Jombang (ANTARA News) - Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa mengaku telah diberi amanah oleh ketua dewan pembina yayasan Muslimat NU Nyai Aisyah Hamid Baidlowi untuk mengurus baik panti asuran hingga koperasi.

Amanat itu disampaikan Nyai Aisyah sekitar satu bulan sebelum beliau wafat, kata Khofifah saat pemakaman Nyai Aisyah di Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jumat.

Khofifah mengungkapkan, selama ini yang menjadi ketua dewan pembina yayasan yang mengurusi panti asuhan, poliklinik, dan rumah sakit, kemudian TK Muslimat, koperasi, hingga KBIH, adalah almarhumah.

"Satu bulan lalu beliau minta semua digantikan saya. Waktu beliau menyampaikan, pasti saya meminta untuk tetap beliau, tapi di forum rapat yayasan sekarang ini ketua dewan pembina yayasan, 'semuanya biar mbak Khofifah'," katanya menirukan ucapan Nyai Aisyah.

Ia juga mengungkapkan, dua hari lalu sempat berkunjung ke Jakarta untuk menjenguk almarhumah. Saat itu, yang bersangkutan sudah dirawat di ruang ICU rumah sakit. Namun, ia sempat kaget, sebab diberi informasi jika seluruh akta notaris sudah ditandatangani oleh almarhumah. Padahal, biasanya almarhumah tanda tangan yang terakhir, setelah semua berkas dinilai selesai.

Khofifah mengatakan, Nyai Aisyah merupakan sosok yang sangat peduli pada sosial. Beliau merintis panti asuhan. Ada ribuan anak-anak yang sudah diantarkan, dirawat. Ada sebanyak 144 panti asuhan di bawah asuhannya.

Selain itu, almarhumah juga menata koperasi Muslimat, merintis 143 koperasi memberdayakan ekonomi kaum duafa. Almarhumah juga merintis mendirikan taman kanak-kanak, PAUD, Raudlatul Atfal hampir 10 ribu, termasuk KBIH yang rintisannya hingga 146 KBIH.

"Beliau mengantarkan jamaah haji, mudah-mudahan mabrur. Banyak sekali tatanan Muslimat dan tuntunan yang beliau antarkan di jajaran, mudah-mudahan jadi amal jariah mengantarkan mudahnya beliua ke Jannah," ujar Khofifah.

Khofifah juga teringat saat dirinya didorong oleh almarhum KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur untuk maju menjadi Ketua Umum Muslimat, menggantikan Nyai Aisyah. Ia menyebut, tanpa dorongan dan dukungan dari Nyai Aisyah, dirinya juga enggan menerima amanat tersebut.

"Gus Dur tugaskan saya mengikuti proses pencalonan. Semua berat, tapi beliau waktu itu (Nyai Aisyah) mengikuti proses pemilihan, jadi satu periode dan saya melanjutkan. Itu tidak mudah bagi saya, kalau tidak dorongan Gus Dur, saya tidak akan mau mencalonkan Ketua Umum Muslimat. Tapi, beliau (almarhumah) suport luar biasa, tidak hanya ke saya, tapi ke Muslimat. Ketiak saya di Ketua Umum, suport dan tuntunan luar biasa," katanya menjelaskan.

Selain Khofifah, hadir Saifullah Yusuf serta sejumlah tamu lainnya. Dhuriyah atau keluarga dari almarhumah juga hadir dalam pemakaman itu, ikut mengantarkan ke istirahatnya yang terakhir.

Nyai Hj Aisyah Hamid Baidlowi adalah putri kedua dari KH Wahid Hasyim. Ia adalah adik kandung mantan Presiden Gus Dur dan kakak dari KH Salahuddin Wahid, KH Umar Wahid, Nyai Lily Chodijah Wahid, dan KH Hasyim Wahid. Perempuan dengan segudang prestasi dan pengabdian ini wafat di usia 78 tahun.

Almarhumah merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU periode 1995-2000. Beliau wafat pada Kamis (8/3) di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sekitar pukul 12.50 WIB. Saat ini, jenazah masih disemayamkan di rumah duka, Jalan Bukit Pratama Raya A.9 Pasar Jumat, Lebak Bulus.

Selain mengemban jabatan Ketua Umum PP Muslimat NU, Nyai Aisyah juga pernah menduduki Ketua Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) 1990-1995, Anggota DPR RI tiga periode (1997-2009), Pengurus Dewan Pimpinan MUI (1995-2000), Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah (2000-2010), dan Ketua Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional (1999-2013).

Almarhumah wafat dalam usia 78 tahun. Sebelum wafat, Nyai Aisyah sempat mengeluh sesak nafas. Ia akhirnya dirawat di rumah sakit tersebut sejak Minggu (4/3). Almarhumah meninggalkan lima orang anak dan 15 cucu.

Semasa hidupnya, ia juga sangat aktif berorganisasi. Jenazah sempat disemayamkan di Perum Bukit Pratama Blok A No. 9, Lebak Bulus Jakarta Selatan, lalu diangkut dengan pesawat terbang untuk dimakamkan di Kabupaten Jombang.

Baca juga: Pesantren Tebuireng siapkan pemakaman adik Gus Dur

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018