Baca juga: UU Antiterorisme lindungi HAM lebih besar, kata Mahfud MD

Baca juga: Tas mencurigakan di Gorontalo ternyata berisi pakaian


Menurut Rully, persoalan yang terjadi bukan pada tataran konsep namun pada tataran internalisasi dan penerapan.

Rully menegaskan, kita tak perlu ragu menjadikan Pancasila sebagai basis nilai untuk membangun bangsa. Dipaparkan, peradaban maju dunia selalu dikaitkan dengan nilai budaya yang dianut masyarakat.

Dia mencontohkan kemajuan peradaban Barat karena nilai-nilai budaya Etika Protestan. Bangsa-bangsa Asia Timur maju karena nilai konfusianisme atau semngat Bushido.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018